RaRa - 06

42 3 0
                                    

Kata-kata yang tak terduga keluar dari mulut Raiyan. Maaf? Sangat jarang di ucapkan oleh seorang Raiyan atau mungkin tidak pernah didengar siapa saja. Fira celinguk, dia mengangkat sebelah alisnya memastikan bahwa yang bicara benar Raiyan.

"Ini serius kak, lu yang ngomong?" tanya Fira sengaja membuat Raiyan kesal. Waktunya pembalasan!

"Tch!" dan dibalas dengan decihan. Fira berusaha menahan tawanya. Hingga tidak sadar Raiyan sudah berada jauh darinya.

Dia kembali mengejar Raiyan. Dengan berjalan.

Kaki jenjang Raiyan terus saja membuat jarak antara Fira. Membuat Fira harus mempercepat langkahnya. Ternyata menjahili seseorang seperti Raiyan pembawa petaka.

Fira menahan betisnya sejenak, jika saja kakinya tidak seperti ini. Pasti dia telah jauh didepan Raiyan. Dia kembali pada langkahnya, membawa kaki sakit itu sangat sulit. Baru pegal sedikit, rasanya sudah malas berjalan.

Ditempat lain, Fara terus-terus menghindar dari mulut Gilang yang memang terus mengoceh tidak jelas. Jika membunuh itu tidak membawa dosa, dan tidak membawa masalah. Izinkan Fara membunuh satu bocah sialan disampingnya itu.

Fara menutup telinganya, lalu memberi jarak antara dia dengan Gilang.

"Eh kok ngejauh sih? Gue belum selesai cerita Ra!" protes Gilang kembali memotong jarak itu.

Fara menghela nafas pasrah. "Gilang bisa gak sih lu berhenti bicara bentar aja? Telinga gue sakit denger cerita gak jelas lu,"gerutu Fara melepaskan semua kata-kata yang sedari tadi dia sengaja pendam.

Gilang mengangguk, lalu memberi kode 'ok' dengan jarinya.

Setelah hening menghiasi suasana mereka. Fara akhirnya membuka pembicaraan.

"Gilang?"

"Apa kanjeng Fara yang galak," jawab Gilang memberi nama khusus untuk Fara. Sabar Fara.

"Gak jadi," ucapan Gilang membuat Fara malas melanjutkan kata-kata yang tadinya ingin dia ucapkan.

Kembali pada Fira.

Jarak sekitaran 15 meter membentang antara Fira dan Raiyan. Raiyan? Tipe orang yang sulit diajak bercanda. Jika bercanda, mungkin sekali setahun. Dingin pada siapa saja, bahkan guru dia malas berbicara terlalu rinci.

Menjabat sebagai ketua osis tahun lalu, dan terpilih karena kenapa? Karena tampan, dan banyak yang degem.

Sedangkan Fira? Manusia yang sangat suka bercanda. Cerewet, dan usil pada siapa saja. B
Karna itu, banyak yang suka berteman dengan Fira. Sayangnya dia mudah terbawa perasaan—baper. Karena itu juga dia jengkel saat Raiyan terus saja bersikap kasar padanya.

Akhirnya ditempat mereka berpisah, mereka kembali bertemu. Dengan tiket masing-masing mereka.

"Wis banyak, kok kita gak ketemu sih? Padahal gue sama kak Raiyan muter-muter ditempat main," cerocos Fira.

"Karna tuhan...,—"

"BUBAR, mending kita itung siapa yang banyak, terus makan, akhir cerita kita pulang ok," Raiyan menghentikkan ucapan Gilang sarkatis.

Titt tittt

Dan tim yang menang adalah Fara dan Gilang. Walaupun Gilang menyebalkan, setidaknya dia bisa diajak kerja sama. Tidak seperti Raiyan dengan Fira.

Sedikit bicara, Fira pasti dapat kata-kata pedas dari Raiyan. Atau memang mama Raiyan ngidam cabe pas hamilin Raiyan.

"Gara-gara lu kak," kata-kata terlarang lolos dari mulut Fira. Dan, Fira memang sangat ceroboh dalam berbagai hal.

"Gue?"

"Maksudnya gue yang sal—"

"Udah lupain aja deh," potong Fira asal. Dia memilih mendekat kearah Fara, lalu menggandeng lengannya.

_________

Fara menyalakan senter dari handphonenya. Dia bangun dari kasur lalu duduk dimeja belajar. Rasanya tengah malam adalah hal yang tepat untuk dia. Lampu belajar itu memberikan cahaya, walau cahayanya hanya untuk meja.

Buku hitam itu ia keluarkan dari tasnya, yang memang akan dia bawa kemana-mana. Karna seluruh kisahnya ada disana, sesuai dengan warna bukunya hitam.

Buku itu sedikit lagi penuh penuh. Rasanya menulis kisah kelam itu sudah sangat sering olehnya. Walaupun semenjak dia tinggal bersama Fira, dia sudau jarang merasakan sakit pada batin.

Tapi kesepian itu masih mengrutukki dirinya.

Membaca potongan kisahnya sendiri, mampu membuatnya lolos menangis. Apalagi saat yang dia baca adalah sebuah kenangan indah yang sempat terlintas didalam hidupnya.

"Aku rindu mama, kapan pulang sih? Kita cari papa bareng-bareng. Mama kapan kasih Fara rasa kasih sayang kayak mama Fira? Fara juga mau," air matanya yang tadi dia tahan, lolos terjun.

Fara memeluk buku hitamnya itu, termasuk kenangan indah didalam buku itu.

~ Memutar Ulang ~

Kenangan indah ini selalu menjadi candu bagiku agar selalu mengeluarkan air mata

Kuingin putar waktu, tapi dimasa itu aku ingin diusiaku seperti sekarang

Kenapa?

Aku ingin menghentikkan segala kekacauan yang terjadi didepan mataku, dan sama sekali tidak aku tahu dimasa itu

Syafara Naila Iva, 13 September 2019

Goresan terakhir. Fara menutup buku itu setelah kembali membuat goresan didalamnya.





Tbc:)

Intanmlsry

Hehei liat afaan loe:p

Awoakaoakok VKF JNG LUPA ;

JALAN MASIH PANJANG GES, SOALNYA MASIH BANYAK KONFLIK NANTI GAESSU;>

ada yang selalu merasa gak pernah dapat kasih sayang ibu ga?

~ iseng nanya ~

RaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang