Tak Terduga

60 2 0
                                    

Tiba-tiba...

Aku menginjak es batu yang berceceran tadi dan membuatku tergelincir ditengah-tengah keramaian.

"Aaaaaaaaaaa...." teriakku yang hendak terjatuh dengan mata terpejam.

.
.
.
.
.


"Mbak? Mbak gapapa?" Tiba-tiba aku mendengar suara pria yang menelusup ke telingaku.

"Aku jatuuh,, tidaak.. aku jaatuuh" aku berteriak-teriak dengan mata masih terpejam.

"Mbak.. jangan teriak-teriak, telinga saya bisa budek kalo mbak teriak-teriak terus. Coba buka mata mbak deh" kata pria itu.

Ku coba membuka mataku perlahan dan betapa terkejutnya aku saat pria itu menahan tubuhku.

"Aaaaaaaaaa..... jangan sentuh-sentuh bukan mahram!" Aku kembali berteriak.

"Astaghfirullah,, jangan su'udzon dulu mbak, tadi mbak mau jatuh lalu kebetulan saya disebelah mbak, ya saya reflek buat nangkep mbak lah"

"Ohh gitu, okeh makase"

"Mbak, ini mau gini terus sampe kapan? Diliatin orang-orang nih mbak, nanti malah timbul fitnah."

Lalu kulihat sekelilingku. Banyak sepasang mata yang tengah memerhatikan ku & pria ini.

"Ehh, hehe maap mas" aku pun langsung bangkit dari pelukannya dan merasakan malu sampe urat nadiku.

Dengan rasa malu aku pun berlari meninggalkannya.

"Mbak maaf, tadi mbaknya bilang bukan mahram, bukannya yang bener itu bukan muhrim ya?" Teriak pria itu yang seketika menghentikan langkahku.

"Aduuh mas, saya buru-buru nih! Itu saya udah ditinggal temen saya. Jadi maap dan bye!" Jawabku dengan berteriak sambil menunjuk Dita yang sudah jauh tak terlihat.

"Mbaaak 1 lagi... ini ada yang jatuh" teriaknya kembali.

"Ya Allah.. udah bawa aja mas!" Teriakku dengan sebal.

***

"Dari mana aja neng?" Tanya Dita dengan nada jail.

"Udaah pesen tiketnya aja dulu, nanti aku ceritain." Jawabku dengan nafas tersengal-sengal akibat berlari.

Aku dan Dita pun akhirnya asyik menonton di bioskop.


Di lain tempat...


***


"Hah? Aku suruh bawa?" Kata pria tadi sambil mengotak-atik kartu nama Mera yang terjatuh.

Tertulis disitu
Nama         : Mera Ramadhanti
Umur         : 20 tahun
TTL             : Surabaya, 29 Mei 1999
Alamat      : Perum. Googling regency Blok - E 24
No Telph    : 0877********
Pekerjaan  : Dokter Muda
Penugasan : RS. Bumi Takwa

"Ohh jadi namanya Mera, dokter muda ya.. keren keren"

"Eh ada photo nya juga, manis ya anak ini"

"Wah Pas nih ada nomor telphone nya juga"

Pria itu bergumam dengan sendirinya. Saat melihat kartu nama Mera.


***


"Jadi gini ceritanya Dit.." aku pun menceritakan semua kejadian yang kualami termasuk kejadian jatuh dipelukan pria yang tak ku kenal.

"Buseett.. trus kamu gak baper gitu Ra? Emang karakteristik cowo tadi gimana sih?" Tanya Dita dengan kepo.

"Lumayan sih.. putih, tinggi, mancung, rambutnya tadi kereen banget" sahutku sambil membayangkan perawakannya.

"Tuh kan.. kumat deh penyakitnya kalo ketemu cogan, mulai membayangkan sama senyum-senyum ga jelas kek gini".

Aku pun menghiraukan ucapan Dita yang mengomeliku dengan senyum yang masih terpasang saat membayangkannya.

"Tapi Ra, kalo aku jadi kamu nih ya.. aku bakal kenalan terus minta jadian deh" celetuk Dita sambil cengar-cengir.

"Apaan sih Dit! Eh btw, tadi ada barangku yang jatuh terus dia aku suruh bawa karena buru-buru ngejar kamu"

"Coba cek aja Ra, barangkali yang jatuh tadi penting"

Aku pun langsung dengan sigap mengobrak-abrik isi tas ku.

"Eh Dit, kartu namaku gaada!" Kataku dengan cemas.

"Ya berarti kartu namamu yang jatuh Ra, dibawa sama cowo tadi dong. Trus kamu di telphone diajak jadian, ihiiirrrr.... wahahahahahaha:v"

Ketawa Dita yang begitu menggelegar sampai membuat orang-orang di foodcourt kini menatap sinis aku dan Dita.

To be continue...

PossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang