Hidangan kedua

18 9 2
                                    

^^Selamat Membaca^^
***

Kepada Riau, dan Keluh Kami

Oleh: Nenek Lutfi, Mozza, Naisyachelia, & Varel

Kabut asap masih menyelimuti Riau
Embun tak lagi terlihat
Pun jarak pandang yang terbatas,
Juga burung-burung enggan singgah.

Karhutla meneror hari-hari yang sunyi
Terbayang bara api yang membumbung tinggi
Sedang napas semakin sesak saja oleh kabut putih
Padati udara, membuyar tentramnya hati.

Jika bisa suarakan lantunan kata
Inginku berbisik pada semesta
Tentang kabut yang selimuti cakrawala
Hingga warna carrot pun tak terlihat barang sedikit saja.

Sunset indah kita telah hancur
Karena hari yang mulai lebur
Membuat bahagiaku terkubur
Dalam gemercik kabut yang kabur, susah payah aku hendak melihat.

Manusia kini semakin terdesak, hela napas atau asap yang 'kan dihirup
Di mana dalam diam ada rutuk yang menyertai,
Dan bara tertumpuk dalam hati, pun sausage matang sempurna di sana.
Sudah begitu, "Siapa yang hendak disalahkan?"

Ruang aksara, 17 September 2019.

Kepulan TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang