***"Baiklah, silahkan beristirahat Jendral. Terima kasih atas kerja keras anda" Chan mendaratkan pantatnya ke kursi kayu di belakang meja kerjanya.
"Iya pak!." Hyunjin menyahut gagah sambil memberi hormat ala tentara, lalu keluar dari ruangan berukuran 4x5 meter persegi itu. Beberapa prajurit yang sedang berlalu lalang di sana pun otomatis memberi hormat dan Hyunjin membalasnya ramah.
Pria bermata layaknya Elang itu melangkahkan kakinya menuju penjara khusus yang berada di bagian belakang pusat Kemiliteran itu. Sepanjang koridor yang pengap itu ia masih mendapat banyak hormat dari para staf yang bertugas."Lapor Pak! Tawanan telah di pindahkan!" kata seorang prajurit muda ketika Hyunjin berada di depan pintu kompleks penjara--hormat beserta 2 prajurit yang lain.
"Laporan di terima, terima kasih atas kerja kerasnya" Hyunjin membalas hormat.
"Yes sir!"
Ketiga prajurit muda itu pun beranjak, sementara sang Jendral masuk ke dalam penjara, dan udara lembab serta kesan suram menyambutnya. Penjara itu hening, hanya suara langkah kakinya yang terdengar, tak sedikit pun berpaling ke kanan-kirinya.
Dan suara sepatu kulit yang menapak pada tanah itu pun berhenti tepat di depan pintu besi yang berbeda dari bilik penjara yang lain. Mata abu-abunya menatap lurus melewati
teralis kecil yang ada di atas pintu.Penjara khusus untuk tahanan khusus pula. Si Aquamarine.
Menatap lurus ke dalam sana, dan sorot mata yang selalu bisa membuat para prajurit takut pun berangsur sendu. Eraman terdengar dari sosok berambut merah yang tertunduk itu, berusaha menarik lepas rantai yang membelenggu kedua tangan dan kakinya.Entah apa yang membuat si porselen itu marah. Nafasnya menggebu, hasratnya meluap-luap, amarahnya yang sempat terlelap kini timbul.
"Apa yang membuat mu berada disini?" si Aquamarine bersuara. Memecah keheningan yang suram.
"...kau" bibir Hyunjin bergerak singkat. Jeongin mengangkat kepalanya, berpaling menatap mata abu-abu di balik teralis.
Lambat laun nafasnya berubah stabil, raut dingin di wajah porselen itu berangsur luruh. Saat matanya melihat lembutnya tatapan mata tajam itu.
"Jangan memberi kami alasan untuk melukaimu" ujar Hyunjin.
"Tanpa alasan pun kalian akan tetap melukai ku..." kata jeongin pelan. Ada rintihan tak terucap di mata birunya.
Tak ada kata yang terucap dari bibir kering sang Jendral. Sudah cukup jelas dirinya melihat kesengsaraan di mata biru jernih itu. Wajah polosnya menyiratkan kemurnian yang tak terucap, dan bibir mungil itu memang selalu berkata apa adanya.
Akhirnya hyunjin hanya dapat menarik nafas samar, mengepalkan tangan kanannya erat."Jangan membuat kami memiliki alasan lebih untuk melakukan itu" ujarnya lagi. Tak bosan memandang wajah porselen dalam penjara itu.
"...selalu, kalian akan tetap seperti itu..." jeongin berkata lirih.
Sang Jendral paham, dirinya tak bisa lebih lama lagi berada disana, dengan pikiran dan hati yang bergejolak. Pria tampan itu memutuskan mengambil langkah, beranjak dari depan pintu besi penjara Jeongin.Dan lagi. Si Aquamarine kembali bertahan sendirian di dalam hawa dingin yang menyakitkan. Dan akan selalu seperti itu.
#Bersambung#
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER (HYUNJEONG/ HYUNJIN JEONGIN /FANTASI) ##
Mystery / ThrillerMonster By : Owp Oke sebelum mulai, hi gays... sebenernya cerita ini udah lama dibikinnya tapi baru aku post sekarang. Genrenya fantasi jadi yaa semoga kalian suka. Tinggalkan jejak seperti comment dan vote ya... Luppyahhh *** Tepuk tangan riuh se...