🍑-two

640 113 1
                                    

-Kian hari, tingkah laku Hyunjin semakin berubah.
Hyunjin yang dulu sering bercerita pada Chan kini hanya menjadikannya bayang-bayang.

Lagi-lagi. Hyunjin selalu datang marah-marah, melampiaskan kekesalannya pada Chan.

Walau Chan tau kalau Hyunjin memang punya mulut yang pedas, kata-katanya yang dikeluarkan cukup membuat Chan sakit hati mendengarnya.

Iya, Chan tau Hyunjin menganggap kata-katanya biasa saja.
Tapi Chan adalah tipe orang yang cukup singgungan.
Yang membuat Chan terkadang sering menyalahkan dirinya sendiri.

Hyunjin dan Chan memang bukanlah dua orang yang seharusnya dipertemukan dan mungkin tidak ditakdirkan bersama.

Mereka berdua memang kenal sejak kecil, tapi mereka tidak saling kenal sisi buruk satu sama lain.

Dan pada saat ini mereka berdua sadar akan itu, yang justru membuat keduanya bentrok tidak seide seperti dulu.

Disini Chan yang sedang mempertahankan, sementara Hyunjin mulai berusaha melepaskan.

-

"Kenapa Chan?"

Pria beruang itu mulai bertanya pada Chan. Karena sedari tadi, Chan terlihat banyak sekali pikiran.

"Ah? Gak papa."

"Serius? Lo gak sakit kan? Ato lo ada masalah? Sini cerita ma gue."

"Ada masalah, tapi kayaknya gue gabisa cerita."

"Ooh, yaudah gak papa kalo gak mau cerita. Gue juga gak maksa."

Woojin-pria beruang tadi-melanjutkan aktivitasnya memakan mie ayam kantin.
Sementara Chan masih melamun, sibuk memikirkan si Hwang yang bahkan tidak memikirkannya lagi.

-

"YUHUUU KAK CHAANN, KAK WUJINNN KITA DATENG NIH!!"

Suara lantang itu keluar dari mulut Minho, teman se-per-geng nya Chan dan Woojin.

Dibelakangnya ada 3 bocah lagi, yang sibuk membuntut Minho malu-malu.

Secara ini kelas kakak tingkat, cuma Minho yang berani masuk seenaknya.

Tapi, Chan dibuat sedikit bingung akan kurangnya anggota geng dia.
Dan setelah lama berpikir-karena Chan itu lemot-dia menyadarinya.

Ia tidak menemukan sosok Hyunjin disana.

"Mana Hyunjin?"
Tanya Woojin pada 4 anak itu.

"Nah, kami kesini mau ngomongin itu kak."

Seungmin menarik tangan Woojin agar duduk disebelahnya.
Sementara Chan memilih duduk dekat Felix.

"Tadi kami ke kelas Hyunjin, terus kami tanya sama anak kelas dia. Katanya Hyunjin lagi jajan.
Terus pas Hyunjin dateng, kita ajakin dia buat mampir ke kelas kakak.
Trus dia malah bilang gini-

'ngapain, gak deh.'

Tumben tumbenan Hyunjin gitu kak, biasanya Hyunjin mau diajak main kesini."
Jelas Seungmin panjang lebar.
Kemudian Woojin menatap Chan.

"Udah lama, udah dari kemaren dia begitu."

Chan yang sedari tadi diam akhirnya buka suara. Tapi matanya masih fokus pada keramik putih itu.

"Dateng-dateng marah."
"Pas mau dibantu malah bilang 'kamu gak bakal tau aku gimana, jangan kasih aku perhatian lebih'"
"Gak tau aja rasanya gimana jadi gue yang cuma dia jadiin tempat emosi."

Kelima orang itu diam. Sibuk dengan angan masing-masing.
Sesuatu hal yang asing melihat Chan seperti ini.

"Akhir-akhir ini, Hyunjin emang begitu. Bentar-bentar marah, bentar-bentar baik lagi."
"Kalo emang dia gak suka adanya kita atau gak nyaman sama kita ya bilang-

Ups, bukan kita. Tapi gue."

"Kak Chan jangan gitu dong-"

"Apa? Jadi gue harus apa? Diem aja gitu? Enggak mungkin semua inituh seenak jidat dia aja. Mentang-mentang gue peduliin dia gitu? Iya?"
"Sadar, gue juga butuh tempat pelampiasan. Tapi gue tau Hyunjin lagi punya banyak masalah! Makanya gue lebih pilih diem, Pendem aja terus sampe gondok sendiri."



































































"Udah ah, gue capek. Kalo dia mau unfriend ya unfriend aja udah."

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

ges maap ini makin gajelas, trus sama sekali gaada romance NYA:")

Mungkin di book yang kedua lebih ke romance Kali ya?
Yang ini bikin awal mulanya dulu

Makasi:)

𝙮𝙤𝙪-𝙘𝙝𝙖𝙣𝙟𝙞𝙣 [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang