CHAPTER 1

66 3 5
                                    

Seorang pemuda tampan tengah berjalan menelusuri koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya, sebelah tangannya memegang tas dan sebelahnya lagi masuk kedalam saku. Sesekali dia membalas sapaan teman temannya dengan senyuman ataupun anggukan, hingga dia sampai di depan pintu ruang kelas XII-I sebuah kelas unggulan.Menghela napas sejenak kemudian dia masuk kedalam dan langsung mendapatkan sapaan hangat sahabat karibnya.

"Hai, Ryo sahabatku. "

Ryo, pemuda tampan itu tersenyum sejenak dan membalas sapaan sahabatnya. "Hai " kemudian duduk di bangku yang bersebelahan dengan sahabatnya Ferry.

"Maaf, tadi aku tidak sempat untuk berangkat bersama denganmu. Aku ada piket hari ini, ya kau tau lah. " ucap Ferry.

Ryo tertawa kecil. "Itu akibat jika kamu sering tidak melakukan piket harian. " tutur Ryo yang kemudian geleng geleng kepala jika mengingat kebiasaan temannya ini yang sedikit malas untuk melakukan piket kelas.

"Oh ayolah kamu tidak mungkin membiarkan aku menikmati apa yang sedang aku lakukan, tentu saja sebelum aku menyelesaikan tugas piketku. "

Ryo terkekeh mendengar penuturan sahabatnya. "Kamu tau, kebersihan adalah langkah awal untuk mendirikan keindahan. "

"Ya ya ya kamu benar. Hey, tadi kamu dicari sama Rani. " ujar Ferry seperti teringat sesuatu.

"Hmmm, ada apa? " Ryo mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Aku juga tidak tahu, dia hanya bertanya apakah Ryo sudah datang. " Ferry menopang dagu dan menatap sahabatnya yang mulai sibuk dengan buku. Ya, Ryo selalu membuka buku sebelum bell masuk sekolah berbunyi.

"Kamu sudah sarapan Ryo? "

"Sudah. " jawab Ryo tanpa menatap lawan bicaranya.

"Haaaa.... Ya sudah aku mau ke kantin, mau ikut? "

"Tidak terima kasih. "

"Baiklah, aku pergi sendiri. "

"Ya, jangan lama lama sebentar lagi masuk. "

"Ya aku hanya ingin mengisi perut sebentar. " ujar Ferry yang sudah hampir sampai pintu kelas untuk pergi ke kantin sekolah.

Ryo menatap kepergian sahabatnya sejenak kemudian kembali pada buku yang tengah dibacanya. Saat itu juga setetes darah menetes pada bukunya, Ryo melotot menatapnya dia segera menutupi hidungnya dan segera mencari tissu didalam tasnya.

'Aku kenapa? Kenapa aku bisa mimisan? ' batin Ryo seraya membersihkan darahnya dengan tissu. 'Aku tidak apa apa, ini pasti hanya mimisan biasa. Tapi kenapa tidak mau berhenti? ' Ryo segera menutup bukunya dan bergegas pergi menuju toilet.

Semua yang dikelas menatap penasaran kepergian Ryo yang terburu buru dengan membekap hidungnya.

♡♡♡♡♡

Di Toilet

Ryo terus membasuh hidungnya hingga darahnya berhenti, napas Ryo memburu dia merasa sedikit sesak. Dengan gemetar pemuda itu mengeluarkan ponselnya dan menekan angka satu, angka darurat yang akan langsung terhubung dengan seseorang yang siap menolongnya.

'Hallo...'

"Kakak.  " dengan susah payah pemuda tampan itu menjaga nada suaranya.

'Belum juga masuk sekolah, Ryo. Kamu sudah menelpon, ada apa?'

"Kakak, jemput aku. "

'Kamu tidak apa apa kan Ryo?' Suara disebrang sana terdengar khawatir.

"Aku tidak tahu, tadi aku tiba-tiba mimisan lagi. "

Lagi.

Berarti pemuda ini sudah mimisan sebelum mimisan di kelas tadi.

'Ryo, jangan bilang kamu lupa minum obat yang kakak berikan tadi pagi? '

Ryo terdiam tak menjawab, sebenarnya dia sudah lelah dengan semua yang dialaminya. Dia lelah dengan obat-obatan yang hampir setiap hari harus diminum olehnya.

'Ryo dengarkan kakak, sekarang kamu pergi ke UKS dan istirahat. 30 menit lagi kakak akan menjemputmu, kamu mengerti? '

"Baiklah. "

Ryo mematikan ponselnya. Mengatur napas sejenak, setelahnya dia keluar dari toilet untuk pergi ke UKS seperti yang di perintahkan oleh kakaknya. Sebelum ke ruang UKS Ryo mengirim pesan pada temannya, mengatakan jika dia kurang enak badan dan ingin istirahat di UKS.

Sesampainya di UKS, pemuda itu mendapati seorang guru piket yang tengah memeriksa sebuah buku. Mungkin itu buku kesehatan atau daftar obat yang habis, entah lah Ryo tak peduli.

"Permisi. " ucap pemuda itu menyadarkan sang guru piket.

"Ah Ryo, kenapa tidak masuk ke kelasmu? " tanya guru itu.

Ryo tersenyum kecil. "Saya agak kurang sehat, Bu. "

"Kalau begitu masuk dan istirahatlah. " perintah sang guru.

Ryo berjalan masuk dan menuju salah satu ranjang yang berada di UKS, Ryo memilih tempat yang dekat dengan jendela. Pemuda itu duduk disana dan membaringkan tubuhnya menghadap jendela UKS, mencoba untuk terpejam akan tetapi fikiran pemuda itu melayang entah kemana. Jika boleh jujur, sebenarnya Ryo ingin istirahat dengan tenang tanpa rasa sakit dari penyakitnya. Tanpa terasa matanya pun terpejam, karena rasa kantuk yang mulai menghampirinya Ryo pun tertidur.

Dalam tidurnya Ryo melihat tempat yang sangat indah, sementara dia tengah duduk dibawah sebuah pohon yang rindang dan terasa sejuk. Bersandar pada pohon itu adalah pilihan yang Ryo lakukan, menatap sekitarnya yang hanya ada ribuan bunga-bunga indah sejauh mata memandang apa lagi udara sejuk yang sungguh sangat menenangkan hati. Ryo juga tidak merasakan penyakit yang ada ditubuhnya, dia merasa jika dia sudah sembuh. Saat akan memejamkan mata, Ryo merasa jika ada orang yang memanggilnya. Mengedarkan pandangan untuk mencari sumber suara, Ryo tidak menemukan siapa siapa selain dirinya yang berada disini kemudian dia kembali untuk memejamkan mata untuk tidur.

'Ryo... '

'Ryo... '

"Ryo bangun, ini kakak. "

Perlahan kelopak yang menyembunyikan iris kelam itu terbuka, Ryo terbangun dan melihat kakaknya yang menatap cemas padanya. Mengedarkan pandangannya, mengingat dia berada dimana dia masih didalam UKS dan kembali menatap kakaknya yang masih menatapnya dengan cemas. Sebenarnya Ryo tidak suka melihat tatapan kakaknya itu, karena itu mengingatkannya akan dulu saat pertama kali dia dinyatakan mengidap penyakit yang cukup serius.

"Kakak, sejak kapan kakak ada di sini? " tanya Ryo. "Dan kenapa kakak menatapku seperti itu? " lanjutnya.

"Sekitar lima menit yang lalu, dan kakak khawatir karena kamu tidak kunjung bangun saat kakak bangunkan barusan. "

Ryo bangun dan duduk, dia menundukkan kepalanya. "Kak. " panggilnya pada sang kakak.

"Ya ada apa? Apa ada yang sakit? " tanya sang kakak khawatir.

Ryo menggeleng, "Kak, apakah aku bisa sembuh? "

Dimas, kakak Ryo terdiam mendengar pertanyaan sang adik.

"Kenapa kakak diam? Apa aku tidak bisa sembuh? "

Menghela napas, Dimas mengusap kepala Ryo dengan sayang. "Kamu pasti akan sembuh, sekarang kita pulang. Kakak takut nanti kamu kambuh lagi, kamu kan tidak ingin siapa siapa tahu tentang penyakit ini kan? "

Ryo mengangguk dan turun dari tempat tidur dengan dibantu oleh sang kakak.

'Tuhan tolong sembuhkan adikku, angkat penyakitnya. ' Dimas membantu sang adik berjalan menuju parkiran tempat mobilnya berada.
















TBC

Mungkin tiap bab akan pendek ceritanya g begitu panjang.

Terima kasih bagi yang sudah mau membaca dan mampir. Cerita ini akan ku jadikan selingan, oke trima kasih




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

antara persahabatan dan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang