Part I

2K 182 22
                                    

Warna biru mulai meyapa. Semilir angin dingin menggoda tubuh mungil gadis berperawakan Korea. Kulit eksotisnya memucat dan kedua telapak tangannya pun saling digesekkan. Kepulan asap keluar dari desah napasnya saat udara tertuju pada gesekan tersebut.

Kepalanya mendongak. Menyaksikan para burung mulai bekerja di pagi yang mulai beranjak. Langkah kakinya berjalan perlahan di sunyinya sebuah taman. Ia bersandar pada besi pembatas, memisahkan taman dengan lautan lepas.

Ia berbalik dan mendapati dedaunan menari sebagai rutinitas. Burung-burung berkicau bagai iringan alunan musik. Lagi-lagi, ia mendongak untuk menyatu dengan alam.

Ia menarik napas begitu dalam. Kedua tangannya kini berada dalam saku jaket tebal. Kepalanya mulai tertunduk begitu dalam, sambil memainkan kaki kanannya yang menendang-nendang kecil rerumputan kecil sekitar.

Wajahnya terlihat murung. Beberapa kali ia memaksakan senyum saat bertemu dengan sepasang kekasih yang saling bergandengan. Ia kembali menundukkan kepalanya dalam diam. Butiran air mata sudah mengepul di pelupuk matanya. Apa yang terjadi pada dirinya?

Ia mengambil sesuatu dari dalam saku kiri dan secarik kertas putih mulai memudar dan berwarna kekuningan menyapa. Tangan lentiknya membuka kertas tersebut dengan begitu perlahan. Tulisan tangan berwarna hitam acak-acakan terlihat rapi berjajar. Ia menghembuskan napas terlebih dahulu, sebelum kedua bola mata bulatnya membaca kata demi kata dalam tulisan itu.

SUARA SAJAKKU

Teruntuk dirimu yang tak lagi bisa kugapai. Rindu hati masih terus saja mengintai. Gejolak rasa pun masih setia kusemai. Sayangnya, kau lebih memilih opsi abai.

Kini … kau dan aku tinggal sejarah. Nyatanya … tanpa dirimu aku tak terarah. Senyummu pun tak lagi cerah membuatku menerima semuanya dengan pasrah.

Sejujurnya hatiku memberontak. Atas keadaan yang enggan bertindak. Cinta kita yang selalu saja saling tolak-menolak. Membuat aku ingin sekali berteriak hingga ke anak tekak.

Kamu … Bahagiakah di sana? Atau hanya berpura-pura? Tidakkah kamu memikirkan aku barang sedetik? Sekalipun kamu begitu benci padaku saat aku dengan tidak tahu diri mengusik.

Kata orang, kamu sudah bahagia di sana. Tidak ada lagi lelah dan terluka karena kata dan cinta. Lukamu telah terbayar lunas di sana. Tidak akan kau rasakan lagi pahitnya sengsara hidup sendirian.

Lalu … mengapa kau tidak mau membawaku bersamamu? Aku sudah hidup bertahun-tahun dalam pilu. Menangis tergugu-gugu menahan rindu. Yang di mana … tersangkanya adalah kamu.

Anehnya, sekian banyak aku terluka. Kamu masih tetap yang teristimewa. Meninggalkan aku begitu saja. Aku masih terus menerima. Bukankah itu sudah membuktikan bahwa aku tidak pernah bersandiwara.

Kamu ingat tidak ya? Tempat di mana kita saling mengikat janji. Sayangnya sampai detik ini. Tidak juga terealisasi.

Semilir angin yang dingin menjadi saksi. Atas kehadiranku yang menantimu di sini. Sampai waktu silih berganti, kau tidak juga kembali.

Jika saja aku diperbolehkan memaksa. Aku ingin kau kembali ke dalam pelukanku yang sederhana. Aku ingin kita bersama seperti dahulu lagi. Saling berhaha-hihi di senja yang hendak pergi.

Orang kata … Aku perempuan gila! Nyatanya aku sudah tidak berdaya. Duniaku sudah terjajah pada kisah kita berdua. Hingga setiap bunyi tapak kaki ini, selalu berceloteh tentang kenangan kita saat bersama-sama.

LACUNA || TAENNIE💕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang