Chapter 2

5 0 0
                                    

Hujan turun sangat deras. Namun derasnya hujan tidak membuat kegiatan orang orang berhenti. Seperti halnya Kaira dan Ardian. Mereka menunggu bus ditemani suara deru hujan. Kaira menunggu dengan mendengarkan lagu, sementara Ardian sibuk dengan Handphone nya.

Di samping Kaira ada dua ibu ibu sedang berbincang. Ketika Kaira hendak mengganti lagu, suara salah seorang ibu menyebutkan nama Rossa. Ia membeku, membiarkan hp nya otomatis ke sleep mode karena tidak ada aktivitas dalam 3 menit.

"Sudah dua bulan Rossa Kamelia tidak terdengar kabarnya." Kata salah seorang ibu.
"Kabarnya dia dan anaknya menghilang."
Mendengar itu sontak Kaira menoleh ke Ardian. Namun Ardian nampak tidak bereaksi. Nampaknya ayahnya terlalu berkonsentrasi dengan hp nya.
Dengan cepat Kaira menarik ayahny, "Ayah aku capek. Kita naik taksi saja." Pinta Kaira membuat Ardian bingung.

"Bukannya kamu mau naik bus? Kok tiba-tiba naik taksi?"

"Lapar dan capek. Ayo Yah," rengek Kaira. Ardian menurut aja. Setidaknya Kaira dapan menghindarkan ayahnya dari berita tentang mantan istrinya.

Sesampainya di rumah baru, Kaira dan Ardian berkemas. Kali ini mereka mendapat rumah dinas yang cukup besar. Klien ayahnya seorang penjabat dan di kontrak selama setahun. Rumah ini terlalu berlebihan, pikir Kaira. Ia tidak mau mengubah atau menambah barang.

Pembicaraan ibu ibu di halte bus membuat Kaira pikiran. Ia segera mencari informasi di internet. Ia tidak pernah sekalipun peduli dengan berita tentang Rossa. Namun kabar menghilangnya membuat Kaira penasaran.

Setelah mencari tahu, nampaknya bulan lalu Rossa dan keluarganya menghilang. Namun ada artikel yang mengkonfirmasi jika mereka ke luar negeri. Membaca info tersebut, Kaira merasa lega. Paling tidak ayahnya tidak mungkin bertemu dengan Rossa. Yang mengusiknya adalah kabar saudara kabarnya. Sejak perceraian kedua orangtuanya, Kaira tidak pernah sekalipun berkomunikasi dengan saudara kembarnya,Ayunda. Sebenci apapun Kaira pada Rossa, ia merindukan saudarinya. Sayangnya ia tidak bisa bertemu dengannya karena mereka ke luar negeri.
Paling tidak ia dan ayahnya dapat hidup tenang untuk sementara waktu.

Esoknya, Kaira mencari lowongan kerja. Ayahnya sedang bertugas dan akan jarang pulang. Untuk membantu kebutuhannya sehari hari ia harus bekerja.

Seusai menaruh surat lamaran kerja di beberapa tempat, Kaira merasa ada yang mengikutinya. Kaira berjalan ke arah lain berharap jika orang lewat saja. Sayangnya tidak. Setelah berputar-putar area dekat pasar, Kaira masih merasa dibuntuti.

Ketika sampai di gang sempit, Kaira menjebak si penguntit.
"Siapa? Ada urusan apa denganku, stalker?" Ketus Kaira ketika memergoki si penguntit.

Pemuda tersebut tersenyum.
"Ternyata benar Ayunda." Katanya menyeringai.

Kaira menatap garang, "Apa katamu? Apa urusanmu?" Tanyanya dingin.

Si penguntit tersenyum lagi dan mengeluarkan pisau. Kaira terkejut dan segera pasang kuda kuda.

"Ikut aku, jika tidak mau terluka," ancamnya.

"Coba saja kalau berani." Tantang Kaira. Si penguntit nampak bingung dan ragu.

"Aku sungguh sungguh!" Serunya.

"Sini! Siapa takut!" Kaira masih menantang. Si penguntit pun mencoba menarik lengan Kaira sambil menodongkan pisau.

Dengan cekatan ia melompat dan menendang tangan si penguntit dengan gerakan memutar hingga pisaunya terlempar. Si penguntit kaget dan tendangan ke perut membuatnya jatuh tersungkur. Belum cukup sampai situ. Kaira menginjak pundak si penguntit dengan tatapan tajam.

"Siapa kau dan apa urusanmu dengan Ayunda?" Tanya Kaira tajam.
Si penguntit menatap Kaira bingung.

"Jawab atau kutendang wajahmu!" Sentak Kaira membuat si penguntit langsung menunduk.

"A-aku disuruh membawamu. Kau menghilang selama dua bulan dan bos  ingin kami mencarimu." Katanya lirih.

"Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Kaira dingin.
Ia bungkam. Kaira mendorong pundak si penguntit dengan kakinya membuatnya jatuh terlentang.

"Jawab atau kuinjak wajahmu." Sentakny tajam. Tapi si penguntit nampaknya masih berusaha bungkam. Ketika Kaira mengarahkan injakan ke wajah, si penguntit berhasil menghindar dan lari kabur. Kaira hendak mengejar namun ia urungkan karena ia menemukan dompet si penguntit jatuh. Ia menemukan KTP dan kartu pelajarnya.

Graha Abimanyu, Universitas Suka Bangsa. Nampaknya Ayunda teman sekampusnya, mungkin. Yang jadi pertanyaan kenapa ada yang hendak berbuat jahat pada Ayunda?
Siapa mereka? Perintah bos?
Rasa sesak menyekik dadanya.

Keesokan harinya Kaira datang ke kampus tempat si penguntit belajar. Ia tidak tau harus memulai bertanya atau mencari tahu mereka sendiri. Di tengah kebingungan seseorang memeluk Kaira dari belakang. Sontak ia terkejut.
"Ayunda!hiks..." Seorang gadis memeluknya sambil menangis. Kaira langsung speechless. Gadis itu melepaskan pelukannya kali ini memukul pundak Kaira kesal.
"Bodoh. Bodoh. Ke mana aja kau? Kenapa membuatku selalu khawatir. Pakai potong rambut segala." Olehnya. Ia kembali memeluk Kaira. Kemudian ia tiba tiba tersentak.
"Mamamu! Kau harus menemui mamamu segera!" Serunya sambil meremas pundak Kaira. Mendengar kata mama sontak ia menepis tangan gadis itu kasar.
"Siapa kau?" Ketus Kaira tajam. Gadis itu terkejut, air matanya kembali basah.
"K-au tidak ingat aku? Hei jangan bercanda di saat seperti ini." Keluhnya tertawa getir. Tapi Kaira masih menatap tajam.
"A-apa yang terjadi denganmu Ayunda. Ini aku sahabatmu Salsa." Katanya panik sambil memegang pundak Kaira tapi segera di tepis lagi.

"Aku bukan Ayunda. Aku Kaira, saudara kembarnya." Jawab Kaira langsung membuat Salsa menatap bingung sebelumnya ia menutup mulutnya terkejut.

"Jelaskan apa yang kau tentang Ayunda." Pinta Kaira.

Merekapun memutuskan berbicara di cafe dekat kampus. Salsa nampak pucat dan matanya yang masih sembab karena menangis membuatnya nampak kacau.
"Ayunda pernah cerita ia punya saudara kembar, tak menyangka kalian seindektik ini." Kata Salsa tersenyum pahit. Kaira hanya diam mendengarkan.
"Di mana Ayunda? Bukannya dia keluar negeri?" Tanya Kaira yang sontak di balas gelengan.

"Tidak. Ayunda tidak ke luar negeri. Ia menghilang." Jawab Salsa membuat Kaira mengerutkan dahi.

"Sudah dua bulan Ayunda menghilang. Tante Rossa, juga tidak ke luar negeri. Dia di sini." Mendengar nama ibunya di ucapkan, rasa sesak menyeruak di dadanya. Ia menahan diri untuk tidak meledak.

"Kami diam diam mencari Ayunda dengan menyembunyikan kabar hilangnya dari media. Selama dua bulan ibumu terus mencari Ayunda sampai ia jatuh sakit." Jelas Salsa dengan sedih. Kaira tidak berimpati sedikitpun. Ia hanya mendengar dengan tatapan datar.

"Aku yakin kau juga ingin bertemu dengan ibumu kan? Sudah bertahun tahun kau..."

"Hentikan." Potong Kaira. "Aku tidak ingin tahu kabar wanita itu sedikitpun. Sebaliknya aku tidak berniat sedikitpun ingin menemuinya. Hanya ingin mengkonfirmasi di mana Ayunda." Kata Kaira tajam membuat Salsa menatap syok.

"Oke, Ayunda menghilang dan kalian masih mencarinya diam diam. Hubungi aku jika ada petunjuk. Aku akan bantu mencarinya." Kata Kaira sembari menuliskan no hpnya di tisu.

"Tidak. Percuma. Tidak ada petunjuk dan jejak." Kata Salsa tajam membuat Kaira balik menatapnya.

"Bantuan yang aku inginkan adalah temui Tante Rossa. Ia ada di rumah sakit jiwa."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HurtWhere stories live. Discover now