v. blooming

525 53 16
                                    

v. blooming

"Jadi Mark kembali setelah tahu bahwa pria itu sudah kembali? Mereka bersama setelah 'drama' yang mereka mainkan?"

Aku masih terdiam mendengarnya. Sedari esok di hari kerja pertamaku, yang ku kira akan menjadi menyenangkan setelah aku menghabiskan beberapa jam pagiku bersamamu, nyatanya tak sejalan dengan yang aku pikirkan. Orang-orang seperti tak lelah menggunjingku, dan kau, yang bahkan kita berdua tak saling mengetahui kapan kita akan kembali ke rumah, dipelukan masing-masing.

Pak Kim, bosku, yang seolah tahu keresahanku pun menepuk bahuku. Tersenyum kecil seolah menguatkanku dan berkata untuk mengabaikan seluruh bisikan yang tersebar dari mulut ke mulut tanpa perlu pengeras hingga sampai di telingaku.

Ia pria baik, sungguh. Sekalipun ia tegas atas pekerjaan bawahannya, dia pria yang peduli sesungguhnya. Ia bahkan tak menaruh dendam apapun padaku dan kau yang bahkan senaknya sendiri pindah atau keluar dari pekerjaan.

Saat pulang, aku tak langsung menuju ke kamar sewa kita. Sengaja menyempatkan diri berhenti di halte pertengahan perjalanan. Mendudukkan diri di sebuah bangku taman setelah membeli sebuah kaleng minuman di vending machine. Berusaha menenangkan diri sebelum menemuimu. Tak ingin membuatmu khawatir sebab wajahku yang terlihat begitu semprawut.

Aku biasanya tak begini. Tipikal yang tak terlalu peduli pada omongan orang di sekitar. Harusnya, namun mereka membicarakan kita. Bukan Cuma aku.

Mereka membicarakan bagaimana aku bisa tertipu daya begitu jauh olehmu seolah kau benar-benar pemeran antagonis dalam cerita ini. Mereka berbicara seolah tahu mengenai cerita kita dan membandingkannya dengan kisah orang lain.

Lalu aku menghadap lurus. Merutuki pilihanku sebab pemandangan klasik yang akan di dapat kala malam menjelang adalah berbagai pasang kekasih yang kebanyakan siswa dan murid universitas itu lewat dan memamerkan betapa mesranya mereka.

Hatiku tertawa mengejek. Mengajak memoriku berkelana bahwa kita tak pernah merasakan semuanya. Pun jadi kekasih baru kali ini. Dulu hanya sekedar kawan berbagi hangatnya ranjang, tak lebih.

Meringis. Mengasihini diri sendiri. Lagipula apa yang aku harapkan darimu dulu yang masih begitu ragu atas segalanya. Tak apa, kita masih sangat muda dulu.

Menghela napas panjang sebelum berdiri untuk membuang kaleng kosongku ke tempat sampah terdekat. Mengernyit saat ada getaran dari ponselku yang terasa. Mengambilnya dari saku sebelum tersenyum layaknya orang bodoh melihat siapa yang menelponku.

"Hallo?"

"Ah, ya. Aku sedang mampir di minimarket. Mau menitip sesuatu?"

"Tidak? Okay, aku segera pulang."

Aku masih tersenyum. segera beranjak menuju halte terdekat untuk menunggu bus yang akan segera datang.

Membenci dan mencibir orang memanglah hal yang gampang dilakukan, namun mencintai seseorang merupakan sebaliknya. Itu membutuhkan sebuah kekuatan yang tak semua orang bisa dan bahkan mau untuk mengalami segalanya.

Ketika aku sampai ke kediaman kita, aku melihatmu yang tak menyadari kehadiranku, sebab lagu yang terputar dari speaker jadulmu begitu keras dan bahkan menelan suara pintu yang terbuka.

Aku mendamba melihatmu. Rambutmu yang kecoklatan dan mengembang cantik berayun kala kau menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu yang terputar. Aku ingat kala kau selalu protes mengenai pigmentasi yang terjadi pada kulitmu, namun kau tetap berlari di bawah terik untuk bermain permainan dengan benda bundar kesukaanmu. Meski begitu, aku sangat memujamu, kebiasaanmu menghasilkan karamel berkilau yang tak pernah tak pudar dalam pandanganku. Kau membuat mentari seolah menciummu setiap hari. Kau menarik segala cahaya yang ada. Kau mengagumkan. Menakjubkan. Segala inti dari pujian yang selalu ku berikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Sun and His Flower [MarkHyuck] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang