"Dua minggu lagi kau akan tertimpa tangga."
Kalimat itu tanpa sadar keluar dari mulutku. Sial. Bodoh. Bodoh.
Keempat anak yang berdiri tak jauh di hadapanku itu langsung menoleh. Dia yang kutuju dalam ucapanku persis menghadap ke arahku, berwajah antara ngeri dan terusik. Aku merutuki kecerobohanku. Bagaimana bisa mulutku ini masih saja lancang mengeluarkan kata-kata yang tidak ingin mereka dengar?
Salah satu dari keempat anak itu mulai beranjak dan bilang, "Lihat. Anak itu mulai berbicara yang aneh-aneh lagi."
Anak itu mendatangiku. Aku hanya diam di tempat sampai ketika tanganku ditarik, dipaksa mendekat ke mereka. Aku berakhir dengan pijakan bertubi-tubi mengenai badanku sembari meringkuk, melindungi diri menggunakan kedua tanganku.
***
Aku selalu sendiri. Dari kecil sampai sekarang aku sudah SMA, tidak ada satu pun orang yang mau menjadi temanku. Meski rumor tentangku yang bisa melihat kapan datangnya kesialan dan bencana seseorang sudah tidak begitu diungkit lagi kini, tetapi karena ruang lingkup daerahku yang kecil, maka orang-orang yang sama—yang sudah memercayai dari dulu tetap menjauhiku. Tidak begitu banyak orang baru yang ada di sini, dan mereka semua ikut terhasut bahwa akulah si pembawa sialnya.
Sewaktu kanak-kanak, aku lumayan sering mengatakan waktu kesialan orang-orang yang kutemui akan tiba. Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku bisa mengetahui hal semacam itu. Hanya dengan melihat mereka, meski yang tidak aku kenal sama sekali pun, aku bisa langsung tahu hanya dengan gambaran singkat dan ... ilham? Entah harus kusebut apa ini.
Tak lama soal aku menyebar di kalangan orang sekitar, ibuku menasihatiku supaya tidak berbicara hal seperti itu lagi. Namun, aku yang masih kecil waktu itu masih saja suka keceplosan. Sekali atau dua kali bahkan aku sampai ditindas oleh anak-anak. Tidak ada yang bisa berbuat apa-apa. Semuanya menganggap kalau itu salahku dari awal.
Ketika aku remaja, aku mulai mengerti. Aku tidak ingin asal berbicara ke seseorang. Pernah aku dapati seorang gadis di kelasku, yang bisa kulihat apa bencana yang akan terjadi padanya. Dia akan jatuh dari tangga usai pelajaran olahraga di hari kemudian karena kelelahan dan kakinya tersandung anak tangga. Aku mendapat kilasan betapa parahnya kejadian itu, sehingga aku berupaya untuk mengajaknya bicara empat mata saja. Apa yang kuinginkan hanyalah ia bisa mengerti apa yang kusampaikan untuk saat itu, tetapi yang ada dia malah mengataiku absurd dan gila.
Ya, benar saja. Esoknya dia terjatuh dan tulang kakinya patah. Perlu tiga bulan untuk membuatnya bisa berjalan normal kembali tanpa tongkat, dan yang aku yakini setelah itu adalah bukannya dia akhirnya mengerti ucapanku, tetapi justru menganggap aku pembawa sial (dan semakin yakin soal itu). Sama dengan yang lainnya. Sejak itu pandangan orang-orang terhadapku semakin memburuk, tapi bagiku tak ada bedanya. Toh, aku sama-sama tidak ada yang mau mendekati sejak dulu.
Aku memutuskan untuk tidak berbicara lagi soal itu kepada siapa pun. Tetapi, semakin waktu berlalu, kemampuan ini semakin menjadi. Bisa dibilang hampir setiap hari aku melihat kesialan yang akan mampir pada orang-orang sampai hal terkecil sekali pun. Bahkan, terkadang rasanya aku tidak ingin menatap orang-orang agar tidak bisa melihat kesialan mereka di masa mendatang. Di saat aku lengah mendongak dan terlanjur tahu, aku hanya bisa diam hingga kejadian itu datang (meski seringnya aku tak tahu, maksudnya tidak terjadi di hadapanku). Padahal seharusnya aku bisa membantu mereka untuk mencegahnya.
Akan tetapi, sebenarnya aku juga penasaran. Kenapa aku diberi penglihatan seperti ini? Bukankah kesialan itu merupakan bagian dari takdir? Apa boleh aku membantu orang untuk mengubah takdir mereka?
Aku yang sedang membenamkan wajah di balik kedua tanganku yang terlipat, mengintip sedikit ke depan pintu kelas. Ada sekumpulan gadis yang menghadapkan badannya padaku beberapa kali, terlihat sedang membicarakan diriku. Aku menghela napas. Bersabar sajalah buatku menanggapi semua itu, yang penting hari ini aku belum diberi penglihatan akan kesialan seseorang.
![](https://img.wattpad.com/cover/201939224-288-k780160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GenreFest 2019: Paranormal
ParanormalKejadian aneh dan tak terjelaskan akan selalu ada di kehidupan kita, karena itu waspadalah. Ditantang menulis Paranormal, mampukah peserta Genrefest 2019 menghadirkan keganjilan-keganjilan yang menarik? Cover by alizarinlake