01

16 2 0
                                    

Prologe
------

"RAJA!!!"

Pria itu-Rajawali Mahesa Purnomo membuka matanya malas. Harus berapa kali teriakan cetar membahana milik Bu Tari terdengar di telinganya?

Sudah lebih dari sepuluh kali teriakan itu menggema di koridor Sekolah.

Raja akui jika penampilannya saat ini jauh dari kata 'Rapih'. Bahkan, Raja saja yang melihatnya pun jadi merasa risih. Rambut tidak di sisir, baju di keluarkan, tidak memakai dasi dan ikat pinggang, keluar-masuk ruang BK, dan membuat darah semua guru naik karena ulahnya.

Di masa jabatannya sebagai Kapten Basket, Raja tidak masalah jika ia harus di keluarkan lantaran perilakunya selama tiga tahun belakangan ini sangat kurang baik. Bahkan sangat berbanding terbalik dari kata baik.

Merokok, Balapan, Tawuran, melanggar tata tertib, pergi ke Club. Itu semua adalah kebiasaan Raja setiap hari. Jika Raja tidak seperti itu, maka bukan Raja namanya. Tiada hari tanpa keributan, simbolis Raja adalah itu semua.

Tampan, tinggi, mancung, memiliki mata Hazel, rahang tegas, pinter-Jenius dan Anak dari pemilik sekolah ini. Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Paket komplit, apalagi paketnya bakalan menguntungkan jika pria itu bisa jatuh cinta kepada seorang Gadis.

Seumur hidup, Raja Mahesa Purnomo tidak tau bagaimana caranya mencintai dan dicintai. Semua ia kehendaki berdasarkan keinginannya sendiri.

Keras kepala, pemaksa, dan bodo amat adalah Raja. Si Tampan dengan kadar tingkat ketampanan di atas rata-rata.

"RAJA!!! SINI KAMU. MAU KAMU APA SIH?! SETIAP HARI BIKIN ULAH MULU!"

Raja hanya mengangkat sebelah alisnya seraya menyunggingkan senyuman tengil "Mau saya? Mau saya ya Ibu lah" Balas pria itu dengan tangan di sedekapkan di depan dada. Seolah menantang Bu Shafa-Guru BK yang paling kiler di SMA Naurisah.

"WAH! BERANI KAMU SAMA SAYA. SINI IKUT SAYA DULU KE RUANG BK!"

"Tumben Bu Pake izin, biasanya juga langsung narik kerah baju saya. Udah kayak narik anak kucing aja!"

Bu Shafa naik pitam. Jaraknya dan Raja hanyalah sebuah tembok yang membatasi area kantin dan juga ruang komputer.

Dekat? Sangat dekat. Bahkan Raja bisa merasakan deruan nafas Bu Shafa seperti Banteng di beri kain merah.

"RAJA MAHESA PURNOMO!!!!!"

"Ganteng? Wah ibu bilang raja ganteng?" Tanpa di suruh. Sekelompok genk Raja datang dari arah belakang. Menepuk bahu Raja seperti memberikan semangat kepada Pria itu.

Raja tersenyum sinis "Kenapa bu? Mau kasih saya surat panggilan orang tua lagi? Orang tua saya udah kenyang bu makan surat itu. Apalagi ibu ngasihnya lebih dari sepuluh kali. Bisa-bisa bunting perut mereka"

Vanka-Pria yang tadi berucap jika Bu Shafa memuji Raja ganteng tersentak kaget. Tanpa persiapan dan aba-aba, Bu Shafa berjalan ke arah Raja dengan tatapan mematikan.

"Ngomong apa tadi kamu?! Mau ngelawan lagi, Hah!"

"Buset! Mulutnya bau jengkol" Raja membatin jahat.

Raja yang masih belum siap, langsung terhuyung ke depan ketika Bu shafa menarik-Ralat, Menjabak rambutnya dengan kekuatan extrak.

Menyebabkan siswi jadi berteriak histeris lantaran Most Wanted mereka di perlakukan semena-mena.

"Lepaskan raja kami!"

"Lepaskan!"

"Jangan beri dia kekerasan!"

"Beri kendor!"

"Jangan tarik kenceng-kenceng. Entar rambutnya bisa hilang kayak rambut Pak Jamal"

"Kasian Raja! AKH! MY BEBEP LOPE-LOPE PLUS PLUS PLUS. LOPE YOU AYANG. LOPE YOU!"

Raja tersenyum kemenangan. Semua Siswi rela keluar kelas demi memohon kepada Bu Shafa agar ia dilepaskan dari jambakan mautnya.

Tidak hari ini saja Raja di perlakukan seperti itu oleh Bu Shafa. Hampir setiap hari. Dan tentunya seorang Raja tidak akan pernah bosan.

"RAJA! SEMANGAT BRADER!"

Semua sahabat-sahabat Raja mendukungnya dari arah belakang. Bis di pastikan kalau Alex-Papah Raja akan murka setelah ia pulang sekolah nanti. Dan Siska-Mamah Raja bisa menjerit histeris lagi.

Lima belas kali. Di tambah surat ini menjadi Enam belas kali. Enam belas kali Raja mendapat panggilan Orang Tua.

Sebenarnya Alex bisa saja mengetahuinya lewat guru-guru, tapi pria itu di sibukkan dengan data-data perusahaan, dan always berpergian ke Luar Negri bersama Siska. Jadi mau tidak mau, dia harus mengetahuinya dari Surat panggilan orang tua.

*****

"Raja! Kamu ini gak pernah mau berubah ya---"

"Ngapain saya berubah, bu? Emangnya saya ini titisannya powerangers?!"

Tampak Bu Shafa menghela nafas panjang, mengurus Raja sama saja seperti mengurus sepuluh anak gajah. Benar-benar harus butuh kesabaran.

"Huft...sudahlah Raja, saya capek sama kamu. Main gitar pas kegiatan belajar sedang berlangsung, numpahin minuman ke bajunya
Pak Jamaludin, dan yang terparahnya itu semua tembok belakang kamu corat-coret pake gambar Absrtak!"

Gertakan Bu Shafa tak membuat Raja bungkam, apalagi sampai ketakutan layaknya bocah culun yang di todong pisau dapur. Justru ia semakin gencar untuk melawan.

"Ya udah kalo ibu bosen nyerah aja, saya juga gak nyuruh ibu tetep bertahan sama saya. Kita jalanin hidup masing-masing ya, bu. Sekarang, kita udah selesai sampai disini"

Dia bangkit, berjalan keluar dari ruang guru di iringi dengan senyuman lebar. Raja bahagia.

Sangat

Namun, baru juga menghirup oksigen bebas, teriakan cetar membahana milik Bu Tari jadi harus membuatnya menghirup karbon monoksida lagi.

"RAJAWALI!!!!"

"Mampos kena ajab!"

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang