Chapter III

719 97 12
                                    

"Min."

"Hm?"

"Jimin."

"Apa?"

"Park Jimin."

"Apaan sih?"

Gadis yang kehilangan kesabarannya itu segera mencubit lengan lawan bicaranya yang sedang memasang posisi tidur di meja. Mereka duduk berdampingan di ruang kelas, menunggu presensi sang dosen yang tak kunjung tiba. Terlambat mungkin.

Lawan bicaranya meringis dan bangun dari posisi tidurnya. "Sakit loh."

"Lo tuh ya, gue udah nyaut dari tadi. Rese banget sih pagi-pagi. Heran," gerutu Jimin.

"Ciah, bete," goda Seungyoun, yang sedari tadi menjahilinya.

"Bacot ah," ujar Jimin singkat. "Kenapa lo manggil gue?"

"Manggil aja sih biar lu kesel," balas Seungyoun sembari menggali emas di hidungnya.

Belumlah Jimin mengeluarkan tatapan mautnya, Seungyoun buru-buru membuka mulutnya lagi. "Eh ga, ga. Gua mau nanya."

"Buruan tanya sebelum dosennya datang."

"Iya, iya. Tapi, lu denger cerita gua dulu," ujar Seungyoun.

"Iya ah cepetan lama amat jadi manusia," ketus Jimin. Seungyoun dapat mengambil kesimpulan sepihak bahwa Jimin sedang masa pra-menstruasi.

"Im Dabin (original character), lu kenal?"

"Ah, anak fakultas anu ya... Ah, mikir dulu gue," sahut Jimin. "Yang terkenal waktu masa orientasi dulu kan ya?"

"Iya, anak Akuntansi seangkatan ama kita," jawab Seungyoun.

"Ah iya, dia selebgram kan? Kenapa sama dia?" tanya Jimin lagi. "Eh, kan katanya lo mau cerita dulu baru nanya."

"Ini gua baru mau cerita. Dengerin dulu ya baik-baik. Dipasang telinganya, mohon untuk tidak iri dan dengki pada Seungyoun kece nan luar biasa ini."

Ketularan Hangyul sepertinya.

Jimin mendecih geli dengan pernyataan Seungyoun. "Gue dengerin ini, lo-nya aja yang lama."

"Jadi, kan tadi pagi gua pergi ke kampus bareng Wooseok ya. Inget kan?"

"Masa gue lupa sih sama si imut satu itu." Jimin mulai mengeluarkan teh kotak dari tasnya dan menaruhnya di atas meja. "Kenapa? Wooseok ada hubungan sama Im Dabin?"

"Heh! Ga gitu!" seru Seungyoun.

"Kok lo ngegas sih?" selidik Jimin. "Cemburu ke Wooseok-nya atau Dabin-nya?"

"Ga gitu jugaaa," balas Seungyoun. "Tadi gua nganter Wooseok sampe depan gedung fakultas. Kan lu tau fakultas mereka di komplek yang sama, dan gua ga paham kenapa Dabin ada di depan gedung fakultas Wooseok. Dan, lu tau juga kan gua ama dia ga deket walaupun sama-sama terkenal."

"Pede banget ya," potong Jimin. "Terus?"

"Terus, tadi si Dabin nyapa gua. Katanya motor gua bagus terus nanya gini ke gua 'mau ga nanti sore anter aku pulang, aku traktir deh,' gitu katanya. Sok deket banget, kan gua heran," lanjut Seungyoun.

Jimin memasang ekspresi aneh. "Halu ya, lo? Dabin kan anaknya suka jual mahal gitu. Males gua liatnya, sekalian gua lupain aja eksistensi dia di muka bumi."

"Ngegosip aja buibu." Tiba-tiba, seorang lelaki yang diketahui bernama Yugyeom menaruh tasnya di antara meja Seungyoun dan Jimin. Keduanya dapat melihat air yang menetes dari rambutnya yang basah. "Di luar hujan, gua kebasahan nih. Kayaknya dosen kita juga kejebak hujan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Guy Next Door [YounSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang