02. Perhatian [Supra x Frostfire]

5.6K 281 58
                                    

Frostfire tidak dapat menemukan keberadaan sahabatnya, Supra. Sebenarnya mereka terlihat tidak begitu akrab. Jika Supra suka berlama-lama di perpustakaan dan menjadi populer karena kepintaranya, maka Frostfire lebih suka beraktivitas di beraktivitas di luar ruangan dan menjadi populer karena kebolehannya dalam bidang olahraga.

Wajar Frostfire belum menemukan sahabatnya, ternyata ia lupa untuk pergi ke perpustakaan tempat kesukaan Supra. Langkah kakinya dipercepat untuk segera menemui sahabatnya, ada hal yang ingin ia sampaikan.

“Sudah kuduga kau ada di sini.” Frostfire terengah-engah saat sampai di depan Supra yang bahkan tidak meliriknya sedikit pun.

Supra sudah tahu dari suara yang ia dengar, bahwa yang baru saja sampai adalah sahabatnya, Frostfire. Matanya yang terhalangi kacamata model visor berwarna oranye kemerahan itu masih fokus pada buku yang ada di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menopang pipinya.

Frostfire sudah terbiasa diabaikan atau tidak dilirik oleh Supra ketika mereka seharusnya saling menatap. “Aku ingin menyampaikan pesan dari Ayahku untuk Ayahmu, Supra.” Frostfire duduk di samping Supra yang masih belum meliriknya. Supra hanya mengangguk sekali.

Meskipun sudah terbiasa, bukan berarti Frostfire suka terhadap sikap Supra yang terkesan sombong itu. Terkadang Frostfire ingin bertanya apakah memukul wajah sahabat sendiri karena kesal merupakan hal yang legal. Ingin Frostfire berteriak pada Supra untuk menatapnya ketika ia tengah berbicara.

“Kau mendengarku ‘kan, Supra?” Frostfire memastikan bahwa sahabatnya ini akan mendengarkannya, ia tidak mau jika nanti ia berucap sia-sia karena Supra tidak mendengarkannya. Sekali lagi Supra hanya mengangguk singkat, kemudian tangan kirinya bergerak membalik lembaran buku.

Tidak, Supra terlihat seperti tengah tidak menghiraukan Frostfire. Atau mungkin Frostfire hanya dianggap sebagai angin lewat.

“Apa kau tidak bisa melihat ke arahku sebentar saja? Aku sedang bicara padamu.” Frostfire memiringkan kepalanya dan mencoba masuk ke area penglihatan Supra, sekaligus mengintip mata Supra yang masih tertutup kacamata kebanggannya.

Supra tidak lagi mengangguk, tetapi melirik Frostfire sekilas. Hanya sepersekian detik Supra melihat wajah Frostfire yang tengah melihat ke arahnya.

Frostfire kesal, ia merasa bahwa dirinya sama sekali tidak ada artinya di hadapan Supra. Ia menarik buku yang menjadi fokus Supra, bermaksud membuat Supra hanya fokus padanya. Hanya selama ia berbicara pada Supra.

“Sudah kubilang ‘kan, lihat aku ketika aku sedang berbicara pada—” ucapan Frostfire terpotong ketika tiba-tiba mulutnya terbungkam oleh sesuatu yang lembut. Supra menciumnya tanpa ada peringatan.

Frostfire mengira ciuman itu hanya akan berlangsung selama beberapa saat, tetapi ternyata Supra melakukan lebih. Bibirnya yang sebelumnya kering kini dibasahi oleh lidah Supra yang kemudian mulai mencoba untuk masuk ke dalam liang mulutnya.

“Mmph!” teriakan Frostfire tertahan ketika dirinya hendak melepaskan diri tetapi Supra justru menahan kepalanya dengan tangan kanannya.

Supra belum berhasil masuk ke dalam mulut Frostfire, tetapi ia menyudahi cumbuannya dengan sahabatnya. “Sulit juga rupanya,” komentarnya.

“A-a-apa yang kau lakukan?” Frostfire segera mengusap bibirnya dengan kasar menggunakan punggung tangannya, mencoba menghilangkan rasa yang tersisa di bibirnya meskipun itu sia-sia.

“Kau terlihat seperti menginginkan perhatian, maka aku memberikannya.” sebuah seringaian dilemparkan Supra pada sahabatnya. Mereka sudah berciuman beberapa kali, tetapi keduanya tampak tidak memiliki langkah pasti untuk berpacaran.

Wajah Frostfire merona, ia memalingkan wajahnya karena kesal melihat seringaian di wajah Supra. “Bu-bukan ini yang aku inginkan,” cicitnya.

Mendengar itu Supra justru menjilat kembali bibirnya sendiri. “Jadi kau ingin lebih, hm?”

-End-
-Narake-

Mini Fiction [Requested]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang