01 : sekolah baru & happy birthday

215 23 16
                                    

Pagi hari ini matahari tidak menampakkan sinarnya, hanya ada awan abu-abu yang menyelimuti kota metropolitan saat ini, akibat hujan deras yang datang sejak kemarin sore.

Setelah kepindahannya dua hari yang lalu, kini dirinya harus kembali beradaptasi di lingkungan sekolah yang baru. Bahkan hal ini  sudah ke dua kalinya. Dirinya berharap ini merupakan perpindahan sekolah untuknya yang terakhir di masa putih abu-abu.

Nala kini berdiri di depan cermin sambil memasangkan dasi pitanya, lalu setelah itu jemarinya merapikan rambut yang sedikit tidak rapih dan lalu mengambil tas ranselnya untuk berangkat sekolah.

Sesampainya di pantry, disana sudah ada Kak Dikta yang sedang memasukan dua potong sandwich kedalam tupperware.

Selesai meminum susu paginya, Nala pun berpamitan dengan kedua orang tuanya yang masih melakukan breakfast.

"Eh Nala, ini bawa." ucap Dikta kepada adiknya.

"Ini spesial, bikinnya pake cinta dan harus dimakan."

"Iya Kakak kuu, makasih ya kak."

"Yaudah, ayo kakak yang antar."

Masih memiliki waktu sepuluh menit, sebelum mobil Dikta tiba di sekolah baru adiknya. Namun meskipun begitu, kemacetan lalu lintas sedikit sulit untuk di hindari.

Dengan kejadian, motor dan mobil yang hampir tertabrak. Berujung yang saling menyalahkan dan sebab itu juga membuat lalu lintas lampu merah sedikit tidak terkendali.

Setelah berhasil melewati dua lampu merah, tibalah mobil milik Dikta di sebuah pertigaan. Namun sayang, mobil yang di kendarainya tiba-tiba saja berhenti dan sedikit mengeluarkan asap dari tempat mesinnya.

"Kak itu mobilnya kenapa?" tanya Nala yang sedikit panik.

"Kakak lupa isi oli, La."

"Yaudah, Nala jalan sendiri aja. Udah dekat juga sekolahnya." ucap Nala sambil mencium pucuk telapak tangan Dikta.

"Belajar yang rajin ya." ujar Dikta sambil mengelus rambut Nala dengan gemas, membuat helaian rambutnya sedikit berantakan.

"Ih Kak Dikta! Jadi berantakan tau!" ujarnya kesal.

"Tapi tetap cantik kok."

Nala mulai melewati pertigaan jalan, dengan langkah yang sedikit cepat agar tidak telat masuk sekolah di hari pertamanya. Saat ingin menyeberang jalan, dirinya melihat dua murid laki-laki dan perempuan yang sedang mendorong sebuah scooter bersama-sama.

Laki-laki berhodie ungu muda itu, tidak menyadari jika jas labnya sudah terjatuh ke aspal yang sedikit lembab. Nala berlari kecil untuk mengambil jas putih itu sebelum sebuah kendaraan melintas, dan membuat jas itu kotor.

Setelah berhasil mengambil jas putih itu, dirinya langsung segera menghampiri laki-laki tadi yang kini terdiam sambil melihatnya melangkah mendekat kearah mereka.

"Ini jasnya jatuh." ucap Nala.

Laki-laki itu hanya terdiam sambil mengambil jas dari tangannya tanpa berucap terimakasih, dan berlalu begitu saja sambil mendorong scooter-nya memasuki gerbang sekolah.

"Makasi ya. Maaf sepupu gue itu emang nyebelin orangnya." ujar Qaila sebelum akhirnya ikut menyusul Sakha yang sudah berhasil memarkirkan scooter-nya.

Nala yang mendengar itu hanya tersenyum simpul menanggapinya. Dirinya kembali melangkah memasuki area sekolah dan langsung menuju ruang guru untuk menemui Pak Rian yang katanya akan menjadi wali kelasnya yang baru di sekolah ini.

Bel pun berbunyi dengan nyaring, dengan tertib juga semua anak murid di sekolah ini langsung segera memenuhi area lapangan indoor, untuk melaksanakan rutinitas hari Senin yaitu upacara bendera.

SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang