iv. Rising

391 44 13
                                    

iv. Rising

Dini hari itu aku terbangun. Mendapatimu dalam dekapanku seolah semua yang terjadi hanyalah sebuah fatamorgana semata. Sebuah halusinasi dimana aku yang terlampau takut untuk kehilanganmu.

Kau ikut terbangun saat aku mulai membelai wajahmu. Mengerjap kecil, namun tampak begitu menggemaskan dalam rekaman di otakku. Merekam segala yang bisa ku lihat dan ku rasa saat ini. Bagaimana cantiknya dirimu tanpa balutan apapun. Bagaimana cantiknya dirimu diterangi temaram hanya cahaya dari luar jendela yang tak tertutup gorden. Bagaimana mungilnya hidungmu, merekahnya bibirmu, halusnya kulitmu, mengagumkannya tahi lalat di wajah dan lehermu yang membentuk rasi bintang, dan lebih lagi mekarnya bunga yang begitu menyala hasil perbuatanku semalam.

Aku merasa kau pun harus ikut mengingatnya. Mengingatku yang kini berjanji pada diri sendiri takkan pergi dari dekapanmu. Sekalipun seperti saat ini dimana sebagian dari kota ini sedang tertidur saat kita berdua sama-sama terbangun dan mengagumi satu sama lain. Kita tak saling mengecup memang. Hanya saling memandang dalam sayu di kelopak mata yang sebenarnya masih memberat, namun apa yang kita lalui membuat kita seolah tak ingin melewatkan setiap detik sekalipun itu hanya penuh keterdiaman kita.

Seolah ada sepercik aliran listrik yang mengalir dan menahan diri kita untuk beranjak dari sisi satu sama lain. Kita mabuk atas diri masing-masing.

- dan saat perasaan kembali ke rumah selalu ada dalam dekapanmu, aku percaya bahwa kita adalah soul mates.

"Kau tak takut?" tanyamu dan aku mengernyitkan dahiku. Bertanya kenapa? Sebagai balasan.

"Aku bisa saja kembali melukaimu."

Ia berkata lirih. Seolah tahu bahwa semua yang ku beri dan yang terjadi malam ini tak pantas untuknya. Berharap aku membalas dirinya sebagai sebuah hukuman atas perjalanan romansa pahit yang pernah aku rasakan.

Punggung tanganku mengusap kembali pipinya. Kami berhadapan. Saling bertukar pandangan mata daam sebuah keharuan. Sebuah intimasi. Aku memang pernah terluka karenamu, tapi makna cintaku adalah sebuah kekejaman dibarengi kehebatan.

"...dan aku tak mau jika itu bukan kau."

Kau menatapku dalam binar. Seakan seluruh sinar dalam galaksi kau rampok dan terpasang di mata sayu itu.

"Lagipula kau juga terluka dalam kisah ini. Jadi mari saling belajar dan membuang segala rasa bersalah untuk memulai segalanya kembali."

Kita terlelap kembali. Mencoba membuang segala dingin yang hinggap dengan saling mendekap seperti yang dulu pernah kita lakukan tanpa canggung sebelum aku terlihat begitu sangat memujamu, dan kau yang mengetahui itu

 Mencoba membuang segala dingin yang hinggap dengan saling mendekap seperti yang dulu pernah kita lakukan tanpa canggung sebelum aku terlihat begitu sangat memujamu, dan kau yang mengetahui itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esoknya aku kalang kabut. Sisi ranjang milikmu kosong. Kepalaku mulai terasa pening seperti terhantam oleh karam ketika aku tenggelam dalam sebuah godaan minuman yang sudah teralkoholisasi. Mencoba tetap meyakinkan diriku bahwa yang semalam bukan hanya khayalan.

The Sun and His Flower [MarkHyuck] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang