"APA?!"
Seorang gadis berusia sembilan belas tahun itu menepuk-nepuk dadanya kasar. Air minum yang baru saja masuk ke tenggorokannya terasa kembali keluar melalui hidung.
Alat pernapasannya sakit bukan main. Tersedak air putih sampai membuat matanya memerah menahan perih.
Jangan tanyakan apa penyebabnya.
"Papa sama Mama ke Jepang. Kamu tinggal sama temen papa selama tiga bulan, ya?"
Kata-kata papanya serasa berpuar ratusan kali dikepala Keyla. Gadis itu menatap tak percaya kedua orang tuanya.
"Papa serius?"
Masih tidak percaya. Keyla mencari-cari jawaban yang tepat untuk ia terima.
"Iya, sayang. Kita ada urusan sama masalah tante kamu. Gak perlu khawatir. Papa sama mama ini masih memikirkan kamu."
Senyuman mamanya terukir jelas untuk menyakinkan Keyla. Sedangkan papanya malah tersenyum jahil tidak karuan.
Inilah hal yang tidak bisa Keyla percaya. Papanya terlalu menganggap mudah perasaan anaknya.
"Kalo kamu sudah ketemu sama dia. Papa yakin kamu betah. Papa gak salah pilih orang..."
Ucapan penuh kebangga itu terdengar jelas di telinga Keyla.
Namun, bukan keyakinan yang Keyla dengar tapi seperti ketidak pastian dari ucapan papanya.
"Ma..." Keyla mengadu pelan.
Air matanya hampir merosot keluar jika saja ia tidak pergi dengan cepat. Rasanya berhadapan dengan orang tuanya adalah hal yang tidak mungkin ia akan lakukan lagi.
-
Hampir setengah jam Seulgi, mama Keyla bediri didepan kamar anaknya. Mengetuk serta meneriaki bujukan ia lontarkan untuk merayu anak semata wayangnya itu.
Tak kalah lagi sang suami yang setia menggandeng tangan sang istri. Kadang-kadang Seulgi juga kesal dengan tingkah suaminya, Jhope.
"Kamu yang bujuk!" Titah Seulgi kesal.
"Biarin aja. Nanti pasti nurut. Aku yakin dia bakal senang bukan main." Kekeh Jhope.
Seulgi menghela nafas pelan. Sebelum benar-benar pergi ia sempat berkata hal penting.
"Satu jam lagi kita ke apartemen om kamu."
-
Didalam kamar Keyla kesal bukan kepalang. Semua barang yang ia lihat rasanya ingin ia hancurkan. Membayangkan hidup bersama orang lain saja tidak terpikirkan.
"Sial! Gue gak mau! Kan bisa gue tinggal sendiri."
Berapa kali umpatan yang Keyla ucapkan. "Ck..." Gadis itu menggigit kukunya khawatir.
Ia seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ia dengar apa yang terakhir kali mamanya bilang. Iya, satu jam lagi mereka akan berangkat.
"Kabur?" Satu ide terlintas di kepala Keyla.
"Ah, sial. Bagaimana mau kabur kalo gerbang setinggi itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jimin?
Fanfiction[REVISI] "Pada akhirnya kamu akan kembali kepada saya." -Park Jimin 2019