renjun (ind.)

51 0 0
                                    

cw // harsh words, fighting scene written

-

"Eh, Renjun berantem lagi ya?"

"Emang tuh anak gabisa sehari aja engga berantem."

"Iya, tadi gue lihat dia ngajak ribut sama Jeno."

Ruth hanya bisa mendengarkan omongan dari beberapa siswa seraya berjalan menuju tempat kejadian, kantin sekolah.

"Eh, Ruth!" Karina memanggil, segara menyusulinya dengan tatapan khawatir. "Lo udah tahu cowo lo lagi di pergokin ama temen - temennya Jeno?"

"Iya, udah makanya ini lagi mau kesana. Udah tahu orangnya temperamen banget, ayo kesana."

"Si Renjun?" Ruth mengangguk, kemudian mereka berdua berjalan dan sampai di kantin sekolah. Terdapat segerombolan siswa datang melingkari kedua siswa tersebut.

"Lo berani - beraninya hina cewe gue, awas aja." Renjun berkata, tatapan mata tajam ia kasih kepada Jeno. Cowo itu hanya senyum remeh, melihat lawan bicaranya yang badannya mungil.

"Terus, yang bisa lo lakuin apa? ngadu ke bokap lu? Eh iya, bokap lu dah gaada lagi!" amarahnya langsung naik drastis. Mau sejahat apakah kata - kata dari Jeno dan teman - temannya yang tertuju padanya, ia tidak segan - segan untuk mengajak bertengkar jika ada yang menghina orang tua satu - satunya yang Ia amat cintai.

Melihat ini, Ruth langsung berkata, "Uh oh, Kar, cepet panggilin guru BK, sebelum mereka mulai tonjok - tonjokan." Karina mengangguk, berlari dari kantin untuk mencari guru.

"Anjing!" Renjun mengcekram erat kerah seragamnya Jeno. "Mentang - mentang lo orangtuanya masih ada, enteng - enteng aja lo hina bapak gue!"

"Renjun." cowo tersebut menoleh dan melihat kekasihnya. Tangannya yang memegang dimana Ia mengcekram kerah seragamnya Jeno. "Udah, gausah begini." kemudian Ruth melirik ke arah Jeno dan teman - temannya. Kedua bola mata Renjun yang menatap kekasihnya seketika menenangkan sedikit.

Dia melepaskan tangannya dari cengkraman kemejanya Jeno. Ruth secara diam - diam menggengam tangannya dengan lembut. Sebelum dia membawa Renjun dan dirinya keluar dari tempat kejadian, mereka mendengar bentakan suara keras.

"Lee Jeno! Huang Renjun! Sini kalian!" tulang rusuk (y/n) langsung merinding, Pak Nakamoto sudah datang. Raut mukanya yang keliatan sekali dia kesal terhadap kedua nama yang disebut. Dengan cepat, Karina menariknya keluar dari kantin.

-

"Halo? Sayang?"

"Ruth lagi sama gue."

"Karina? Lo dimana? Ruth gapapa kan? Dia lagi sama lo?"

"Dia,"

"Apaan Kar, jangan bikin gue marah!"

"Lagi tidur di rumah gue. Kecilin suara lo, bikin gua pusing. Gue line - in alamat rumah gue."

"Ck, ok. Thanks."

Setelah mendapatkan alamatnya Karina, Renjun segera mencari motornya dan pergilah dia dari sekolah menuju rumahnya sahabat kekasihnya.

Renjun terus - menerus mengetuk pintu rumahnya Karina. Cewek itu kemudian mempersilakannya masuk seraya berkata, "Sabar dikit kek."

"Mana Ruth." Karina menghela napas panjang, "Dia lagi di kamar gue." Karina menghela napas panjang sekali lagi, sebelum mengijinkan cowok itu untuk masuk.

"Tadi lo diapain ama Pak Nakamoto?" Renjun hanya mengangkat bahu, "Dia lebih marahin si bangsat itu."

"Renjun, bahasa lo."

"Ya kan orangnya aja begitu, hina - hina bapak gue, emang gue bakal diem aja?!"

"Ya engga gitu juga. Lo udah dipanggil sama Pak Nakamoto berapa kali coba? Untung aja Ruth pisahin kalian. Sampe lo dapet SP lagi, udah gatau gue lo bakal diapain sama dia."

Renjun menghela napas panjang, memijat tangannya dengan cemas. Karina yang secara diam melihatnya kemudian berkata, "Lu coba ke kamar gue aja, kalo belum bangun, temenin aja disana, gue mau pesen makan dulu buat dia, lu mau ga?"

"Boleh."

Karina mengangguk, kemudian berujar, "Jangan lupa kasih tahu dia untuk minum air putih." Renjun mengangguk seraya menghormati seperti seorang junior menghormati seniornya di tempat pertentaraan. Karina kemudian berdiri untuk mengambil handphone nya sedangkan Renjun menaiki tangga menuju kamarnya.

"Renjun..?" Ruth memanggilnya saat Renjun membuka pintunya. Renjun tersenyum kecil, menutup pintunya dengan pelan sebelum berjalan dan duduk di dekat tempat tidurnya. Dia dengan erat menggenggam tangannya.

"Enak tidurnya tadi?" Ruth hanya mengangguk, mengeluskan tangan kekasihnya itu dengan lembut. "Udah, gausah dengerin kata - kata Jeno sama yang lain."

Renjun menghela napas, "Aku tahu, tapi-"

"Om Chanyeol pasti gamau kamu sakit - sakit kan?" Renjun hanya menahan napasnya, genggaman tangannya melemas sesaat. Dia hanya menggeleng kepalanya.

Ruth tersenyum lemah, "Makanya, lain kali kalo ada yang kayak tadi, udah jangan ditanggap, adanya mereka mau gangguin lagi." perempuan itu bangun dari posisi tidurnya dan duduk. What happened next was unexpected, Renjun memeluknya erat.

"E-eh-"

"Makasih masih mau bertahan sama aku yang temperamen gini.."

Dia hanya tersenyum, memeluknya balik seraya mengelus punggungnya, "Aku gabakal bosen untuk mastiin kamu engga kenapa - kenapa, it's the least that I can do, buat ayah kamu.."

Dan, sekarang mereka menghabiskan waktunya dengan ngobrol dan tawa yang membuat hangat suasana.

-

second update of the day, semoga kalian sukaa, hehe.

okay, goodbye everyone!

nct's 00 line oneshotsWhere stories live. Discover now