2

42 1 0
                                    


Jangan lupa untuk vote dan komen

Happy reading

-------------------

   Langit yang biru kini perlahan berubah menjadi hitam. Tetes air kini mulai berjatuhan, menandakan hujan telah turun. Saat ini Evyana hanya bisa menatap tetesan hujan dibalik kaca sambil menghirup secangkir coklat panas . Ingin sekali Evyana untuk menghampiri hujan disana, namun ia takbisa kerena tubuhnya tak terlalu kuat untuk merasakan dinginnya air hujan.

    Ketika ia ingin menghirup kembali coklat panasnya, tiba-tiba ponsel nya berdering. Sehingga ia mengalihkan pandangannya ke arah ponsel tersebut. Dengan langkah ogah-ogahan ia menghampiri ponselnya karena letaknya agak jauh dari tempat duduknya.

"Ck, ganggu aja, gak tahu apa orang lagi santai gini," omel Evyana sambil mengambil ponsel tersebut.

Namun Evyana menaikan sebelah alisnya ketika terlentera nama Alisa disana, pasalnya Alisa tak terlalu suka untuk menelpon orang karena baginya untuk apa mendownload aplikasi kalau tak dipake. Alasan yang selalu membuat Evyana menggelengkan kepalanya jika mengingat kata itu.

Tapi untuk kali Evyana hanya mengangkat kedua tangannya acuh, kemudian menekan tombol hijau dilayar ponselnya.

"Halo Sa," tanya Evyana pada orang yang disebrang sana.

"Oh ini Na," kata orang yang disebrang sana, membuat Evyana bingung karena ini bukan suara Alisa melainkan mama Alisa.

"Kenapa Tante?"

"Na...Alisa masuk rumah sakit," kata Mama Alisa sambil terisak begitu juga Evyana yang mendengar kabar ini membuat matanya berkaca-kaca.

"Nama rumah sakitnya apa Tante," kata Evyana dengan nada lirih.

"Rumah sakit **** di kamar ****."

"Yaudah tante aku tutup dulu mau kesana, Assalamualaikum."

Setelah mengucapkan hal itu Evyana langsung mematikan panggilan sepihak, kemudian bergegas mengganti pakaiannya dan keluar kamar.

  Namun saat diruang tamu, Evyana melihat bundanya sedang membaca buku dengan serius. Dengan langkah pelan ia mendekat kearah sang bunda.

"Bunda Ana pergi dulu ya," pamit Evyana kepada bundanya. Ana adalah nama panggilan khusus untuk Evyana dari keluarganya.

"Eh, mau kemana?" tanya bunda bingung.

Pasalnya Evyana lebih suka menghabiskan waktu di rumah. Apa lagi saat ini hujan seperti ini, karena bagi Evyana saat hujan turun enaknya untuk melakukan aktivitas tidur-tiduran di kasur empuknya untuk mengurangi pikirannya tentang beberapa materi yang belum ia kuasai untuk ujian kenaikan kelas dan masalah kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

"Is, bunda banyak nanya. Aku mau ke rumah sakit untuk jenguk Alisa. Assalamualaikum."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Evyana langsung mencium telapak tangan bundanya dan pergi dari sana.

***
Sesampai di rumah sakit Evyana langsung mencari ruangan tempat Alisa dirawat.

   Kini Evyana telah berada di depan ruangan Alisa. Sayup-sayup Evyana mendengar percakapan antara laki-laki dan perempuan di dalam hingga ia tak jadi mengetuk pintu. Suara keduanya begitu ia kenali, siapa lagi kalo bukan Rievan dan Alisa.

"Sa, kenapa kamu gak ngasih tahu kalo kamu itu sakit," kata Rievan.

"Aku gak apa-apa kok."

Deg!
Mendengar percakapan di dalam membuat Evyana mematung ditempat.
Alisa sakit apa? Kenapa ia tak tahu? Apakah ia tak becus untuk dikatakan sahabat? Itulah yang hanya dipikiran Evyana saat. Karena ia tak ingin penasaran lebih dalam lagi. Ia memutuskan untuk memasuki ruangan.

Saat memasuki ruangan Evyana langsung berlari ke brankar dan memeluk Alisa. Di dalam pelukan itu Evyana menangis melihat keaadan sahabatnya itu yang mulai kurus.

"Lo sakit apa sih...hiks," kata Evyana di sela-sela tangisannya. Sedangkan Alisa hanya tersenyum simpul melihat kekhawatiran sang sahabat.

"Gak papa kok."

   Mendengar ucapan dari Alisa, membuatnya terkejut. Bagaimana keadaan Alisa dibilang baik dengan tubuh yang mulai kurus, muka pucat, dan mata panda.

"Ck, ini kata lo baik. Loh hat badan lo yang mulai kurusan, muka pucat amat kek vampir, mata kek panda," omel Evyana dengan berkacak pinggang yang membuat Rievan dan Alisa terkekeh.

"Van, emang Alisa sakit apa?" tanya Evyana kepada Reivan yang sedari tadi diam disamping Alisa dan Menggemgam tangan Alisa. Melihat hal itu memang mmembuatnya sedikit cemburu. Namun sekali lagi ia tak bisa mengungkapkan perasaannya karena ia bukan siapa-siapanya.

"Gua gak tahu," kata Reivan enteng membuat Evyana menghendus kesal.

"Sa...bilang dong sama gua, biar gua merasa ada gunanya jadi sahabat lo," lirih Evyana sambil menundukkan kepalanya.

"Evya...gua baik-baik aja kok," kata Alisa sambil tersenyum.

"Kita sahabatan berapa lama sih, gua tahu kalo senyum itu cuma fake dan gua juga tahu kalo sedari tadi lo baik-baik aja. Karena dari muka lo itu kelihatan kalo lo itu merasakan sakit."

Sakmat! Kini Alisa telah bungkam mendengar ucapan Evyana. Karena memang benar sedari tadi ia merasa sakit di kepalanya dan memaksakan diri untuk tetap tersenyum.

"Ok fine gue jujur Sebenarnya gue..."




Tbc

Maaf Typo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RievyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang