" Saya pergi dari tanah kelahiran saya karena kepala suku saya membuat perjanjian dimana tempat kelahiran saya akan menjadi dibawah naungan pemerintahan orang – orang belanda "
" Saya dan seluruh pengikut saya pun meninggalkan tempat kelahiran dan pergi ke pulau ini"
Setelah menceritakan semua yang terjadi pada tanah kelahirannya dan Yang Mulia memahami apa yang terjadi dan akhir nya yang mulia mulai mempercayai Daeng Mangkona.
" Saya memahami apa yang terjadi pada tanah kelahiran mu"
" karena itu saya akan memberikan engkau wilayah di bagian tanah rendah "
Ujar Yang Mulia
Dan diberilah Daeng Mangkona sebuah wilayah di bagian tanah rendah ( Samarinda Sebrang), wilayah itu diberi nama Samarendah karena wilayah disana dataran nya sama rendahnya dan disana juga tidak memandang kekayaan dan kemiskinan.
Hari lahir Kota Samarinda di tetapkan pada tanggal 21 Januari 1668, yaitu tanggal kedatangaan La Mohang Daeng Mangkona yang mula-mula membangun kota ini (Samarinda Seberang sekarang). Pada tahun 1665, rombongan orang-orang Bugis Wajo yan dipimpin La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) hijrah dari tanah kesultanan Gowa ke Kesultanan Kutai. Mereka hijrah keluar pulau hingga ke Kesultanan Kutai karena tidak mau tunduk dan patuh terhadap perjanjian Bongaya, setelah Kesultanan Gowa kalah akibat diserah oleh pasukan Belanda. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan oleh Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado beserta pengikutnya yang asal Tanah Sulawesi untuk membuka perkampungan di Tanah Rendah. Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak lau asal Filipina yang sering melakukan perampokan diberbagai daerah pantai wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara. Selain itu Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampugan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama Sama Rendah bermaksud agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya.
Sejak saat itulah Daeng Mangkona beserta pengikutnya tersebut mengembagkan daerah Tanah Rendah yang sekarang menjadi Samarinda. Maka dari itu dihadiahkan wilayah tepi Samarinda Seberang sebagai tempat bermukim para pendatag dari suku Bugis Wajo sebagai rasa terima kasih telah banyak membantu Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Daeng Mangkona membangun masjid dan menyebarkan Agama Islam di Kalimantan Timur dan menjadi sejarah di Kalimantan dan dikenal sebagai orang bugis yang membangun kampung tenun di samarinda sebrang.
THE END
![](https://img.wattpad.com/cover/201989505-288-k797286.jpg)
YOU ARE READING
Sejarah Kota Samarendah Dan Suku Bugis
Ficción históricaLa Mohang Daeng Mangkona adalah seorang tokoh penting dalam cikal-bakal berdirinya kota Samarinda di Provinsi Kalimantan Timur saat ini. Daeng Mangkona mendirikan pemukiman di Tanah Rendah bersama rombongan dari tanah Wajo pada tahun 1668 dan dari s...