Hati-hati

15 5 0
                                    

Matahari baru saja terbit dari timur ketika Thika membuka matanya. Kejadian semalam cukup bikin matanya bengkak luar biasa. Laras sudah pergi pagi-pagi sekali karena ia harus menjadi panitia di pensi kampus hari ini. Jadilah Thika sendiri dengan kamar yang seperti kapal pecah.

"Ck, emang tu bocah bisanya ngerepotin doang. Perasaan gue ngerapiin kamar mulu gara gara tu anak setan."

Saat sedang sibuk membereskan kamar. Tiba-tiba suara dering handphone mengintrupsi Thika untuk segera mengangkatnya. Itu Danu. Teman sekelasnya dan Laras.

"Halo Dan?"

"Ka, Ada tugas kelompok nih dari si botak. Gue sekelompok sama lu ya? Ehehe."

Thika tau, Danu ini otaknya emang rada ga beres. Dari pas Maba aja udh keliatan muka jahilnya. Kerjaannya ya kalo ga cengengesan, godain cewek. Bahkan dia udah punya 4 mantan di tahun pertama mereka kuliah.

"Gue ga nerima anggota yang suka numpang nama doang." Balas thika ketus.

"Gue kan anaknya rajin, mana mungkin gue numpang nama doang."

"Gue pegang janji Lo, kalo sampe pas kerkom lu main hape doang. Ucapkan good bye pada mulut lu yang manisnya luar biasa."

"Asiap santuy bos! Gue tunggu di kafe depan kampus. Biasa. Gue pesenin minum deh."

"Ga usah, entar aja kalo gue dah sampe. Bentar ya, gue beres-beres dulu."

Thika pun mempercepat geraknya untuk segera mandi dan bersiap pergi. Hari ini langit agak mendung dan berangin. Thika malas sebenarnya keluar rumah. Tapi tugas dan deadline yang kalo terus dibiarkan bisa membuatnya repot. Setelah selesai, ia langsung berangkat menggunakan transportasi online menuju kafe yang dimaksud Danu tadi.

oOo

Nathan mungkin akan tetap terlelap jika saja alarmnya tidak berfungsi. Dia ada kelas pagi hari ini. Tadi malam dia bergadang demi tugas yang harus dikumpulkan sebelum tengah malam dan menyelesaikan project yang dibuat bersama teman-temannya.

Nathan bangkit tadi tidurnya, duduk di tepi ranjang. Terdiam sebentar lalu berdiri menuju dapur untuk sarapan setelah nyawanya terkumpul. Dia membuka kulkas yang ternyata kosong dan hanya tersisa sayur bayam dan sebutir telur.

Berhubung Nathan lumayan jago masak, dibuatnya bayam dan telur itu menjadi sup. Sup rumahan biasa tapi bikin Nathan rindu masakan mamanya. Mama dan papa Nathan workaholic. Sering bolak-balik luar kota dan pulang 5 bulan sekali bahkan lebih. Biasanya, saat kesepian Nathan akan nginap di rumah neneknya yang ga jauh dari rumah atau di apartment miliknya. Dia jarang sekali menginap di rumah temannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, saat Nathan membuka pintu pagar. Ada sebuah paket di post box depan rumah. Nathan penasaran tapi waktu terus berjalan. Dosen yang akan masuk di jam pertama hari ini sudah terkenal akan ke 'killer' annya. Nathan sudah pernah terlambat waktu beliau sedang mengajar. Dia diberi tatapan paling sinis yang dosen itu punya, sampai-sampai Nathan punya firasat kalo dosen itu ada dendam dengannya.

Akhirnya paket itu hanya diletakkannya di ruang tamu lalu segera mengunci pintu rumah dan pergi. Dia menaikan kecepatan motornya karena jalanan sepi. Tak banyak kendaraan yang berlalu lintas hari ini. Saat mendekati halte tiba-tiba ada seorang perempuan yang menyebrang sembarangan sambil memainkan hapenya, ia tampak kesal dan terburu-buru sampai tidak melihat motor Nathan yang melaju kearahnya. Melintas begitu saja. Dan membuat Nathan harus cepat menarik remnya dan membunyikan klakson.

Perempuan itu terkejut bukan main. Untung saja motor Nathan berhenti 5 senti dari kaki milik perempuan itu. Kalo tidak, ia sudah pasti dibawa ke rumah sakit karena pendarahan akibat tabrakan. Orang mulai mengerumuni Nathan. Nathan membuka kaca helmnya, ia sangat marah dengan kelakuan cewek yang mungkin seumuran dengannya ini. Dia berulang-ulang meminta maaf kepada Nathan sambil menundukkan wajah. Tangannya gemetar hebat dan dia terlihat trauma. Nathan menjadi lunak dan malah kasihan.

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang