Keramas

1 1 0
                                    

Selasa, 17 September 2009

Aku baru dapat kabar dia pindah sekolah. Tidak. Bukan dia yang mengabariku tapi kami bertemu dipersimpangan gerbang. Dia mungkin terlambat seperti biasanya.kala itu aku pamit fotocopy keluar. Tapi beberapa hari sebelum itu, kami mulai tak bertegur sapa. Seseorang bilang, dia akan pindah sekolah. Ini hari terakhirnya.

Selasa, 17 September 2019

Genap sepuluh tahun sudah. Harusnya aku bisa berdamai dan berhenti mengingat. Tapi nyatanya menolak lupa itu telah mendarah daging, sebelum kalimat itu dicetuskan beberapa tempo lalu karena peringatan sejarah.

Eh tapi, iya, bagian dari kisahku juga layak disebut sejarah. Ini sejarahku. Beberapa tahun setelahnya, aku jarang mengunjungi sekolah. Terakhir kali kudatang, ya memang belum ada yang berubah.

Lapangannya masih sama.
Cat sekolahku yang nyentrik dan memuakkan itu masih sama.
Gurunya pun masih sama.
Tiap sudut sekolah yang kulalui kala itu masih tampak sama.

Kantin tempat dimana warung kejujuran itu ada. Ah gila, kepalaku rasanya mau pecah. Ini benar benar belum ada yang berubah. Kata katanya masih terngiang. Omongan orang masih sempat kupingku dengar. Tapi dia jauh, terdiam dan meninggalkan. Sialan!

Tapi sedikit bergeser ke beberapa tahun setelahnya, semua tampak biasa. Tipuan sulap telah mengubahnya. Menjadikannya idaman bagi ukuran remaja sekarang. Oh iya, aku tidak tau cat sekolahku apa warnanya sekarang. Semoga saja lebih netral dan kontras dengan lapangan.

Kemudian tadi aku terbangun, kepalaku berputar hebat. Seolah bumi sedang bergoyang. Tapi kakiku memijak ke tempat yang benar. Kasurku tidak tersembur sesuatu dari bawah seperti gempa yang kurasa tempo lalu.

Tidak.

Lantas aku bangkit ambil handuk dan mandi. Aku keramas dan menyisiri rambutku, membiarkannya kering. Setidaknya untuk sejenak, agar kepalaku tidak akan bawel lagi.

Jakarta, 18 September 2019

SENJA DI TANAH JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang