Rasa Pertama

42 3 0
                                    

Semula menurutku, yoga itu cuma untuk orang-orang stress yang membutuhkan ketenangan. Gerakannya yang lentur dan gemulai, terlalu feminin di mataku. Not my cup of tea. Bagiku tidur jauh lebih menenangkan di saat tubuhku membutuhkan istirahat. Bukan malah jinjit-jnjit atau bersila menekuk kaki, menyiksa badan yang sudah lelah.

Sampai suatu ketika aku terjatuh di koridor kantor. Bukannya membantu, Derryl malah memerhatikanku sambil mengernyitkan kening. Seolah yang dilihatnya tersungkur di lantai hanyalah salah satu pajangan yang tak pecah.

"Badan elo nggak seimbang," katanya tanpa mengulurkan tangan untuk memapahku bangkit. "Elo perlu deh mulai ikut yoga."

"Terima kasih buat simpati lo," balasku jengkel. "Tapi yang sekarang ini gue perluin, bukan saran, tapi tangan elo!"

"Nah, itu, tangan merupakan salah satu tumpuan yang dilatih supaya kuat melalui gerakan yoga," tambah Derryl, dan langsung nyerocos,"Jadi elo perlu banget mulai...."

"Cukup tentang yoga!" potongku sewot. "Elo mau bantuin gue berdiri atau masih mau kuliahin gue?"

"Besok sore ada kelas yoga buat pemula di Fitness Fine. Elo bisa booking dari sekarang kalo mau kebagian tempat!"

That's it. Derryl langsung ngeloyor tanpa membantu aku berdiri. Benar-benar kurang ajar.

@@@

Tapi gara-gara omongan Derryl, aku jadi tergoda juga untuk mencari informasi lebih banyak tentang yoga.

Semalaman aku browsing di internet.
Apa hubungannya terjatuh dengan yoga?




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Namaste, YogiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang