Bingkai 7

15 1 0
                                    

Suara musik ingar bingar memekakkan telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara musik ingar bingar memekakkan telinga. Tapi tetap tidak membuat hati Raffa lelaki yang saat ini duduk dengan segelas whisky di tangannya menjadi tenang. Pikirannya bergelanyut, sakit hatinya seperti di tabrak truk trontron.

"Kon iku sakjane lapo pesen whisky lek nggak di ombe seh? Cuma di puter-puter ae iku gelas" (kamu sebenernya ngapain pesan whisky kalau nggak di minum? Cuma di putar-putar aja itu gelas) Kesal Ardi melihat Raffa yang hanya terdiam melamun.

Tidak ada jawaban dari Raffa, lelaki iti hanya terdiam dengan padangan hampa.

Ardi menghembuskan nafas berat, sudah hampir 2 jam ia menemani Raffa di sini dengan keadaan seperti ini, bahkan sepertinya dirinya yang bakalan mabok sebentar lagi. Entah sudah berapa gelas vodka ia teguk, harusnya Raffa bukan yang menghabiskan bergelas-gelas minuman berakohol, bukan dirinya.

Ini yang lagi patah hati sebenarnya siapa? Kenapa dirinya yang malah mau teler.

"Ffa cabut aja ayo? Pulang" Ardi masih berusaha mengumpulkan kesadaran, kan nggak lucu kalau dirinya yang mabok.

"Hmmm" hanya dehaman yang di jawab Raffa.

"Njingg ayo balek" kesal Ardi. Tinggal, tapi pasti beresiko, orang patah hati itu nakutin, apa aja bisa mereka lakukan, otaknya nggak mikir lagi.

Raffa masih tetap terdiam dengan pandangan kosong, tidak perlu alkohol, kesadaran raffa juga sudah hilang dari tadi.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Mata Ardi sudah berat bukan main, apalagi kesadarannya mulai melambai. Jalan saja sepertinya dia akan sempoyongan, kan tidak mungkin kalau dirinya pulang sendiri, meminta Raffa menyetir juga satu hal yang mengkhawatirkan mengingat Raffa yang nyawanya sepertinya melayang-layang buana.

Ardi mengeluarkan ponselnya, untungnya di ponselnya ada aplikasi untuk ojek online. Beruntung walaupun dini hari masih ada yang menerima penumpang.

"Aku wes pesen mobil online, kita balek, lek kon nggak gelem balek karepmu bangsat" (aku sudah pesan mobil online. Kita pulang. Kalau kamu nggak mau pulang terserah) kesal Ardi yang hanya mendapatkan dehaman dari Raffa. Punya teman gini amat.

"Mangkane, kon iku lanang tapi cek bucine asu!" (makanya, kamu itu cowok tapi bucinnya) maki Ardi yang kesal. Cowok kok lembek, dimana-mana menurut ardi harusnya cewek yang menangis-nangis kalau hubungan kandas, ya walaupun Raffa tidak menangis juga sih.

Ponsel Ardi berkedip-kedip menandakan ada panggilan masuk. Dengan perasaan masih dongkol dan mendapatkan panggilan dari nomor tidak dikenal ia mengangkatnya dengan bersungut-sungut kesal.

"sopo?" (siapa?) dengan nada kasar sedikir membentak.

Ardi mengedipkan matanya berkali-kali. Itu panggilam dari abang ojek online, yang langsung kesal mendengar nada suara Ardi. Entah apa yang abang ojek online itu katakan, sepertinya mereka sedikit berdebat.

Satu BingkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang