Prolog

1.1K 125 7
                                    

Pemuda yang baru pindah ke tempat kos di dekat kampusnya itu bernama Cho Seungyoun. Tubuhnya tinggi semampai dan wajahnya rupawan. Dengan sikapnya yang ramah, mungkin ia akan segera mendapat kawan baru.

Ia baru saja meletakkan kardus terakhir yang berisi barangnya. Dibantu oleh anak dari pemilik kos, pekerjaannya terasa begitu mudah.

"Tadi nama lu Hangyul ya?" tanya Seungyoun sembari menatap remaja yang lebih muda darinya.

"Iya, Bang. Kalo butuh galon juga bilang aja ke gua. Nanti gua anterin ke atas sekalian," sahut anak pemilik kos yang bernama Lee Hangyul itu. "Gua turun dulu ya, Bang. Sore ini ada yang mau pindah lagi soalnya."

"Oh, yaudah. Makasih banyak udah bantuin gua, Gyul," ucap Seungyoun yang kemudian menerima respon anggukan dari Hangyul sebelum menuruni tangga dan meninggalkannya sendiri.

Lalu, Seungyoun menatap sekitar kamarnya. Kamarnya terletak tidak terlalu pinggir, juga tidak terlalu tengah. Ada empat kamar di lantai itu, miliknya nomor 302. Dapat dilihat dari rak sepatu di depan kamar, nomor 303 dan 304 sudah ada penghuninya. Mungkin pemilik kamar 301 yang akan pindah sore ini.

Sekarang masih pagi. Seungyoun pun memilih untuk membereskan kamarnya terlebih dahulu sebelum berkenalan dengan tetangganya.

———

Seungyoun terbangun dari tidur siangnya setelah mendengar ketukan pelan di pintunya.

"Permisi..." Suara dari luar itu terdengar lemah. Pastinya bukan suara Hangyul.

Seungyoun langsung mengambil posisi duduk dan mengelap air liur di sudut bibirnya. Manusiawi.

"Ya, sebentar," sahut Seungyoun dengan suara bangun tidurnya.

Seungyoun segera berdiri dan meraih kaos putihnya. Ia memang jarang memakai atasan ketika tidur. Lalu, dibukanya pintu kamar sebelum memakai kaos. Maklum, nyawanya masih belum terkumpul dengan sempurna.

Wajah manis yang dilihatnya di depan kamar itu memasang raut terkejut. Tepatnya, sangat terkejut. Sadar, Seungyoun buru-buru memakai kaosnya.

"Eh, maaf. Gua baru bangun tidur."

Seungyoun tidak melihat saat lawan bicaranya menelan ludah dan berusaha menenangkan dirinya.

"Umm, saya tetangga sebelah. Baru pindah. Kamar 302," ujar pemuda manis itu memperkenalkan dirinya linglung. "Eh, salah. Kamar 301."

'Formal banget,' pikir Seungyoun sebelum ia membalas, "gua Cho Seungyoun, baru pindah juga. Gua semester 3."

"Oh iya, saya Kim Wooseok. Panggil Wooseok aja gapapa, seangkatan soalnya... Hehe." Wooseok memegang wadah yang ia bawa dengan tangan kiri dan mengulurkan tangan kanannya pada Seungyoun. Kemudian, ia tersenyum sopan. "Salam kenal, Seungyoun."

'Astaga manis banget, ga paham...' batin Seungyoun yang terpana. Ia menjabat tangan Wooseok dan ikut tersenyum. "Hooh, salam kenal juga ya, Seok. Kalau ada apa-apa bisa panggil gua."

Rasanya Seungyoun masih ingin memegang tangan kecil itu ketika Wooseok menarik tangannya terlebih dahulu. Duh.

"Oh iya..." Wooseok menunduk sembari membuka wadah yang dia bawa sejak tadi. "Saya punya ayam goreng yang rencananya mau dibagi ke tetangga satu lantai. Tapi, kamar 303 sama 304 lagi kosong. Seungyoun sudah makan?"

Seungyoun menggeleng cepat. "Belum, gua baru bangun tidur. Mau makan bareng atau gimana?"

Seungyoun dapat menyadari bahwa Wooseok mencuri pandang untuk melihat isi kamar Seungyoun.

"Y-Yah, kalau tidak keberatan mungkin bisa makan bareng. Kamar saya masih belum diberesin soalnya, hehe..."

"Oh, oke. Masuk aja, maaf kamar gua agak berantakan. Nanti habis makan gua bantu beresin kalo lu ga keberatan."

Dan, hari itu merupakan awal dari 'persahabatan' antara Seungyoun dan Wooseok.

———

Hello guys! Welcome to my first project!

Sebelumnya Calé minta maaf nih kalau ceritanya rada aneh atau kurang asik. Rencananya mau dibuat komedi juga, tapi Calé kurang jago di hal itu. Kritik dan saran selalu dibuka demi perbaikan dan kenyamanan bersama.

Let's meet again on the next chapter! À toute à l'heure!

Sweet Guy Next Door [YounSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang