"Kamu...."
Cindy mengeryit tidak paham. Menatap Raffa yang juga balas menatapnya. Kata-katanya masih menggantung. Bukan hanya cindy, Ardi bahkan menunggu kelanjutan ucapan Raffa.
"ikut aku" ajak Raffa menatap Cindy. mata itu menatap penuh permohonan, hatinya sudah hancur ia harap cepat pergi dari sini, tidak di tempat yang sama dengan Ayu yang sedang menangis dan ia yakin gadis itu sedang melangkah kearah mereka saat ini.
"hah?" Cindy menatap bingung Raffa. maksudnya ikut kemana? ini orang kenapa? Cindy hanya mampu menyuarakan dalam hati.
"tolongin" Binar harap dari mata Raffa tentu saja susah untuk di abaikan oleh Cindy.
"melok nang endi? koncoku kape mbok gowo nang endi?" (ikut kemana? temenku mau kamu bawa kemana?) akhirnya yang menyuarakan kebingungan Cindy adalah Ardi yang juga sedikit penasaran dengan tingkah Raffa. menurutnya kenal aja nggak sama Cindy kenapa malah mau ngajak-ngajak, bukan Raffa banget lah.
"Ffa.." panggil suara yang terdengar lirih di belakang punggung Raffa membuat Cindy maupun Ardi menatap gadis yang menangis di belakang Raffa dengan maskara yang mulai agak belepotan.
Raffa mematung di tempatnya. seperti ada paku di sepatunya, untuk berbalik menatap Ayu ia tidak mampu. mendengar maupun melihat gadis itu menangis ia selalu tidak mampu.
Cindy bukan hanya memperhatikan gadis yang ia yakini adalah pacar Raffa, tapi juga Raffa yang terlihat membeku di tempatnya. ia tahu ada yang salah disini. mau menolong sesuai permintaan Raffa tapi ini bukan urusannya. tidak memperdulikan juga.
"Ffa. ak.. aku.. hiks" suara Ayu terdengar lirih. bahkan mereka yakin mereka sekarang menjadi bahan tontonan.
tangan Raffa terulur kedepan menggenggam tangan Cindy yang langsung melotot menatap Raffa. gadis itu nampak kaget dengan perlakuan Raffa. minta di hajar. tapi melihat tampang memelas Raffa memohon dengan tatapan mata Cindy jadi tidak tega menghajar lelaki tampan di depannya ini.
Ardi melihat bagaimana raffa tiba-tiba memegang tangan Cindy. ia tahu Raffa sedang meminta tolong kepada temannya. ia harap Cindy mau menolong sahabatnya yang nampak seperti ingin menangis itu. Raffa memang tidak menceritakan apa-apa tentang hubungannya dengan Ayu, tapi yang ia tahu Ayu menolak lamaran Raffa, dan itu membuat temannya nampak benar-benar berantakan sejak malam tadi.
"Sin.." Raffa menatap Cindy. tangannya sekarang terasa gemetaran. Cindy juga merasakan ketidak mampuan Raffa walaupun ia tidak mengenal lelaki itu.
Cindy menatap Raffa, lalu menatap Gadis di belakangnya yang nampak menatap genggaman tangan Raffa pada tangannya. ini sungguh bukan urusannya, harusnya ia tidak ikut campur disini, bahkan ia melihat bagaimana tatapan orang sekitar yang menatapnya seperi pelakor. sunggung keadaan yang menyebalkan, tapi ia juga merasa tidak tega melihat keadaan Raffa yang menyedihkan.
akhirnya Cindy membuat keputusan. ia juga menatap Ardi yang nampak juga memohon agar dirinya sudi menolong teman mengenaskannya ini.
"pulang... ayo pulang" ucap Raya mengenggam balik tangan Raffa.
Raffa menatap Cindy. bersyukur gadis itu mau menolongnya. tanpa persetujuan Cindy menarik tangan Raffa agar mengikutinya. Raffa sudah seperti anak kucing mengikuti induknya.
"Di disekan aku" (Di duluan aku) menoleh kebelakang menatap Ardi dan juga kekasih Raffa yang juga menatap tidak suka padanya, jelas lah mana ada gadis yang suka pada gadis lain yang membawa kabur pacarnya.
"mau... mau kemana kalian? Ffa... " Ayu nampak gigih dan tidak terima Raffa membiarkannya menangis di sini dan malah pergi dengan gadis lain. harusnya lelaki itu menenangkannya dan menyetujui keinginannya tadi. ia hanya ingin Raffa dan dirinya tetap berhubungan, ia tahu itu permintaan yang egois, tapi hatinya menginginkan keduanya. ia tidak bisa melepaska Raffa begitu saja.
ini bukan urusannya tapi langkah Cindy tetap ia langkahkan. menarik raffa dari tempat ini. lelaki menyedihkan.
"jadi ini kita mau kemana?" tanya Cindy yang mulai nampak bingung mau melangkah kemana.
Raffa menarik Cindy dan membawanya ke tempat dimana mobilnya ia parkirkan tadi, ia tidak tahu gimana nasib Ardi, karena berangkat tadi bersamanya. tidak penting, ia akan meminta maaf nanti.
Cindy menurut mengikuti Raffa. lelaki itu membawanya ke tempat parkir dimana mobil lelaki itu di perkirkan.
baru saja Raffa akan membukakan pintu untuk Cindy tapi ia tersentak saat tangannya di tarik. Raffa menoleh dan mendapati Ayu yang ternyata mengikuti mereka dengan keadaan berantakan.
"kamu nggak bisa pergi gitu aja Ffa. dan ini siapa?" Ayu yang sedari tadi penasaran dengan sosok gadis disebelah Raffa yang nampak cuek itu. Cindy bahkan menatap malah kearah Ayu. Drama.
"Dia calonku. kita sudah berakhir setelah kamu menolakku Yu."
ucapan Raffa tentu saja membuat Cindy mengedipkan matanya. calon apaan? tanyanya dalam hati.
"kamu nggak bisa gini Ffa. kamu ... hiks" Ayu semakin menjadi. bahkan gadis itu sudah berlutut menutup wajahnya. membayangkan Raffa dengan wanita lain selain dirinya ia tidak sanggup. bukan ini yang dirinya mau. harusnya tidak seperti akhirnya.
"Yu jangan kayak gini.." Raffa ikut berlutut memegang bahu Ayu yang gemetar. ia tidak tega. hatinya hancur melihat gadis yang dicintainya menangis seperti ini.
Cindy yang melihat keduanya hanya mampu memutar bola matanya malas. bersandar pada mobil Raffa, ia menyaksikan drama di depannya. harusnya ia tadi beli cemilan dulu di Indomaret, lumayan ada tontanya gratis. jarang-jarang dirinya melihat perdebatan antar kekasih seperti ini.
"berdiri Yu, kita di liatin orang" Raffa mencoba membuat Ayu bangun tidak berlutut seperti ini, dan menangis seperti ini.
Ayu tetap bergeming di tempatnya. Raffa mesih terus membujuk Ayu.
sedangkan Cindy mulai muak melihat mereka. Karena disini yang terlihat jahat oleh orang lain adalah dirinya, dirinya.
"mau sampai kapan kalian duduk-duduk manis di situ?" ucap Cindy yang terlihat kesal. menolong Raffa juga tidak untungnya sama sekali untuknya.
Raffa sendiri sebenarnya merasa tidak enak pada Cindy. ia yang melibatkan gadis itu dengan masalahnya.
"kalau nggak mau bangun juga. aku tinggal" putus Raffa.
lelaki itu berdiri.
Ayu yang merasakan kalau raffa sudah berdiri dan tidak membujuknya lagi mulai mendongak menatap Raffa dengan air mata yang masih memenuhi kedua bola matanya.
Ayu berdiri menatap penuh benci pada Cindy yang nampak tenang. "aku nggak akan ngelepasin kamu gitu aja Ffa" putus Ayu. ia sudah cukup malu menjadi tontonan sedari tadi. untuk kali ini ia kalah. tapi besok dirinya tidak akan kalah seperti ini lagi. Ayu memilih pergi dari sana. ia tidak akan melepaskan Raffa begitu saja, tidak akan.
"sudah? aku pulang" melihat pacar Raffa yang mulai berjalan menjauhi mereka berdua, ia rasa dirinya sudah tidak ada alasan untuk ikut Raffa lagi bukan? pertolongannya sudah cukup sampai disini.
Raffa menatap sayu pada Cindy. "masuk dulu" suruh Raffa pada Cindy.
"nggak, aku mau pulang" tolak Cindy.
Raffa rasa ia tidak bisa memaksa gadis itu. sudah beruntung dirinya di tolong.
"makasih" ucap Raffa tulus. matanya sudah mulai berair. hatinya sakit.
"ya..." Cindy melangkahkan kakinya. dilangkah kedua Cindy menghentikan langkahnya.
"jangan nangis" ucap Cindy meninggalkan Raffa yang menatap kepergiannya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bingkai
RomanceCindy Monika. seorang Gadis polos dengan kadar kebegoan yang hampir sama. gadis dengan berbagai macam kerumitan yang membelit. Cindy sejak saat itu tidak percaya apa itu komitmen. ia berdiri sendiri. selalu merasa tidak memerlukan lelaki pendamping...