1

2 0 0
                                    

"Apa, NIKAH,
enggak naura gak mau nikah, umi!"
Wanita berusia 27 tahun itu hampir menangis mendengar perkataan umi nya
"Ra, kamu tau kan kalo menikah itu menyempurnakan agama, emang kamu mau gak dianggap umatnya nabi Muhammad hem?"
Umi naura masih bersikap lembut kepada putri semata wayang nya itu yang terus menerus menolak untuk menikah, ini adalah ke tiga kali nya kedua orang tua naura menjodohkan putri mereka itu tapi naura selalu menolak dengan alasan berbeda-beda
"Nggak umi, naura belum siap menikah"
Umi naura hanya menghela nafas berat lalu mengelus kepala naura dengan sayang
"Umi bakal bicarain sama abi mu lagi yah"
Wanita paruh baya itu baru hendak bangkit dari kasur putrinya saat suaminya sudah berdiri diambang pintu dengan wajah murka
"Abi sudah lelah sama penolakan mu naura, apa abi pernah minta hal lain selain kamu menikah, abi sudah beri kamu kelonggaran untuk mencari calon yg kamu sukai sendiri, tapi apa naura bahkan sampai detik ini kamu tidak pernah mengenalkan calon mu, usia mu sudah hampir 28 tahun, abi dan umi mu sudah terlalu tua untuk mengurus diri mu, demi Allah naura abi gak akan minta hal lain jika kamu menuruti sekali ini permintaan abi"
Panjang lebar lelaki paruh baya itu berbicara tanpa melangkah masuk ke dalam kamar putrinya,
Wajah naura berubah pias, belum pernah dalam hidupnya mendengar abi nya berkata dengan seputus asa itu, hati naura ter enyuh air mata nya sudah siap keluar,
Umi naura hanya terdiam menatap punggung suaminya yang telah melangkah pergi
"Abi.. Hiks..maafin naura" Lirih gadis itu sambil mengelap air mata disudut matanya
"Umi mau nemuin abi mu dulu" Pamit umi naura lalu melangkah keluar kamar putrinya menyusul suaminya di ruang tamu.
"Abi" Panggil umi naura dengan wajah khawatir kepada suaminya itu, lelaki paruh baya itu menoleh kearah istri nya sambil tersenyum tipis
"Apa abi terlalu keras pada naura?" Tanya abi naura saat istrinya itu sudah duduk di samping nya,
Wanita itu menggeleng
"Umi rasa itu yang terbaik, asal abi tidak mengatakan hal seperti itu lagi, dia sangat syok"
Lelaki itu mengusap wajah nya
"Abi tidak mau naura sendirian setelah kita pergi mi"
Umi naura hanya mengangguk membenarkan perkataan suaminya
"Apa naura mengatakan sesuatu tadi setelah abi ngomong begitu?"
Umi naura hanya menggeleng
"Dia hanya merasa menyesal, biarkan dia memikirkan permintaan kita bi, abi tau sendiri kan bagaimana kerasnya watak putri kita itu"
Abi naura hanya tersenyum lalu menggenggam tangan istrinya.

Tidak jauh berbeda dengan keadaan rumah Muhammad ismail,
Kediaman keluarga Rama Wijaya juga sedang panas-panasnya, perang mulut sedang berlangsung didalam rumah tersebut
"Pokoknya Rio gak mau titik"
"Nggak, mama gak mau tau kamu harus menikah sama anaknya teman papa mu, tidak ada bantahan"
Wajah cantik mama Rio terlihat memerah menahan emosi yang sudah meluap-luap karena penolakan putra nya tersebut, suami nya Rama Wijaya hanya bisa mengelus punggung istrinya itu
"Ma, rio udah dewasa, rio bisa nentuin jodoh rio sendiri. Mama gak bisa seenaknya nentuin jodoh rio, lagian rio sudah punya calon ma" Pria itu mencoba menetralisir suaranya yang hampir membentak mama nya
"Siapa hah, Felice maksud mu, mama sudah bilang mama gak akan pernah setuju kamu nikah sama dia, dunia akhirat rio, kamu lupa apa gimana munafik nya wanita itu, dia itu perempuan gak benar rio" Tangis wanita paruh baya itu pecah, papa rio yang dari tadi diam langsung gelabakan melihat istrinya menangis, lalu menatap murka putra nya itu
"Terserah Rio,lebih baik kamu pergi dan tidak usah menampakkan diri lagi" Wanita paruh baya itu berteriak lalu kehilangan kesadaran nya,
Rama langsung menangkap tubuh istrinya yang sudah kehilangan kesadaran nya, rio panik lalu mendekat kearah mamanya
"Mama..." Panggil rio yang merasa bersalah pada mamanya, dia lupa jika mama nya itu punya penyakit yang tidak boleh terlalu stress yang bisa membahayakan dirinya.
Rama hanya menatap kecewa putra nya itu, lelaki paruh baya itu bukannya tidak perduli tapi dia hanya tidak pandai menyampaikan kata-kata.
Ria dan Reno serta rafa ketiga anaknya yang lain sudah datang saat dihubungi bahwa mama mereka masuk rumah sakit, tak jauh berbeda dengan papa nya, ketiga saudara nya juga menatap kecewa kepada rio
"Ini salah nya bang rio kan, sampe mama masuk rumah sakit lagi hiks" Ria memeluk abangnya yang paling sulung, reno sambil sesekali sesenggukan sedangkan rio hanya menunduk dalam diam di tempat duduk ruang tunggu rumah sakit karena dokter masih memeriksa keadaan mamanya
"Rio, kalo lo gak bisa ngabulin permintaan mama setidaknya lo gak usah ngomong kasar ke mama"
Rafa mengeluarkan suara yang sejak tadi hanya diam menatap rio, wajahnya mengeras dan tangannya dia kepalkan kuat-kuat menahan emosi sejak tadi yang ingin memukul saudara nya tersebut
"Sudah rafa, kalian tidak boleh bertengkar disaat mama kalian lagi begini" Papa mereka menengahi kedua putra nya itu agar jangan sampai baku hantam di lorong rumah sakit.
Dokter keluar dari ruang IGD, Rama langsung menghampiri dokter tersebut
"Bagaimana keadaan istri saya dokter?" Buru Rama dengan tidak sabaran
"Saat ini kondisi istri bapak baik-baik saja, tapi emosi nya harus tetap dikontrol karena bisa menyebabkan stress yang akan membahayakan dirinya, untuk lanjutnya bisa bapak keruangan saya, nanti saya jelaskan detail nya disana" Dokter itu pamit diikuti dua perawat,
Rama juga mengikuti dokter tersebut,
Ria langsung menghambur memeluk mamanya yang masih belum sadar, tangisan gadis itu pecah seketika
"Maa....bangun ma... Jangan sakit ma...hiks mamaaa"
Rafa, reno dan rio menatap pilu adik perempuan satu-satunya mereka dan yang paling bungsu itu, tangan rafa mengelus puncuk kepala adik nya itu yang terhalang oleh kerudung,
Rio berdiri disamping mamanya yang terbaring dengan selang infus di tangannya
"Maafin rio ma, rio janji bakal nurutin keinginan mama" Lirih rio, ketiga saudara nya menatap tak percaya pada rio yang terlihat sendu
"Kamu yakin?" Tanya reno, abang nya itu orang yang paling sabar mengikuti tabiat papa mereka, dia yang paling bisa mengontrol emosinya berbeda dengan  ketiga saudaranya itu
"Iya" Balas rio sambil menganggukkan kepalanya pelan, tangisan ria langsung reda
"Ma bangun, bang rio udah bersedia nurutin permintaan mama" Perkataan ria membuat kesal Rio, apa adiknya itu tidak membaca situasi dirinya yang terpaksa
"Kamu jangan berisik ya, mama tuh lagi istirahat" Itu suara papa mereka yang sudah berdiri di belakang mereka bertiga
"Mama gak pingsan pah?" Tanya rafa bingung
"Tadi nya iyah, tapi kata dokter mama mu cuman tidur efek obat aja" Jawab rama sambil mendekati ranjang istrinya
Rafa manggut-manggut faham,lalu menatap rio yang hanya diam lalu papanya
"Pa, rio kata nya bersedia nurutin permintaan mama, emang mama minta apasih pa kok sampe pingsan gini?" Tanya rafa penasaran, dia dan kedua saudara lainnya hanya tau bahwa mama nya dan rio bertengkar karena Rio tidak mau menuruti permintaan mama mereka, Rama menatap rio lalu menghela nafas nya
"Mama kamu mau jodohin rio sama anak teman papa"
"HAH" ria, reno dan rafa serentak meng-hah kan perkataan papanya sedangkan rio hanya menghela nafas melihat reaksi ketiga saudaranya itu
"Kenapa gak tawarin aku aja sih" Balas rafa pura-pura kesal, dia juga belum menikah berbeda dengan reno yang sudah menikah namun karena istrinya seorang dosen yang punya jadwal mengajar yang padat jadi tidak bisa langsung menemui mertuanya yang sedang sakit,
"Tanya aja sama mama mu".

Keempat bersaudara itu sedang duduk di kantin rumah sakit sambil menunggu pesanan mereka, sekarang sudah masuk jam makan siang
"Emangnya kek apasih perempuan yang mau dijodohkan sama bang rio" Suara ria memecahkan keheningan
"Gak tau" Balas rio malas
"Ih abang, abang aja belum tau orangnya gimana udah ditolak huu" Ejek ria kesal
Reno dan rafa hanya menggeleng mendengarkan percakapan kedua saudara mereka itu, pesanan mereka sudah datang
"Yo, kalo lu gak mau nanti buat gue aja calon lu heheh" Canda rafa yang memang masih jomblo
"Dasar jomblo karatan" Olok ria sambil menyuap mie ayam kemulutnya
"Emang situ punya pacar apa" Balas rafa sengit
"Duh maaf aja yah bang rafa, gini-gini aku tuh banyak yang ngejar-ngejar" Ria tidak mau kalah membalas perkataan abangnya
"Berisik kalian berdua" Celetuk rio kesal
"Kalo lo mau ambil aja, gue gak sudi nikah sama cewek yang gue gak tau bentuk nya gimana" Sinis rio,
Rafa hanya terkekeh mendengar perkataan rio
"Mama gak mungkin jodohin kamu kalo bukan sama wanita baik-baik rio" Reno yang sejak tadi hanya diam mengeluarkan suaranya
"Ih bang reno bijak banget sih" Ria memuji abangnya yang paling penyabar itu, rio hanya diam saja tidak mau menjawab perkataan abangnya karena memang benar tapi tetap saja dia tidak Terima dengan perjodohan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

husband and wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang