1. Friend

15.1K 1K 67
                                    

Mereka hanya ingin menjalani hidup sebaik mungkin, menjalani masa muda dengan penuh kebahagiaan yang mereka buat sendiri. Meskipun semua itu harus menentang peraturan yang berlaku.

Sejatinya mereka masih mencari jati diri dan liar, hanya mengikuti nalar yang berdengung di telinga mereka. Mereka hanya ingin bertahan hidup di tengah kehancuran muka bumi.

Bau asap yang khas begitu menusuk indra penciuman. Udara yang lembab dan juga pencahayaan yang tidak menyeluruh menjadi salah satu tempat favorit mereka untuk menghabiskan waktu bersama.

Menyesap benda bernikotin secara bergantian, benar-benar bergantian. Tak peduli bahwa mereka telah mencicipi rasa bibir masing-masing, meskipun secara tidak langsung.

Hingga pada hisapan terakhir sang dominan mengerang, kenikmatannya sudah berakhir. Hanya menyisakan dengusan dari sang submissiv yang berada di sampingnya.

"Percuma kau mengerang hingga tenggorokanmu mengering, rokok itu tidak akan bisa menjadi utuh lagi."

Pemuda itu mendecih. "Hyuck, kemarilah!"

Ketika Donghyuck menolehkan wajahnya, matanya terkesiap. Bibirnya langsung disambar dengan ganas oleh pemuda bernama Mark Lee, sahabat sebajingannya.

Donghyuck hanya diam. Tak membalas pagutan panas itu. Mark benar-benar ahli dalam ciuman. Dalam hati, Donghyuck mendengus sinis, tak ada arti dalam ciuman ini. Mark hanya ingin mengecap rasa nikotin yang tersisa pada mulutnya. Karena Donghyuck tahu, Mark itu straight dan tak akan mungkin mempunyai rasa yang sama seperti yang ia rasakan saat ini.

Cinta bertepuk sebelah tangan, huh. Kasihan sekali.

Mark melepaskan ciumannya, menatap wajah datar Donghyuck puas.

"Tetap manis seperti biasa,"

Mark tersenyum dan dihadiahi geplakan pada belakang kepalanya.

"Bangsat, Lee! Cari pacar saja sana! Kau bisa menciumnya sepuas yang kau mau."

Dan sebuah kebohongan yang harus Donghyuck ucapkan agar semua ini, persahabatan ini tetap utuh. Meskipun rasa sakit itu terus melanda.

"Tidak, aku takut kau akan kesepian. Jadi, biarkan aku tetap berada di sisinya."

Mark terkekeh sedangkan Donghyuck memalingkan wajahnya, enggan menatap Mark.

Mark tertawa melihat reaksi Donghyuck, betapa bahagianya ia menggoda sahabatnya ini. Yeah, meskipun begitu dia tidak mempunyai rasa apapun kecuali rasa kasih sayang antar seorang teman. Sungguh, Donghyuck itu teman sebajingan, sebrengsekan- sehidup semati mungkin. Oke lupakan. Mark hanya tak tahu saja jika sahabatnya itu tengah menahan degupan jantung yang terus saja memberontak pertahanannya.

Mark masih saja tertawa, Donghyuck kesal. Hingga akhirnya, tangannya bergerak meraih sepatu lusuhnya dan memasukkannya ke dalam mulut Mark.

Mark terdiam, dengan terpaksa.

Netranya mendelik tajam ketika rasa asing menjurus aneh menghindari rongga mulutnya. Tuh kan! Donghyuck itu brengsek, tidak punya rasa belas kasihan pada sahabatnya sendiri. Pantas saja dia sering dikatakan single abadi oleh teman-temannya, bar-bar dan tak pernah lembut, membuat semua wanita menjauh dan tidak mau mendekatinya lagi.

"Brengsek, Lee! Aku akan membalasmu nanti!"

Mark menyeru setelah berhasil melepaskan sepatu butut milik Lee Brengsek Donghyuck dari mulutnya. Ia berdiri dan mengejar Donghyuck yang rupanya telah menjauh dari dirinya.

Mark hanya menganggap Donghyuck sebagai sahabat dan juga keluarganya. Tak lebih, dia menyayangi Donghyuck karena mereka sudah enam tahun tinggal bersama. Pahit dan manis sering mereka rasakan, saling membantu mencari uang untuk menghidupi satu sama lain.

Fools || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang