Devlin memang tidak dapat dikatakan sebagai anak biasa, dengan kisah tragis yang menimpanya saat berusia 3 tahun, dan kejadian tidak pantas lainnya oleh para perawat rumah sakit. Namun, Devlin tidak pernah menunjukan rasa marah atau membalas mereka dengan serangan fisik, walaupun dia merasa sedih akibat semua kejadian tersebut.
Setelah pulih dari trauma yang dialaminya, Devlin dipindahkan ke sebuah panti asuhan agar mendapat perawatan lebih baik. Dia mengucapkan salam perpisahan kepada suster yang selama ini sudah merawatnya dengan baik.
"Suster, apa aku diusir dari rumah sakit?"
"Bukan seperti itu, nak." Jawab suster itu dengan senyuman. "Kamu akan pindah ke tempat yang lebih baik dari disini. Nanti di sana juga akan bertemu teman-teman dan banyak orang-orang baik, jadi kamu harus baik juga ya sama mereka."
"Iya, suster."
Devlin kemudian diantar oleh beberapa orang ke panti, dalam perjalanan terdengar obrolan antara pengantar Devlin.
"Kamana urang anter na? (Dia diantar kemana?)"
"Panti, teu aya guna ngajajapkeun sia mah. Geus Cina, hirup keneh deui. (Panti, nggak ada untungnya nganter ini anak. Udah Cina, masih hidup lagi.)"
"Mending ka kulawargana sakalian. (Mending anterin ke keluarganya sekalian.)"
"Dulu bilang gini siap-siap hilang. Ganti baru jadi lebih bebas."
"Enak sekarang mah."
Beruntung Devlin masih tidak mengerti dengan pembicaraan itu. Meskipun kerusuhan yang terjadi sudah setahun lamanya namun bagi sebagian orang mereka masih belum dapat menerima keberadaan suku atau ras lain, dan ini masih terus terjadi sampai saat ini.
Perjalanan Devlin menuju panti memakan waktu sekitar satu jam. Sampai di sana dia disambut oleh beberapa anak seumurannya, dan juga pengurus panti. Pengurus panti terdiri dari beberapa orang, yaitu dua orang perempuan berusia sekitar 40-an. Mereka dengan hangat menyambut Devlin dan mengajaknya masuk ke dalam panti. Di dalam, Devlin dikenalkan dengan teman-temannya, ada sekitar 30 orang dalam panti tersebut, sedangkan anak yang seumuran dengan Devlin ada 6 anak.
Karena umur Devlin dan teman-temannya masih belum cukup untuk masuk sekolah, dan keuangan panti juga belum bisa memberikan mereka pendidikan yang layak. Devlin akhirnya mendapat ilmu pengetahuan dari berbagai buku di perpustakaan panti. Devlin dan teman-temannya juga sering diajarkan beberapa dasar mata pelajaran oleh Ibu panti mereka. Walau sering belajar bersama, Devlin lebih suka menyendiri dengan membaca buku. Dia juga aktif bermain dengan teman-temannya dan dekat dengan mereka. Ibu panti tahu alasan kenapa Devlin lebih suka menyendiri, namun mereka membiarkannya karena tidak ingin menambah kenangan buruk pada Devlin. Mereka berpikir kalau Devlin sudah cukup menerima segala keburukan dunia ini.
Devlin juga jarang keluar dari panti, mungkin karena dia sedikit takut bertemu dengan banyak orang. Ketika pergi beramai-ramai baru Devlin ikut bersama mereka. Pada suatu saat seluruh panti pergi ke sebuah toko buku, karena ada donatur baru untuk panti, mereka semua dibebaskan untuk memilih satu buku dari toko. Seluruh anak-anak berlarian kesegala arah untuk menemukan buku yang ingin mereka beli, termasuk Devlin. Menariknya kebanyakan anak seumuran Devlin akan memilih buku bergambar atau buku cerita anak lainnya, tapi tidak untuk Devlin. Pada saat berkeliling dia melihat buku yang menarik perhatiannya, dia mengambil buku Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap atau disingkat RPUL. Ibu panti terkejut dengan pilihan buku Devlin.
"Kamu yakin mau buku ini?" Tanya Ibu panti dengan rasa penasaran.
"Iya, aku suka gambar depannya."
"Tapi di dalamnya nggak ada gambar, loh."
"Aku mau itu."
Dengan heran, tapi pasrah, Ibu panti akhirnya menurut dan membayar belanjaan anak-anak panti. Mereka kemudian pulang untuk beristirahat, namun sebelumnya buku yang mereka beli harus dirapihkan dalam rak buku perpustakaan. Semua anak-anak wajib membantu untuk merapihkan buku mereka. Beberapa anak bertanya kepada Devlin tentang buku yang ia beli.
YOU ARE READING
The Big IF (Sebuah Angan)
Historical FictionWARNING!: Cerita ini diambil dari kejadian sesunggguhnya dengan perubahan yang disesuaikan, semua kesamaan jalan cerita dan penokohan dengan kejadian sesungguhnya hanyalah kebetulan. Penulis mengambil inspirasi dari berbagai sumber dan merangkumnya...