Riwayat sakit jantung

4 2 0
                                    

Jam 10.30, masih dihari yang sama. Ini jam istirahat, semua penghuni kelas sepertinya sedang ancang-ancang mencoba mendekati mas qu, iya. Mahendra sekarang aku nobatkan sebagai mas qu, ish! benar-benar, aku jadi malu sendiri. Mulai sekarang aku akan memanggilnya dengan sebutan itu, sepertinya kita berdua akan menjadi pasangan yang imut. Oke berhenti berkhayal, aku mengedarkan pandanganku mengamati setiap penjuru kelas. Sial! Sera sudah terlebih dahulu berdiri dihadapan mas qu, tidak bisa ku biarkan. Dengan cepat aku berpindah seperti menggunakan jurus teleportasi, tidak. Aku hanya melebih-lebihkan. Sera yang awalnya memasang tampang so imut didepan mas qu akhirnya terpental jauh. Alhamdulillah, aku berhasil menyingkirkan satu. Dasar kucing garong, berani-beraninya mendekati mas qu.

Masih berkutat dengan imajinasi ku aku tersadarkan akan sebuah deheman, anjir. Woi, mas qu menatapku lekat. Memasang wajah yang tak dapat ku tebak. Menatapku dalam dengan mengangkat satu alisnya, eh anjir. Inimah dianya lagi binggung. Astaghfirullah emak, anakmu ini seketika terkesiap. Tanpa sadar memasang cengiran tanpa dosa. Gila, otak! Ayo berfikir. Bantu aku, apapun. Aku tak mau mati karena malu dihadapannya. Benar, Tuhan sepertinya berpihak kepadaku. Sebuah ide mengalir dengan indahnya memasuki otak berdebuku. Dengan cepat aku mengulurkan tangan sambil memasang senyum terbaik yang ku punya, menampilkan deretan gigi putih dan rapiku. Jangan lupa lesung pipiku, aku memiliki 3. Jangan mencoba untuk mengatakan ingin memintanya dariku, tak akan ku berikan.

"Aku, Maheswari Adena. Kau bisa memanggilku dengan sebutan sayang."

Kelas yang sendari awal memang sudah ribut seketika semakin menjadi layaknya pasar malam. Para penonton alay bersorak, dengan dipimpin ratu ular sebagai pemandu. Fetrycia! sirik banget dah badut simpang empat. Bikin momen manis aku dan mas qu terganggu aja.

Dia diam, seperti tak ada niatan untuk membalas uluran tangan dariku dan hanya menatapnya penuh kebingungan. Aku yang merasa akan terabaikan inipun segera menarik tangannya. Menyatukan tangan kami, tunggu. Dari jarak ini, jantungku. Sepertinya dikeluargaku ada yang memiliki riwayat sakit jantung. Kenapa berdetaknya secepat ini? Aneh sekali.

"Mahendra"

Singkat, benar-benar hanya satu kata. Dia melepaskan tangannya dariku. Lalu berjalan meninggalkan ku yang masih melongo diam seribu bahasa diikuti Aji dan Ariyo yang juga melewatiku sambil menggelengkan kepala. Sepertinya mereka mulai akrab setelah pembelajaran pertama tadi dimulai. Aku yang sudah tenggelam dari awal dengan imajinasiku semakin dibuat sesak. Suaranya, Tuhan. Tolong jadikan mas qu sebagai jodohku. Dan kalaupun mas qu bukan jodohku. Maka rubahlah takdir itu. Aku benar-benar menyukainya. Mas qu, Mahendra. Aku, Maheswari ini adalah awal untuk kita.







🖤
Note:
Terimakasih yang masih setia membaca cerita ini. Bye! :)
Next>>>

Struggle To Get, Mas Qu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang