2

7 2 0
                                    

Senin, 09 Januari. Bayu tepat berusia 22 tahun. Dan tepat dipukul 12.00 wib ia mendapat kejutan ulang tahun dari Michael dan tunangannya, Tifani.

Sepasang kekasih ini terlihat sangat bangga dengan ketepatan waktu mereka. Tifani mengucapkan selamat pada Bayu sambil memegang kue ulang tahun yang dipenuhi coklat, tampak nama Bayu ditulis dengan tar berwarna putih dan diatasnya terdapat dua lilin berbentuk angka dua.

"Selamat ulang tahun Bayu!" seru Michael mengikuti Tifani.

Tak ada respon baik dari Bayu. Ia menatap Michael kesal, sesekali ia tampak menarik nafas panjang.

"ga senang?" Ucap Michael sewot.

"iya" Jawab Bayu ketus. Ia tidak menghiraukan Tifani yang dari tadi menatapnya kesal sambil menggerutu. Bayu menarik selimutnya dan kembali tidur.

"Tiup lilin dulu!" teriak Tifani. Wanita itu meletakan kue yang ia bawa diatas meja dan sebuah pukulan keras langsung mendarat dibokong Bayu.

"Ah.. Tidak!! Kesucianku" Teriak Bayu yang spontan bangun, ia mengacak acak rambutnya seperti orang frustasi.

"lebay banget. Tiup cepat!" seru Michael dan Tifani hampir bersamaan.

Bayu mengalah. Ia menutup matanya dan berpikir untuk memanjatkan harapan. Sedih, pikir Bayu, kenapa selalu dia? Kenapa selalu Michael yang pertama mengucapkannya? Apa hanya dia yang menganggapku istimewa? Sejujurnya, itu yang membuatku gak senang dengan kepeduliannya, aku ingin merasa istimewa dimata orang lain.

"Panjang banget doanya.." Guman Michael keras, sengaja agar terdengar Bayu. Dan alhasil ia menerima cubitan maut dari Tifani dipinggangnya.

Tepat setelah Bayu membuka mata, ia meniup api dililin kecil itu hingga padam. Tidak ada doa, tidak ada harapan yang ia panjatkan. Terlalu sakit rasanya terus berharap tanpa hasil yang jelas. Mungkin 'dia' bukan takdirku Tuhan, pikir Bayu.

***

"gimana pesta kemarin?" Tanya Ana ditengah kesibukannya merapikan rambutnya.

"seru banget!" teriak Bulan histeris. "gua dapat foto bareng Tifani" sambungnya antusias sambil menunjukan foto diponselnya pada Ana.

Ana meraih ponsel itu.

"gua ga nyangka loh dia ramah banget. Dia ga nolak sama sekali waktu gua minta foto, padahal kan waktu itu gua kayak gembel banget. Ga salah gua ngidolain dia" Oceh Bulan. Ia memang sudah mengidolakan Tifani dua tahun ini. Tubuh Tifani yang tinggi dan ramping, juga wajahnya yang begitu cantik dan tampak lembut menjadi alasan utama Bulan mengidolakannya. Yah, Bulan menyadari tubuhnya yang gemuk dan pendek apalagi warna kulitnya yang tidak seputih Tifani, karena itu dia hanya mengidolakannya tanpa keinginan mengikuti gayanya atau apapun tentang Tifani.

Ana hanya tersenyum. Sebenarnya ia tidak begitu mendengar ocehan Bulan.

"Ana?" Bulan memegang bahu Ana yang dari tadi hanya diam menatap foto Tifani. "gua tahu dia cantik, tapi ga sampe matanya mau keluar juga kali." Bulan merampas ponselnya dari tangan Ana dan bergegas pergi keluar kamar mendengar suara ketukan pintu.

***

"Pesta malam? Yuhu!!" Teriak Rino kesenangan.

"Yeah!" Seru beberapa teman Bayu bersamaan mendengar Bayu mengadakan pesta disalah satu klub malam dalam rangka merayakan ulang tahunnya.

"undang anak cewek dong bro. Lo jangan kaku banget" bujuk Rino.

Sering sekali Bayu mengadakan pesta seperti ini, tapi belum pernah sekalipun ia mengundang wanita dalam acaranya. Sampai beberapa temannya mengira ia kelainan, ya maksudnya gay.

"iya"

"Serius?!"

"hm hm.." Bayu mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang