Perkenalkan, namaku Fida Viany, aku biasanya dipanggil Fida. Umurku tujuh belas belas tahun. Diumurku yang sudah TUJUH BELAS tahun ini, aku BELUM PERNAH PACARAN!!
Yah, begitu lah. Padahal menurutku aku cantik, ga cantik-cantik banget sih, tapi ya gak jelek juga. Sudah lah, aku mengalah, benar kata teman-temanku WAJAHKU PAS-PAS-AN.
"mau ngaca berabad-abad pun, muka lo itu tetap aja jelek" Celetuk Leo kesal. Ia menatapku tajam dari pintu kamarku yang sudah terbuka lebar. Siapa yang buka? Dia. Apa sudah izin? Tidak. Apa itu perbuatan yang terpuji anak-anak? Tidak.
"biar!" teriakku keras sambil meraih tas ransel dimeja belajarku.
Ini lah yang membuatku terus memaksa mama untuk membiarkanku pergi dengan taksi. Aku tersiksa jika setiap hari kamis dipaksa pergi cepat.
"cepetan! Gua piket" Seru Leo saat aku merapikan rambutku.
"Tau" Jawabku singkat lalu kami berdua bergegas menuju meja makan. Bukannya mau makan, bukannya gak mau makan juga. Gini maksudku; sebenarnya aku mau makan, tapi gak sempat karena Leo harus pergi cepat setiap hari kamis, jadi kami ke meja makan hanya untuk berpamitan pada papa mama. Menyedihkan bukan?
"ma, pa, kami berangkat ya" seru aku dan Leo hampir bersamaan setelah kami menyalami kedua orang tua kami.
"Ga sarapan Fi?" Tanya mama.
"ga sempat ma" Jawab ku. Entah kenapa aku senang ditanya seperti itu, maksudku yang ditanya cuma aku, bukan Leo, berarti mama sudah sadar kalau Leo itu cuma anak yang dia pungut didepan rumah.
"makanya, bangun tuh cepat. Leo aja sempat makan" Seru papa setelah menelan sesendok nasi goreng buatan mamaku yang pastinya sangat enak, aku gak bercanda loh, itu pasti enak banget.
Tapi apa tadi kata papa? Leo udah sarapan? Pantas.
"udah lah, kami berangkat" ucap Leo.
Baru saja aku mau menyuapkan sesendok nasi goreng dipiring papa kemulutku, manusia biadab bernama lengkap Leonardo Temoti itu menarik tas ku hingga sendok ditanganku terlepas begitu saja.
I hate you so much Leo.
***
Tak sampai sepuluh menit, aku sudah sampai disekolah. Pak Galih, satpam sekolah kami menyapaku dan aku membalasnya ramah.
Dengan berat hati, aku melangkah ke kelasku.
Eh.. Pintunya terbuka? Ada yang datang lebih cepat dari aku? Kurang kerjaan sangat.
Aku tak begitu peduli. Aku masuk begitu saja dan meletakan tasku diatas meja. "huff" aku menarik nafas kasar sambil mengeluarkan novel yang aku bawa dari rumah.
Novel yang mengisahkan seorang badboy yang jatuh cinta pada gadis lemah. Terlalu biasa emang ceritanya; kayak hidupku, tapi apalah dayaku yang hanya bisa mengikuti selera temanku. Aku gak pernah sekalipun beli novel, bukannya gak suka baca novel. Tapi aku pikir lebih baik aku beli bakso bakar yang super lezat didepan gerbang.
Saat aku asik membaca novel, sesuatu mengganggu indra penciumanku. Asap? Asap rokok?!
Kesal, aku menoleh kebelakang dan benar saja, laki-laki itu dengan santainya mengangkat kakinya keatas meja dan merokok.
"asap rokok lo ganggu" ucapku ketus sambil mengembalikan perhatianku ke novel yang sedang kupegang.
"Terus?" Katanya.
Aku menoleh dengan cepat dan menatap kesal. "ya, harusnya.."
"gua peduli?" lanjutnya sambil melempar puntung rokoknya kearahku. Alhasil, jumperku berlubang karena api rokoknya yang belum padam.
Tidaaaak!!
"Tanggung jawab lo!!" teriakku sambil menatap jumperku. Dan dia hanya menatapku datar sambil menyalakan lagi satu puntung rokok yang baru ia keluarkan dari kotak rokok disakunya.
Entah kenapa aku yakin, ini awal dari segala kesialanku ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn It!!!
Teen FictionKebahagianku, dan peristiwa menyenangkan dalam hidupku; yang hanya sedikit itu.... Aku tuangkan disini :) Terutama berjuta kesialanku.