📍 basket - junsang

1.3K 178 5
                                    

bunyi peluit dari wasit dibunyikan, tanda quarter 3 sudah selesai. tim basket kebanggaan sma 101 segera kembali ke tempat pelatih mereka duduk memantau segala permainan, siapa lagi kalau bukan lee jinhyuk.

“gimanasih kalian?! bisa sampe ketinggalan poin 15 gitu?! quarter 3 udah habis dan kalian yakin bisa ngejer dalam waktu 10 menit?” keluh jinhyuk sebelum menjelaskan strategi mereka selanjutnya yang didengarkan dengan baik oleh siswa yang sebenearnya sangat putus asa itu.

peluit kembali dibunyikan, quarter keempat dimulai. junho memperhatikan permainan dengan resah, sudah sampai quarter keempat tapi ia belum juga diinstruksikan jinhyuk untuk bermain. jadi sedari tadi disinilah ia memperhatikan teman teman dan lawannya bermain kejar kejaran poin dengan sengit.

berbeda dengan eunsang, pria yang memakai headband itu hampir selalu bermain dari quarter pertama sampai keempat tak heran jika ia digadang gadang menjadi mvp* tahun ini.

tapi walaupun memilik perbedaan nasib dalam pertandingan fantastic four menuju final ini, keduanya tetap menjadi pemain favorit gadis gadis di smk 101.

bola dengan cepat berpindah tangan dari tangan minhee menuju tangan eunsang, 10 detik menuju akhir permainan dengan skor sementara 38-40 eunsang sedikit lagi sampai pada ring dan—

BRUK

eunsang jatuh dengan punggung mendarat duluan ke lapangan. bersamaan dengan itu medis dengan cepat membopong eunsang menuju ruang perawatan khusus tepat saat peluit dibunyikan tanda berhentinya permainan.

junho tampak tidak peduli dengan akhir permainan, yang ada di pikirannya hanya eunsang eunsang dan bagaimana kondisi punggungnya.

“sakit!” pekik eunsang saat paramedis mencoba memijat bagian punggungnya tepat saat junho masuk kedalam ruang perawatan khusus.

“sakit banget?” tanya junho, bener bener gak ada raut sedih dari mukanya.

eunsang gak jawab, tapi perlahan pandangannya memudar dan butiran air perlahan turun dari matanya.

“loh kok nangis? gue salah ngomong ya?” ujar junho panik.

“maaf.. huhu” kata eunsang lalu nutup matanya dengan kedua tangannya.

“kenapa? lo gak ada salah kok” junho beneran takut kalo dia salah ngomong, masalahnya eunsang tuh orangnya sensitif banget dikit dikit bisa sensian dikit dikit bisa nangis mendadak.

“gue tau kok banyak yang berharap sama permainan gue tahun ini tapi gue ngecewain banget hiks kata eunsang seiring dengan nangisnya yang makin kenceng.

“heh udah dong nangisnya, gak malu tuh diliat dokternya. mvp tahun lalu masa nangis gini sih. eunsang udah berhasil banggain sekolah kok, buktinya eunsang tadi banyak nyetak poin iya kan?” kata junho masih coba nenangin si yang lebih mungil.

“junho kok bisa ngomong gitu! hiks padahal kan junho ga masuk lapangan sama sekali, harusnya junho lebih sedih dari eunsang!” kata eunsang lalu mukul lengan junho.

“ya junho sedih sih tapi kan gak harus diungkapin juga gitu—”

“jADI JUNHO KESEL YA EUNSANG NGUNGKAPIN GINI” kata eunsang yang bikin nangisnya makin jadi.

“YA GAK GITU LEE EUNSANG, maksud gue ya gue kecewa sama diri gue tapi mau gimana lagi udah terlanjur juga ga ada yang bisa disesalin kan?” balas junho hati hati.

“iyasih, duh eunsang bikin malu banget nangis gini hUEEEE” nangisnya udah berenti trus sekarang dilanjutin lagi. junho elus dada.

“trus sang ini kan bukan tahun terakhir kita main, masih ada tahun depan kok dan masih ada event lokal juga” ucap junho ngasih semangat ke eunsang yang hidungnya udah merah karna nangis.

“jun”

“apaan?”

“peluk”

baru eunsang mau coba peluk junho tiba tiba tulang punggungnya bunyi, “AAAAANJING”

















hai

*mvp : most valuable player

𝗁𝖾𝗅𝗅-𝗇𝗈 ✧ pdxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang