"Reynal, sejujurnya Bapak tidak punya ide sama sekali apa yang sebenarnya kamu lakukan setiap kali menghadapi kertas ulangan". Pak Gun menatap dari balik kacamata tebalnya. "Entah kenapa nilai nilai ulangan mu selalu saja buruk. Apa susahnya mengerjakan soal soal ini?" Pak Gun menyerahkan kertas tersebut.
Reynal menerimanya tanpa komentar, kembali ke kursinya dengan langkah malas.
Setelah tadi malam hujan deras membungkus kota, pagi ini, hari yang cerah, pelajaran pertama adalah biologi. Setelah meletakan tas hitamnya, memeriksa daftar absen, dan menyapa kami, Pak Gun membagikan kertas ulangan yang kami kerjakan seminggu sebelumnya. Reynal yang terakhir menerima kertas selalu saja begitu.
"Tahun lalu Bapak khawatir kamu tidak naik kelas, Rey. Nilai nilai ujian akhir semestermu persis di batas yang paling rendah. Guru guru harus berdebat panjang tentang itu terutama Miss Ariana yang berusaha menyakinkan guru lain bahwa kamu punya potensi. Tidakkah kamu mau mulai belajar lebih baik? Atau minimal berusaha menulis jawaban yang serius di kertas ulangan?
"Lihat pertanyaan nomor satu, sebutkan bagian bagian sel. Alih alih menjawabnya dengan bagian membran sel, nukleus, dan sitoplasma, kamu hanya menulis : bagian luar, bagian dalam, bagian tengan, dan bagian luar, tapi bukan itu jawabannya." Guru biologi yang usianya lebih dari lima puluh tahun itu menatap Reynal.
Reynal hanya menunduk bersungut sungut. Aku tahu tentang sungutan Reynal. Dia merasa sudah menjawab dengan "benar" dan "serius". Teman teman sekelas mulai tertawa melihat ekspresi kusut Reynal, termasuk Caca. Aku menyikut lengan Caca menyuruhnya diam.Jam istirahat..
" hei Ra kekantin yuk? " ajakan Caca.
"yuk Ca" jawab ku.
Saat sampai di kantin Reynal datang
"hai Ra, Ca" sapa Reynal sambil membawa mangkok bakso dan duduk di hadapanku
"hei, rey!" Seseorang memanggil reynal.
Aku menoleh ternyata ketua team basket sekolah kami.
"mau bergabung bersama kami?" tanya ketua team basket. Reynal menggeleng dan menunjuk kami aku dan Caca.
"Oke, baiklah.sampai jumpa!" Serunya melambaikan tangan sambil berjalan kepojokan kantin, tempat biasa mereka kumpul.
"aku masih tidak percaya kamu berteman dengan anak duabelas, Rey. Itu keren!" Seru Caca
"ya tapi tetap saja ada yang tidak percaya akan hal itu" Reynal dan Caca menahan tawa sambil melirik ku yang cemberut.
Rambutku yang tergerai jatuh ke samping.aku hendak membetulkannya tapi, Reynal duluan yang melakukannya dan meletakkannya ke belakang telingaku.aku terdiam sekaligus terkejut.dan menoleh ke samping.
"hai Ra jangan cemberut begitu, aku kan hanya bercanda" jawab reynal.
Ku rasakan wajah ku memerah seperti kepiting rebus."ya ampun Ra. Kenapa kamu imut baget sih?" Reynal melanjutkan sambil mengacak acak rambutku pelan.
Aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya sekaligus terkejut.yang ku tatap hanya tersenyum.aku baru sadar kalau tangan reynal masih di kepalaku."uh, em.. reynal.."
"ya?"
"ehm.. A-apa kah kamu bisa menurunkan tangan mu dari kepalaku?" Reynal tertawa dan menurunkan tangannya.Caca di sebelah ku juga ikut tertawa.Aku kembali melanjutkan makanku yang sempat tertunda. Tanpa aku sadari, Reynal diam diam.....
Hayo diam diam apaa??
End
Maaf klo ada typo dan salah kata
Entar Next kokk tunggu ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of the moon and Prince of the aldebaran
Teen Fictionkisah cinta antara princess of the moon and prince of the aldebaran dan petualangan menyelamatkan dunia paralel dari kehancuran.