“It’s funny how you can go for a long time in life not needing someone, and then you meet them and you suddenly need them all the time.”
- Meg Wolitzer, Belzhar (via the-book-diaries)
Cuaca yang sangat dingin, perjalanan yang sangat sulit ditempuh, nafas yang terengah, tidak menggentarkan Qila untuk berhenti berjalan menuju tujuannya. Tanpa pengawal pribadinya, ia terus berjalan hingga di ujung jurang. Inilah suasana dan keadaan yang sangat diinginkannya. Sejuk dan tenang yang saat ini ia butuhkan. Beberapa hari terakhir, banyak sekali yang berkecamuk di kepalanya. Qila perlu keluar untuk menghirup udara segar. Untuk beberapa saat, ia menatap dan memuja atas keindahan yang dilihatnya. Qila memakai gaun yang dibalut jaketnya. Qila merapatkan jaketnya, kemudian bersiap untuk kembali ke rumahnya.
Ketika Qila berbalik untuk pulang, 'krek' suara yang terdengar seperti seseorang menginjak ranting pohon. Qila melihat keseluruh arah dan tidak melihat ada orang. Qila segera berlari secepat mungkin, 'duar' suara tembakan yang kearahnya melesat, Qila terus berlari, hingga datang dari arah Barat menerjang tubuhnya. Orang itu memukul dan menendang Qila dengan sangat lincah, tetapi Qila berhasil menghindarinya. Pukulan tangan kirinya ditepis, lalu Qila membalasnya dengan pukulan diwajahnya dengan keras.
"Satu." Qila terus berlari diikuti beberapa orang dibelakangnya. Qila harus menemukan cara untuk mencari tahu ada berapa orang yang harus ia lawan. Setelah Qila sudah lebih jauh, ia memanjat pohon yang beranting dan sangat tinggi.
"Kemana ia pergi? Cepat cari dan bunuh dia."
"Baik tuan."
Qila melihat ada enam orang yang mengejarnya, mereka berpakaian baju, celana, sepatu berwarna hitam dan memakai masker berwarna putih. Setelah mereka berpencar, Qila dengan gesitnya turun dan mengedap untuk melawan. Qila mulai dengan orang yang ke arah Selatan, ia tadi melihat ada dua orang yang harus dilawan. Qila menemukan mereka sedang melihat keliling, dan saat mereka lengah Qila menarik salah satu orang dan mendekap mulutnya, lalu orang itu memukul dengan sikut agar Qila melepaskannya, tetapi Qila cepat menghindar dan menendang kaki secara bersamaan. Qila terus menghindar dan saat orang itu kelimpungan, Qila memukul pinggang dan wajahnya dengan keras hingga ia tak berdaya.
"Dua."
Kemudian Qila kembali ketempat semula dan melawan yang satunya. Qila menemukannya dan segera menyerang. Serangan kali ini berbeda, orang ini mengusai bela diri dan susah dilawan. Tetapi Qila terlatih sedari kecil, dan menguasai beberapa bela diri. Qila terus melawannya hingga orang itu terjatuh, tidak disangka ia mengeluarkan pistolnya. Qila langsung bersembunyi dibalik batang pohon yang tebal. 'Duar' suara tembakan beberapa kali terdengar kearahnya. Qila berusaha lari dengan sangat hati-hati, tak lama kemudian ia berhenti untuk mengatur nafasnya. Qila menengok kebelakang dan melihat orang itu masih mengejarnya.
Tiba-tiba sebuah tarikan tangan dari orang asing menarik dan menyeretnya, Qila mencoba memberontak dalam kukuhan orang asing itu tapi ia tetap kalah, akhirnya Qila mengigit tangannya dan menyikut ke perutnya . Qila berhasil, ia melihat seorang laki-laki tampan, tinggi dengan mata yang tajam. Laki-laki itu bertubuh sangat ideal, ditambah lagi mata hazel terang kesukaan Qila.
"Siapa kamu?" tanya Qila terengah-engah dan bersiap siaga pasang kuda.
"Aku yang seharusnya menanyai itu. Siapa kamu? Kenapa kamu dikejar-kejar orang itu?" Laki-laki itu bersedekap dan mengerutkan keningnya lalu mendekati Qila.
"Jangan mendekat." Qila berjalan mundur. "Sebaiknya kamu pergi dari sini. Jangan sampai mereka melihatmu." Dengan gerak gerik Qila menambahkan kecurigan laki-laki itu dan ia bertanda tanya kenapa ia harus pergi? kenapa perempuan itu dikejar? Apa ia seorang teroris? Atau bahkan lebih dari pada itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI
Teen FictionRangkaian delusi sudah tercipta, setiap malam aku menulisnya dimimpiku. Iya, hanya mimpi, karena kamu adalah kenyataan yang diciptakan oleh bayangan yang sebenarnya hanyalah ilusi bagiku. - Raya Putra Setinggi itukah aku dimatamu? Hingga kamu tak b...