= S A T U

5.5K 355 138
                                    

_______________

P & P
________________

Kata siapa menjadi wanita itu mudah? Yang ada menjadi wanita itu menderita karena selalu dianggap lemah. Ya, Irene akui jika dirinya begitu lemah dalam berbagai keadaan. Keadaan miskin yang menyebalkan, yang menyebabkannya harus banting tulang mencari uang. Berbagai kisah pilu sebaiknya tidak ia ceritakan karena akan sangat panjang. Yang perlu diketahui adalah dirinya seorang jalang yang bermimpi menjadi kaya. Ia akan melakukan apapun untuk menjadi kaya termasuk menjual dirinya sendiri.

"Aku capek menghadapi dia, Yoongi. Hubungannya denganku hanya pelanggan setia, tapi laki-laki itu seolah-olah menganggapku kekasihnya. Memintaku begini-begitu sampai aku kesal, ditambah sangat kasar." Segelas vodka mengalir cepat dalam tenggorokan wanita yang menahan kesal. Satu tangan lagi memainkan sebuah pisau kecil milik Yoongi yang entah untuk apa.

"Sabar, kita tidak bisa melepas dia begitu saja karena bayarannya untukmu sangat mahal."

"Jika bukan karena uang, aku pasti akan meninggalkan pekerjaan ini."

Yoongi tersenyum pada wanita di depannya. Mengamati setiap kekesalan pada wajah cantik itu. "Kau tidak pulang? Jamnya sudah habis, 'kan?"

Pertanyaan Yoongi membuat Irene melirik jam tangannya. Ia segera melepas pisau yang sedari tadi digunakan untuk melampiaskan kekesalan. Lalu meraih tas yang tidak jauh berada di dekatnya. "Jangan lupa transfer, aku harus membayar sewa rumahku besok pagi."

"Tenang saja."

"Aku pergi." Irene berdiri untuk meninggalkan sebuah bar di hotel milik Yoongi. Yoongi si muncikari yang punya puluhan wanita jalang untuk dipakai oleh laki-laki yang membayar, termasuk Irene. Membangun sebuah hotel adalah kedok dari seorang Yoongi yang punya bisnis di mana-mana, tentu saja dengan bisnis yang sama.

Tidak jauh beberapa langkah Irene pergi, tidak sengaja dirinya berselisih dengan wanita cantik sahabat dari Yoongi, bisa dibilang tangan kanan lelaki itu.

Yah, walaupun ia sudah lama menjalani pekerjaan haram ini, tetapi sampai saat ini ia masih tidak mengerti mengapa wanita itu begitu sinis padanya. Perlakuan wanita itu jauh berbeda jika berinteraksi dengan jalang lain. Dan setiap ia berbalik, wanita itu pasti akan marah mengomeli Yoongi.

Dirinya mematung mengamati wanita yang terus-terusan berucap yang entah didengar oleh Yoongi atau tidak. Walaupun ia tidak mendengar, tetapi dirinya bisa merasakan jika wanita itu tidak menyukainya yang bertemu dengan Yoongi.

Lambaian kecil memberitahukan bahwa ternyata Yoongi memang tidak mengubris. Ia balik melambai dengan senyuman kecil yang semakin membuat wanita yang berada di samping Yoongi itu kesal. Aneh, itulah yang terjadi.

"Cukup, Wendy. Kau mengomel sepanjang waktu."

"Ini karena kau yang tidak mendengar perkataanku! Sudah kukatakan keluarkan saja jalang sialan itu! Semakin hari kau semakin gila, Irene, Irene, Irene terus!"

"Apa yang salah kalau aku menyukainya?"

"Dia jalang, Yoongi! Apa kau tidak bisa bayangkan bagaimana setiap malam jalang itu bermain dengan laki-laki lain!"

"Asal adegan itu tidak di depanku, aku akan baik-baik saja."

Wendy memukul meja dengan keras. "Pokoknya aku tidak setuju! Kau harusnya menyukai wanita baik-baik karena kau sahabatku!"

Yoongi tertawa kecil dengan hembusan asap rokok yang mengepul. Laki-laki brengsek seperti dia malah tidak pantas mendapat wanita baik-baik. Karena yang kotor haruslah dengan yang kotor. "Aku tidak butuh wanita baik-baik, aku butuhnya wanita cantik seperti Irene."

Selepas berujar, Yoongi pergi menemui pelanggan lain yang akan mem-booking jalangnya.

"Sial! Tidak bisakah kau pandang aku!" decak Wendy kesal.

***

Irene menepis kasar alarm yang berbunyi nyaring di dekat kupingnya. Sangat menganggu terlebih dirinya baru tidur tiga jam yang lalu. Namun, kenyataan pahit mengharuskan ia bangun untuk mencari uang kembali.

Jika malam hari ia menjadi jalang, maka siang hari ia menjadi kasir coffee shop. Ya, anggap ini kedok untuk mengelabui orang-orang, terutama ibunya. Dirinya hanya punya ibu dan satu adik perempuan yang semua kebutuhan dirinya yang tanggung. Mungkin jika ibunya yang di kampung tahu, ibunya akan malu bukan malah membanggakan dirinya.

Tiba-tiba ia tersentak kaget ketika menyadari pintu sewaan miliknya terbuka. Jelas-jelas tadi malam dirinya kunci sebelum pergi tidur.

Fyi, kamar sewa miliknya hanya ada satu ruang yang mencakup segala aktivitas. Jangan lupakan ruang kecil untuk mandi dan buang air besar, terdapat juga balkon kecil di belakang tempat untuk menjemur pakaian. Sebenarnya ia bisa saja menyewa yang lebih besar dari ini, tetapi buat apa? Dengan begini pun ia nyaman.

Dirinya melangkah keluar sewaan yang berada pada lantai 3, menengok kanan dan kiri koridor gedung. Namun, suasana begitu sepi. Ia masuk kembali dan menduga-duga sesuatu yang sering terjadi akhir-akhir ini padanya. Langkahnya bergerak cepat menuju balkon belakang, memperhatikan sesuatu yang ternyata benar seperti dugaannya.

"Sial! Pakaian dalamku hilang lagi." Ia bergerak membereskan jemuran yang kemarin sore dirinya cuci, sembari berpikir jika seseorang pasti menyelinap masuk ke dalam sewaannya sewaktu ia tidur. Sebenarnya ia tidak perlu cemas karena tidak ada barang berharga yang ia punya. Khawatir pada dirinya juga tidak perlu karena ia wanita yang tidak berharga. Jika dirinya diperkosa maka ia hanya perlu minta bayaran, lalu jika dirinya dibunuh, itu lebih bagus dari bayangannya. Daripada itu hal yang menjengkelkan adalah dirinya harus membeli pakaian dalam lagi, sangat penting pakaian dalam yang banyak untuk jalang sepertinya.

"Kalau ketemu pelakunya akan kubunuh tanpa segan."

***

"Ini sudah ke seribu kalinya kita pergi ke sini," desis Jimin bosan dengan ajakan Taehyung yang selalu pergi ke tempat yang sama.

Lelaki yang bernama Taehyung itu hanya menyinggungkan senyum dengan mata yang tidak lepas dari seorang kasir coffee shop tersebut.

"Ck, dia lagi."

Kali ini decakan Jimin berhasil membuat Taehyung menoleh. "Masih untung kubelikan minum."

"Kalau suka dengan kasir itu, nyatakan bodoh. Jangan menguntit begini, tidak gentle sama sekali."

"Sudahlah, kau pulang saja, aku masih mau di sini."

Lagi-lagi Jimin berdecak dengan meminum sisa coffee-nya. Tadi teman gilanya ini yang memaksanya ikut, lalu sekarang dirinya diusir dengan seenaknya."Kau itu sudah masuk tahap terobsesi, bukan suka lagi. Sampai pakaian dalam dia kau curi itu keterlaluan namanya."

"Mau suka atau obsesi aku tidak peduli. Semua miliknya akan kucuri, termasuk hatinya. Aku hanya mencari waktu yang tepat untuk muncul di depannya."


Bersambung...

A/n: Di sini aku bawa wenga cuma untuk membantu main cast. Jadi, pastinya bakal terfokus pada Irene & Taehyung. Aku gak mau dengar tuntutan 'banyakin wenganya' oke👌

Aku membawa satu cerita untuk mewakili tahun ini, semoga suka

Psycho & Prostitute Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang