2.Byan Astajaya

1 1 0
                                    

Saat cakrawala menyingsing, cahayanya menerpa segerombolan remaja yang sedang berjalan beriringan, mereka mengenakan seragam sekolah menengah atas. Sesekali terlihat candaan disertai gelakkan tawa diantara mereka, begitulah seharusnya yang disebut persahabatan, bukan?

"Eh, bro. Kira-kira kita berempat sekelas nggak ya?" tanya salah seorang dari mereka.

"Pasti sekelas, dong!" Jawab mereka kompak, sehingga menimbulkan sedikit gelak tawa.

Setelah sampai di sekolah, mereka  berempat lekas menuju mading yang terletak di samping ruang guru, di sana sudah disediakan 20 lembar kertas berjejer sangat panjang hingga sudut tembok, itu merupakan data nama dan kelas yang telah diatur oleh para guru-guru di sekolah, biasanya setelah kenaikan kelas, para siswa yang tadinya berada satu kelas, akan dipecah kebeberapa kelas lain. Kini semua pasang mata siswa, termasuk empat sekawan tadi menyoroti tajam setiap kolom dan baris yang tertera disana.

"Yuhuu!" Teriak salah seorang dari mereka. Otaknya merespon dengan cepat karena menemukan apa yang ia cari.

"Kita sekelas, bro! Disini." Lanjut nya sambil menunjukan telunjuknya kearah kolom kelas yang ia temukan,  Ia adalah Darrel yang selalu saja heboh.

"Beneran Rel?!" Salah satu dari keempat sahabat itu menepuk pundak Darrel, namanya Byan Astajaya, sifatnya sedikit lebih kalem dari yang lain. Kemudian semua temannya yang tadi berpencar sekarang berkumpul.

"Kelas 11 IPS 3, Byan, Darrel, terus gue, emm.. nah itu nama lu tuh ada Rez nomor 23, sip kita semua sekelas!" Usai meneliti dengan seksama, kini Fatih menjelaskannya dua kali.  Keabsahan dari kertas yang ditunjukan oleh Darrel telah lulus uji, pikir Fatih. Maklum, ketelitian adalah prinsip hidupnya. Sedangkan Reza masih bengong walaupun sudah dijelaskan oleh Fatih sebanyak 3 kali.

"Jadi, kita sekelas ngga?" tanya Reza dengan wajah masih terplongo menghadap mading.

"Kagak, lu beda kelas sendiri!" ucap Byan.

"Lah, kok gue doang yg beda?" Reza mulai protes dan membaca ulang kertas yg ada dimading dari paling pojok.

"Byan, ada, Darrel ada, terus Fatih, emm..gue mana?" Reza terus fokus mencari namanya yang seolah-olah hilang ditelan bumi.

Tingkah nya membuat Byan dan Darrel tak kuat menahan tawa. Sedangkan Fatih hanya menepuk kepala sendiri dan menghela nafas panjang. Hadeuh.

Meskipun begitu, mereka juga termasuk kelompok laki-laki yang di gilai oleh para perempuan, karna mereka dikategorikan siswa famous dan mostwanted. Dibalik itu semua, sepertinya ada benang diantara suratan takdir yang mengikat mereka berempat selama ini, tak terelakkan, sejak sekolah menengah pertama hingga sekarang mereka selalu bersama. Yap, Begitulah seharusnya sahabat, kan?

"Ya udah, deh. kita ke kelas yuk," ajak Fatih, lalu Byan dan Darrel pun hanya menganggukan kepala. Mereka beranjak pergi meninggalkan Reza yang masih berkutat didepan mading.

"Woy, kok gue di tinggal? Kan gue belum nemu kelas?" Reza agak kesal, namun ia terus mencari dan masih belum ketemu juga.

Setelah agak lumayan jauh dari Reza, Darrel agak menyeringai dan meletakkan kedua telapak lengannya dan membuat lingkari di bibir kemudian mengeluarkan intonasi yang sangat tinggi.
"Lu juga sekelas sama kita!"

Beberapa detik Reza berfikir, bahkan merenung dan akhirnya memahami apa yang tadi dimaksud oleh teriakkan Darrel.

"Lah, berarti kita sekelas dong! Tungguin gue woy!" Reza lantas berlari mengejar teman-teman nya.

🍃

"Bosen! Gabut lah! ngantuk bener...." Darrel kelihatan begitu kesal karena dari tadi ia hanya duduk di kursinya.  Hari pertama sekolah, sudah menjadi hal yang wajar jika tidak dibarengi dengan kegiatan belajar mengajar, para siswa hanya mendapatkan pengarahan dan diberikan jadwal pelajaran untuk jenjang berikutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang