#16

83 30 0
                                    

"Aku senang tidak ada hantu di sini," ucap Trisha yang berdiri begitu dekat dengan Alice yang berwajah kaku saat ini.

"Tapi...."

"Kenapa banyak sekali prajuritnya?!" jeritnya melihat sekumpulan prajurit yang sama dengan yang di lawan Valerie saat itu.


***


Raven menatap penuh minat pada Trisha dan teman-teman Valerie lainnya. Ia terus menerus mengaktifkan pentagon kegelapan begitu sekelompok prajurit hantu musnah, membuat Sierra menatap heran padanya.

"Ada apa denganmu?" Sierra tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

"Aku bosan," jawab Raven singkat. "Sudah terlalu lama tidak menonton pertunjukan. Aku hanya ingin membuat pertunjukan ini sedikit lebih meriah," lanjutnya.

Sudut bibir Sierra berkedut. Siapapun bisa tahu dengan sekali lihat kalau ini bukan pertunjukan sama sekali. Dan apa yang Raven lakukan memang membuatnya semakin meriah, sangat-sangat 'meriah' hingga Sierra tidak bisa berkata-kata.

"Hentikan itu, ini yang terakhir," ucap Douglas dari belakang mereka.

"Oh? Acara utama?" tebak Sierra senang.

"Yup," jawab Douglas menganggukkan kepalanya.

"Baiklah," ucap Raven pasrah.

Douglas melirik ke belakang, melihat Valerie yang terikat rantai dan masih tak sadarkan diri. Melihat penampilannya yang penuh luka, ia mengerutkan kening.

"Kucing kecil ini terlalu berantakan," gumamnya lalu melemparkan bola cahaya merah ke arah Valerie.

Seketika, luka di tubuh Valerie perlahan menutup. Walau begitu, mukanya masih kehilangan warna dan ia masih tetap tak sadarkan diri. Douglas juga merapikan pakaian Valerie sedikit sebelum menarik rantai untuk memastikan Valerie tidak bisa lepas dengan mudah.

"Perhatian sekali kamu," cibir Sierra.

"Bagaimanapun juga, seorang gadis harus memperhatikan penampilannya," balas Douglas.

"Aah, ini salah Raven menyiksanya terlalu kejam," lanjutnya membuat Raven speechles.

".... kau mau menyalahkanku berapa kali lagi?" tanya Raven.

"Tidak banyak," jawab Douglas santai.

Douglas menepuk kedua tangannya dengan elegan dan memasang muka penuh senyuman.

"Ayo," ucapnya diangguki Raven dan Sierra.

.

.

.

.

.

"Me-mengerikan...," ucap Trisha gemetaran di pelukan Alice.

"Um," angguk Alice setuju.

"Ayo masuk!" seru Yui sambil menunjuk gerbang di depan mereka.

"Nggak ada apa-apa, 'kan, di dalam sana?" tanya Ray sambil memegangi tangannya yang kesemutan.

"Nggak," jawab Nero begitu ia membuka mata.

Ray mengangguk. Dipimpin oleh Yui, mereka akhirnya masuk ke dalam bangunan megah itu. Begitu masuk, mereka disambut oleh lapangan yang sangat luas dan berantakan.

"Yah, yah, akhirnya datang juga."

Trisha mendongak ke atas melihat Douglas melayang di udara. Ada senyum di wajahnya membuat Trisha merasakan firasat buruk. Sementara itu, teman-temannya yang lain langsung mengambil sikap waspada.

Magical Life (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang