FEVER AND ITS MEDICINE

747 99 17
                                    

 "Just share your body temperature with me and I will get better."

.

"Yohan!"

Yohan segera memejamkan matanya rapat-rapat. Tangannya menggenggam kuat ujung sabuk hitam yang dipakainya. Tidak. Yohan tidak apa-apa. Ia hanya gugup dan takut.

"Kim Yohan!"

Dan tidak ada jalan lain bagi Yohan selain membalikkan badan, menghadap pemuda lain yang memanggilnya. Sekuat tenaga ia membuka matanya perlahan. Di hadapannya berdiri seseorang yang tengah menyilangkan kedua tangannya.

"Darimana saja kau? Hari ini bukankah seharusnya kau yang membersihkan dojang?"

"Maaf Sungwoon sunbae. A-aku terlambat bangun."

Yohan membungkukkan badan berkali-kali. Sungwoon adalah seniornya di klub taekwondo dan ia sangat menghormati si senior. Kesalahan kecil kali ini benar-benar membuatnya sungkan dan malu pada sang senior.

"Seharusnya kau meminta maaf pada Hangyul, bukan aku."

"Hangyul?"

Sungwoon mengangguk pelan.

"Hangyul datang kemari dengan wajah pucat. Kupikir ia sedang sakit. Tapi ketika tahu kau datang terlambat, ia tetap ingin membersihkan dojang. Aku minta dia beristirahat tapi ia Hangyul tetap melakukannya, dasar bocah, keras kepala sekali!"

"T-tapi bukankah Junho-"

"Junho juga belum datang karena ia masih berada di sekolah. Aku memakluminya, tapi tidak untukmu Yohan."

"Maaf sunbae. Ah! Jadi di mana Hangyul sekarang?"

Sungwoon menarik nafas panjang. Ia mendekat ke arah Yohan lalu menepuk bahunya pelan lalu ibu jari kanannya menunjuk ke ruang latihan utama.

"Dia sedang ada di sana. Sepertinya ia terlalu kelelahan. Aku tidak tega menyuruhnya berlatih. Kau temani saja dia. Secara tidak langsung ini karena kau juga."

"Tapi latihanku?"

"Kukira jika tidak ada Hangyul, kau pun tidak bisa berlatih. Kau tahu kan jika kompetisi bulan depan nanti kau yang akan menghadapi Hangyul sendiri?"

Yohan menggaruk tengkuknya perlahan. Sebuah kesalahan kecil yang ia buat berakibat besar. Ia tidak bisa berlatih, begitu juga dengan Hangyul. Dan tentu saja hal itu mengacaukan persiapan kompetisi mereka karena keduanya merupakan anggota yang digadang-gadang bisa masuk kejuaraan tingkat nasional.

"Maaf sunbae. Aku tidak akan mengulanginya lain kali."

Sungwoon mengangguk dan tersenyum kecil.

"Baiklah. Kau lihatlah Hangyul, aku akan menemani Woojin. Mungkin ia juga sudah kerepotan melatih anak-anak yang lain."

"Terima kasih Sungwoon-sunbae."

.

Yohan berlari kecil ke arah ruang latihan lalu mneggeser pintunya perlahan. Matanya berusaha mencari sosok Hangyul dan ia menemukan sosok itu tengah terbaring di pojok ruangan. Yohan mendekat perlahan, berusaha agar langkah kakinya tidak menimbulkan suara gaduh yang nantinya akan membangunkan rekan satu timnya itu.

Hangyul tertidur. Ia masih menggunakan dobok di tubuhnya. Lengan kirinya menutup sebagian wajah. Lehernya berkeringat dan bibirnya terlihat pucat. Yohan tidak pernah melihat Hangyul terlihat selemah ini. Selama ini, Yohan hanya tahu sisi kuat Hangyul. Ia adalah pemuda tangguh dengan segala kelebihan, semangat dan keceriaannya.

PRACTICE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang