9 » be a prisoner

874 174 28
                                    

Membuka kelopak mata dan merasakan silau sebab retinaku yang terpapar cahaya secara langsung, aku langsung berasumsi bahwa diriku telah pergi ke surga.

Tunggu, kupikir ada sesuatu yang janggal. Bukankah aku ini seorang pendosa? Lantas, apakah surga masih mau menerimaku? Rasanya aku terlalu hina, tak pantas barang sedikitpun untuk mencium aroma tempat nan agung tersebut. Aku lebih pantas dijerumuskan ke dalam kerak api neraka, berteman dengan iblis-iblis jahat yang memang sepadan dengan apa yang telah kuperbuat sewaktu di dunia. Namun, Tuhan sepertinya masih berbaik hati. Sebab ia tak kunjung memutus nyawaku di saat aku telah hancur lebur dalam kubangan lumpur bernama dosa.

Mengerjapkan mata berulang kali, nyatanya aku masih bisa menatap bagaimana jarum jam yang menggatung apik di atas sana berotasi sebagaimana mestinya. Kemudian disusul oleh hidungku yang samar-samar mencium aroma khas obat-obatan yang pahit apabila ditenggak. Lantas jemariku merambat perlahan ke atas dada. Merasakan jantungku yang berdetak kendati temponya agak sedikit lambat.

Menyandarkan punggung ke kepala ranjang, aku merasakan ketakutan kembali merambat di sekujur tubuhku. Pikiranku dipenuhi akan teror dimana aku memasukkan mayat-mayat ke dalam sumur, yang mana aku yakin sekali bahwa mayat Jimin juga ikut tenggelam bersama dinginnya air yang terasa menusuk hingga ke tulang belulang. Akan tetapi, bukan hanya hal itu saja yang aku takutkan; saat ini aku telah berada di bawah penguasaan Namjoon. Aku yakin sekali bahwa malam itu, dialah yang melecutkan timah panas ke tungkai kananku.

Tanpa sadar, aku berteriak histeris—nyaris tak ada bedanya dengan orang sinting yang berontak saat diberi obat—hingga salah satu wanita dengan setelan putih membuka pintu dan melangkah cepat ke arahku. Rautnya agak sedikit cemas tatkala tangannya berusaha menahan tanganku yang hendak menjambak suraiku sendiri. Dirasa tak cukup kuat, dia memilih untuk mundur, membiarkanku yang mulai menyakiti diriku sendiri.

Aku menjambak, aku memukul, aku menendang.

Semuanya kulakukan untuk mengurangi rasa takut juga bersalah atas apa yang telah terjadi. Beberapa menit berlalu, aku jadi lelah dengan sendirinya. Jemariku yang semula meremat helai rambut dengan kelewat erat mulai mengendur, pun nyatanya aku tak menyadari bahwa tak jauh dari ranjangku, telah berdiri satu laki-laki berpostur tinggi yang menancapkan jarum suntik di bahuku. Well, kuakui ia cukup hebat hingga aku sendiri tidak menyadarinya.

Ajaibnya, kantuk seakan tengah menyerangku tanpa ampun. Dan di antara mataku yang nyaris kembali memejam, aku mendengar lelaki itu bersuara pada si wanita yang menghela napas panjang, "Beritahu pada pihak kepolisian bahwa tersangka mereka atas nama Min Yoongi telah sadarkan diri. Mereka bisa memulai introgasi petang nanti." []

•••

Eat My Friend«memakan temanku sendiri»

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eat My Friend
«memakan temanku sendiri»

Eat My Friend | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang