The Old Lady Inside the Mirror

218 33 5
                                    

Felline, mendapat beasiswa untuk bersekolah di sebuah sekolah ternama. Sejak kecil, ia memang sudah terkenal akan kepintarannya. Namun bukan karena ia benar-benar pintar, tapi karena ia memiliki rahasia jitu yang selalu memudahkannya dalam mengerjakan ulangan. Hanya saja, tidak ada yang mengetahui hal itu.

Senyumnya mengembang kala ia berhasil menjejakkan sepasang kakinya di sekolah tersebut. Sambil meloncat kegirangan, ia melangkah menuju kelasnya. Meski ia membenci suasana kelas yang baru, ia akan lebih menyesali pilihannya bila ia tidak mengambil beasiswa tersebut.

Ia tidak mau menyia-nyiakan kemampuannya yang bisa membuatnya kaya. Kemampuan itu, akan ia gunakan dengan baik, agar ia bisa mendapat prestasi dan pekerjaan yang layak di kemudian hari. Tentu saja, dengan segudang prestasi ia bisa menghasilkan banyak uang.

Saat memasuki kelas, ia memilih untuk duduk di bangku belakang dekat jendela. Suara-suara yang tidak dikenalnya mulai mengusik pendengarannnya. Namun Felline berusaha untuk tidak memedulikannya.

"Wah manis sekali!"

"Ah... inikah anak yang katanya mendapat beasiswa? Sepintar apa dia?"

"Gila! Cantik banget! Ga nahan."

"Wih. Anak beasiswanya datang nih."

"Akhirnya, pesaingku datang juga."

Masih banyak suara-suara asing yang ia dengar. Batin beberapa orang di kelasnya juga tak henti-hentinya mengoceh tentangnya. Felline menghela napas. Mungkin kemampuan ini memang berguna baginya. Namun, juga sangat merugikan untuknya. Parahnya, hingga bel pulang berbunyi pun, siswa di kelasnya itu mengoceh panjang lebar dalam batin. Sampai-sampai Felline berulang kali meminta izin ke toilet untuk mengistirahatkan pendengarannya.

"Biasanya, teman sekolah smp tak seramai ini," batinnya.

***

Felline mengempaskan dirinya di kasur barunya. Ia menatap langit-langit kamar seraya tersenyum. Bukankah memiliki tempat tinggal sendiri adalah impian terbesarnya? Ia sangat bersyukur sewaktu kedua orang tuanya mengabulkan permintaannya jika ia berhasil mendapat beasiswa di sekolah ternama itu. Kali ini, ia benar-benar sendiri dan ia sangat bersyukur untuk itu.

Tolong!

Siapa pun tolong aku!

Felline terkesiap. Mungkinkah kemampuannya mendengar isi pikiran orang lain meningkat? Selama ini, ia tidak pernah bisa mendengar isi pikiran orang lain lebih dari radius 200 meter.

Ia menjentikkan jari. Mungkin saja tetangga sebelah kebetulan menyandarkan diri di dinding yang masih masuk dalam jangkauan kemampuannya. Sambil mendengus sebal, Felline menggeser tempat tidurnya dan memastikan bahwa dirinya berjarak lebih dari 200 meter dari dinding kamarnya.

"Siapa orang baru yang menempati wilayah ini?"

"Kumohon, semoga dia bisa menolongku!"

Wajah Felline mengeras. Tanpa sadar batinnya tak sengaja menjawab,

"Siapa?"

Hening, tak ada jawaban.

"Eh? Kau mendengarku?"

"Siapa yang mendengarku?"

"Kau, si Penghuni baru kah?"

Felline tertegun. Entah mengapa detak jantungnya terpompa lebih cepat dari biasanya.

"Ayo tolong aku!"

GenreFest 2019: ParanormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang