01✓ || The First

103 29 28
                                    

 
Gadis itu terus berjalan cepat, tanpa mempedulikan Kiano yang terus memanggilnya. Akhirnya Kiano bergegas untuk memasuki kelasnya.

Beberapa jam terlah berlalu, pelajaran bahasa Inggris yang amat menyebalkan di hari Senin juga sudah berlalu. Namun yang kiano lakukan hanya senyam-senyum sendiri semenjak dia bertemu seorang gadis.

Flashback On

Kiano yang terus berlari cepat menghindar dari teguran pak Anton untuk mengikuti upacara bendera, yang menurut kita ko ko sangat melelahkan.

Dan sampai akhirnya ia menghentikan langkahnya didepan ruang musik di sekolahnya.
Dengan cepat Kiano membuka pintu ruang musik dan masuk kedalamnya.

Ruang musik yang selalu menjadi tempat berlindung nya dari upacara bendera di setiap hari Senin. Karena baginya, dibandingkan harus berpanas-panasan mengikuti upacara bendera lebih baik ia berkutat dengan piano kesayangannya yang ada di ruang musik itu.

"Good morning, Honey!"

"I'm coming!" Teriak Kiano lalu duduk didepan piano kesayangannya yang ia panggil HONEY.

Aneh memang, Kiano yang notabenenya dikenal sebagai seorang bad boy di SMA-nya itu justru sangat suka bermain piano. Kiano juga suka dengan lagu-lagu klasik.

Perlahan, jemari Kiano memainkan piano yang ada didepannya. Kiano meresapi setiap nada yang dihasilkan dari piano tersebut. Karena menurut Kiano, nada-nada itu yang bisa memahami dirinya.

Dengan bermain piano, ia bisa bercerita tentang apa yang ada didalam perasaannya tanpa harus bicara pada siapapun.

Namun jemari Kiano seketika berhenti memainkan piano ketika ia melihat seorang gadis dengan kepala menunduk dan rambut tergontai ke bawah sudut diruangan itu. Gadis itu hanya terdiam tanpa berbicara apapun.
Kami Kiano bergetar.

"Mbak Kunti!"

"Lo mbak Kunti, kan? Tolong. Mbak jangan ganggu! Gue masih mau hidup! Lo suruhan pak Anton ya? Bilang sama pak Anton gue janji, Senin depan gue bakalan ikut upacara! Gue janji nggak bakalan malakin anak orang lagi. Gue janji gua nggak akan bolos selama satu hari!" Ujar Kiano panjang lebar dengan napas tak beraturan.

Namun anehnya, gadis itu malah menghela nafas berat seraya menyeka rambutnya yang sedari tadi menutupi wajahnya lalu menatap Kiano dengan tatapan tajam.
"Bisa nggak sih. Pagi-pagi nggak usah berisik!?"
Dengan sedikit takut, Kiano menatap balik sosok itu.
"Lo bukan mbak Kunti?"

"Mbak Kunti. Pala lo peyang!"

"Ganggu orang tidur aja tau nggak sih lo!?"
Dumel gadis itu yang ternyata juga seorang murid yang terkesan jutek dan tercapai sebagai gadis tercantik.

Kiano membulatkan matanya kearah gadis itu, Kiano menatapnya seakan tak ingin melepaskan pandangannya dari gadis itu. Kiano sepertinya tak asing ~tentu saja tak asing karena fotonya tersebar kemana-mana dan lagi selalu trending topik disekolahnya~.

"Lo?"

Kiano turun dari bangku yang ia naiki lalu menghampiri gadis yang ada disudut ruangan itu. Dengan langkah yang ceroboh, ia terjatuh tepat di atas gadis itu.

Cup!

Dan akhirnya Kiano mencium gadis itu. Gadis itu mendorong dan segera meraih sapu yang ada didekatnya, mengarahkannya ke Kiano.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Feeling Of Fina (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang