Wiracarita, sebuah mahakarya dari A.C. Agni dan Patriakara 19, kisah sederhana yang begitu mahal harganya. Mengapa? Mengutip dari sebuah novel yang berjudul: HATTA Aku Datang Karena Sejarah karya Sergius Sutanto, bahwa “Sesuatu yang selalu mahal harganya: kesederhanaan”. Maka kesederhanaan kisah ini ialah sesuatu yang mahal bagi kami, aku dan Patriakara 19.
Mungkin sedikit membingungkan sebab sudut pandang cerita ini terkadang ialah “aku” atau “kami”. Ini memang bukan kolaborasi epik dari penulis-penulis novel profesional, tetapi sungguh ini mahakarya terbaik kami. Kami peruntukan bagi orang tua kami, sekolah kami, Kabupaten Karanganyar tercinta, senior dan alumni, serta untuk diri kami sendiri.
Pada sudut pandang “aku”, perkenalkan—namaku Tutut, alumni SMK N 2 Karanganyar tahun 2015. Mahasiswi pemalas yang masih susah payah dalam mencapai gelar Sarjana Ekonominya. Perempuan yang masih bercita-cita di umurnya yang kian menua. Tetapi pemain sepak bola sekelas Amiruddin Bagus Kahfi pernah berkata padaku melalui twitter, “Tidak ada kata terlambat. Semangat!”. Maka bagiku, tak ada cita-cita yang kadaluwarsa.
Lantas pada sudut pandang “kami” ialah Patriakara 19. Mereka ialah sekelompok orang yang kini memanggilku dengan Ummi, bukan, maksudku mereka adik yang kutemukan secara sengaja tetapi yang aku sayangi secara tidak sengaja. Satu pasukan baris-berbaris di SMK Negeri 2 Karanganyar yang menamakan diri mereka sebagai Pasukan Kesatria Bagaskara atau biasa disebut Patriakara. Ekstrakulikuler bergengsi di SMK yang mayoritas laki-laki, dulunya hanya bernama PBB SMK N 2 Karanganyar.
Tahun 2017, nama Pasukan Kesatria Bagaskara mulai digunakan. Pemberian nama itu atas masukan dari alumni Patriakara tahun 2017, Panji Perdana A S. Patriakara sendiri memiliki arti pasukan pejuang yang dapat bersinar dan memberikan cahaya atau manfaat bagi orang lain layaknya matahari.
Siapa saja anggota Patriakara 19? Akan aku jelaskan nanti atau kalian bisa memahaminya sendiri ketika nama mereka disebut. Meski tidak aku perkenalkan secara detail, mereka semua ada, maksudku bukan fiksi yang aku ciptakan.
Mari kita mulai wiracarita sederhana yang selalu mahal harganya ini. Namun, pantas untuk diingat bahwa kisah ini bukan untuk memperkenalkan siapa kami, tetapi untuk menggoreskan manfaat serta motivasi dalam bermimpi. Walaupun tidak sehebat kisah tim baris-berbarismu, kami tetap menganggap kisah kami mahal bagi diri kami sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wiracarita [Telah Terbit]
Non-FictionKisah ini sedang dalam proses penerbitan di AE PUBLISHING. Pahlawan bagi kami ialah mereka yang terluka, menahan sakit, dan sesak tetapi masih tetap bangkit dan berjuang agar dapat memekik kata merdeka yang merupakan impiannya. Tumbang bangkit lagi...