prolog

24 5 4
                                    

Aku melihat banyak api.. Dimanapun ada api..
"Mama... Papa.. " aku berteriak memanggil orangtuaku.. Tapi tak ada jawaban..

Diriku yang baru berusia balita ini hanya bisa mondar mandir.
Di depan ada kebakaran hebat, beberapa kali bahkan terjadi ledakan besar.

Aku ketakutan sendirian...
Tidak ada seorangpun yang menolongku.
Aku mulai menangis terisak.

Terduduk dan hanya meratapi orangtuaku yang terjebak di dalam sana. Entah mereka selamat atau sudah tinggal nama.

Dalam heningnya malam seorang yang sudah berusia lanjut terjaga di kamar, awalnya cuma hening malam dan beberapa derik jangkrik yang terdengar di luar rumah. hingga seorang tadi mendengar sebuah isak tangis, dan isakan itu berada di kamar atas rumah tersebut.

Rumah itu terkesan masih bagus, memiliki dua lantai. Dan lantai teratas, ditempati oleh seorang lagi.

Ia masih anak anak. Pria yang tadi mulai beranjak dari kursi goyangnya.
'Apa yang terjadi? Apakah cucuku bermimpi buruk lagi? Aku bergegas segera ke kamarnya.' batinya bicara.

"Tamara.. Cucuku.. Ada apa sayang..?"

Tergesa gesa kakek itu menaiki tangga, sampai ia hampir terjatuh karena terburu buru.
Sehingga harus memegang kayu untuk tetap berdiri, ia segera bangkit dan naik ke atas.

Di kamar itu seorang anak tengah menggusarkan selimutnya. Kakinya tak henti hentinya menendangi selimut yang menutupi badannya, dia sedang ter isak menangis..

"I.. Ibu... A... Ayah... Hiks.. Hiks.. Kalian dimana...?? Aku sendirian.. Aku takut..!! Kakek..!! Kakek.." teriaknya dalam tidurnya, seolah olah di mimpi itu ia sedang panik. Ia menggumam sampai sedemikiannya.

Mendengar teriakan cucuku satu satunya ini, aku ikut merasakan kepedihannya..

Kakek dari gadis cilik itu mendekatinya dan mengelus rambut coklat pirangnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Tamara.. Ara.. Bangun sayang.. Ada apa..? Disini kakek nak..!!" aku akhirnya membangunkan anak itu.
Menggoyangkan bahunya, mengguncang tubuhnya agar terbangun dari mimpi buruknya. Kakek itu tak akan tega membiarkannya menangis seperti ini.

Tak lama setelahnya.. Tamara mulai membuka matanya.
Seraya memeluk tubuh tua di depannya.

"kakek.. Aku.. A.. Aku takut.. Ii.. IBu.. Pergi.. A.. Ayah juga pergi.."

Tamara masih sesenggukkan ketika terbangunpun, ia merasa mimpi tadi benar benar nyata. Dan ia takut kehilangan ibu dan ayahnya yang sedang bekerja ke luar negri selama dirinya diasuh sang kakek, sejak balita.

Kakek yang sudah berusia lanjut itu, hanya menasehatinya. Menegarkan dirinya. Sambil mengelus lembut pipi merah mudanya yang lucu.

Gadis usia 10 tahun ini terlihat lucu. Tapi kalau sedang menangis seseorang pasti juga akan menangis.

"nak.. Kakek yakin.. Mereka pasti baik baik saja.. Ya.. Jangan gubris mimpi itu. Berdo'a saja supaya mereka baik baik saja."

Kakek tamara tersenyum padanya.
Tamara akhirnya menggangguk dan mulai berdo'a. Agar mimpi tadi takkan menjadi kenyataan.

Sesudah melihat tamara cukup tenang, kakeknya berbalik badan dan pergi.

"kakek tinggal ya..!" lirihnya pada cucunya.

"iya, kakek.. Maaf udah ganggu tidur kakek.." tamara tersenyum manis.

Kakek nya mengangguk, setelah keluar dari kamar cucunya. Ia berbalik dan menangis..

"hiks.. Hiks.. Maafin kakek.. Tamara.. Maafin kakek.. Sudah berbohong..!!" kakek ben kembali ke kamarnya.

Tamara memandang langit yang berbulan purnama serta bintang bintangnya yang membentang indah dilangit. Menghiasnya dengan cahaya kecilnya.

"semoga.. Kalian baik baik aja.. Ayah dan ibu. Tamara sayang kalian.. Cepat kembali dari luar negri..! Tamara kangen. Tamara gak pernah melihat kalian. Pulanglah ayah.. Ibu.."

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

10 berlalu..

Semuanya berlangsung sangat normal,NAMAKU : tamara lestari yang lahir pada tanggal 10 MARET 2021. Sejak usia 3 tahun pas. Di rawat oleh kakek BEN SURTO. Kami dulu tinggal di tepi danau besar.

Bahkan danau itu punya nama. DANAU LIRA. Kata kakek, disana tempat aku dan kedua orang tuaku berpisah.

Mereka harus bekerja. Sampai sekarang benar mereka masih memberikan uang setiap bulan kepada kakek.

Kakek melarangku setiap kali aku ke danau itu. Berulang kali aku tetap melanggar kata kakek.

Ketika ia taksanggup lagi menahan rasa penasaranku pada danau tersebut. Kakek memutuskan aku tinggal jauh dari tempat itu.

Meskipun sejak dulu penghasilannya dari sana. Tapi sekarang kakek gak perlu khwatir, karena papa dan mama senantiasa memberikan uang padanya.

Aku sangat menyayangi kakek.

To be continued...

Tamara ( GIRL BEAUTY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang