02

16 2 2
                                    

Dia dingin
-----

"Mata Biru mu membuat hati ku terpana beberapa saat, sebelum akhirnya ia lebih memilih terpanah dalam waktu singkat"

-RAJAWALI-

Langkahnya terhenti, sosok gadis cantik bertubuh mungil yang berada di hadapannya juga ikut menghentikan langkah.

Raja ke kanan, gadis itu juga mengikutinya. Raja ke kiri, gadis itu tetap juga mengikutinya. Jadilah aksi saling ikut-mengikut harus terjadi dalam waktu dua menit.

"Ck!!"

Dia terhalang, tetapi, baru sempat ingin mengeluarkan cacian, mulut Raja langsung terbungkam seribu bahasa tatkala gadis tersebut mendongak dan menatap netra hitam miliknya.

"Maaf, permisi!"

Tangan yang di lambai-lambaikan ke udara membuat Raja tersadar seketika. Dia sadar, ternyata dirinya dan gadis itu sudah menjadi bahan tontonan umum.

Mengernyit bingung, Raja lantas bertanya "Lo penjajah dari negri mana? Kok bisa nyasar ke Indonesia? Lupa gak bawa peta atau gak punya maps? Sini biar gue bantu"

Tangan kanan Raja menengadah ke atas, layaknya seorang pengemis yang meminta-minta di trotoar atau di pinggiran jalan raya. Persis seperti itu.

Yang di maksud Raja malah terkekeh pelan, dia tidak berniat begitu. Niatnya hanya meminta Raja agar pria itu mau minggir supaya langkahnya bisa mencapai tujuan.

"Boleh minggir?" Kekehan tersebut di akhiri dengan senyuman manis. Matanya menyipit sempurna, hampir menyerupai lengkungan bulan sabit.

Ayolah, apakah ia tidak sadar jika kelakuannya sudah membuat jantung Raja seakan di pompa angin?! Hatinya pun sama, malah lebih parah.

Seakan-akan di pompa oleh topan badai. Dahsyat bukan?

"Minggir? Silahkan. Siapa juga yang nahan-nahan lu dari tadi?!" Memutar bola mata, Raja bersidekap dada dengan gaya angkuh.

"Oke, thank you!"

Dia melangkah pergi. Meninggalkan Raja sendiri bersama penonton dadakan dan semilir angin. Ketika gadis itu sudah pergi, para penonton dadakan pun juga ikut pergi.

Menganga lebar, Raja juga menggelengkan kepalanya. Dia fantasi, maksudnya Frustasi.

Mengapa hanya gadis itu saja yang membuatnya jungkir balik tak karuan?

Mengapa hanya gadis itu saja yang enggan menatapnya dengan tatapan memuja?

Dan mengapa hanya gadis itu saja yang tidak mau melihat ke arah...

Matanya 

******

Di tempelkan daun telinganya kepada pintu coklat berusia sangat tua. Dia tak takut akan ketahuan guru jikalau dirinya ke ciduk menguping di ruang Kepsek.

Jangan tanya dia siapa, karna sudah pasti Rajawali!

Tadi, setelah bertemu gadis bermata biru, Raja berjalan di koridor dan mendengar siswi ada yang berbisik mengenai perlombaan basket antar SMA Naursiah dan SMA Peluhan.

Tertarik? Tentu. Secara dirinya adalah kapten basket paling hits se-antero sekolah.

"Anjirlah! Kok yang gua denger cuman kata basket-basket doang? Gak ada kata lain gitu? Raja ganteng kek, Raja pinter kek, atau enggak Raja ganteng kayak Lee min Hoo"

Gumaman-nya tak membuahkan hasil, dia terus saja menguping pembicaraan antar Kepsek dan Wakil Kepsek layaknya ibu-ibu yang membutuhkan bahan gosipan.

"Apa pertandingan ini kita harus undur dulu, pak Alex? Sedangkan putra anda saja tidak bisa kami pertimbangkan lagi masa jabatannya sebagai Kapten Basket"

Deg!

Di berjalan mundur, hingga tak terasa jika punggungnya menabrak tembok besar. Rasa sakit di punggungnya tak sebanding dengan kenyataan yang ia dengar tadi.

Lomba Basket akan ditunda? Apa-apaan ini?! Dia pikir lomba itu adalah lomba tujuh belas agustus? Tidak! Ini bukan sembarang lomba.

Sekolah yang menang, akan mendapatkan kedudukan sekolah tertinggi di antara sekolah lainnya. Lantaran pertandingan tersebut menghadirkan banyaknya penonton dari sekolah lain.

SMA NAURSIAH tak boleh kalah!

"Kalo lomba itu bisa di tunda, kenapa keberangkatan papah ke Amsterdam gak bisa gue tunda? Good job Raja!"

*****

Bruum

Bruum

"RAJAWALI!!!!!!!"

Kepalanya menoleh ke belakang, tas hitamnya ia sampirkan ke pundak. Helm Full Face nya ia biarkan terbuka, tangan kanannya sedari tadi terus saja memutar Stir motor.

Semua orang menatap takjub. Tak ada seorang pun yang berani melakukan aksi nekat pembuat jantung copot selain Rajawali. Bahkan pria itu bisa saja jungkir balik dalam ke adaan mata tertutup.

"RAJAWALI! DALAM HITUNGAN KE TIGA KALO KAMU GAK BALIK KE KELAS, PAPAH BAK---"

"PAPAH BAKALAN CABUT SEMUA ASET PUNYA RAJA KAN? IYA?!"

Pagar menjulang tinggi tersebut terbuka lebar, seakan di komando agar ia mau terbuka tanpa harus repot-repot membukanya. Kemana Pak Jamaludin? Sedang ngopi di warung Mpok Dinah kah?

"Bye-bye! Gue cabut dulu, jangan kangen. Kalo kata milea rindu itu berat, biar dilan saja yang merasakannya"

Anggota Fire langsung berlari ketika mendengar suara motor milik sang Ketua mereka. Ketika sudah sampai, Rio selaku sekretaris Genk Fire membelalakan matanya kaget.

Rajawali sedang nekat

"BOS! JANGAN NEKAT! KALO MAU NEKAT BARENG KITA-KITA LAH!"

"YUHUUUU!"

"Papah? Emangnya seorang Raja bisa takut sama pria bangkotan yang selalu ngadelin mamah?!"

Raja kembali mengeggas stir motornya, seolah memberikan izin kepada anggota mereka.

Fire 🔥, siapa yang tidak kenal genk motor itu? Hanya orang cupu saja yang tak akan mengenalnya. Karna, Fire sudah melesat sampai ke daerah dan sekolah manapun.

Ketuanya? Ya hanya Rajawali. Dia yang membangun genk tersebut, alasannya karna dia ingin membuktikan kepada Alex kalau keberadaan Rajawali di muka bumi ini tidaklah sia-sia.

"Mana Vanka?!"

"Dia lagi izin bos! Ceweknya sakit! Tuh dia!" Tunjuk Rio menggunakan ponsel yang masih melakukan panggilan telpon dengan Vanka.

"RAJAWALI!!!!!!!"

"RAJA! GUA IJIN! PACAR GUA LAGI PINGSAN!"

"ASHIAPPPP"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang