Seorang gadis berseragam sekolah akhirnya tiba di rumahnya dengan seluruh seragam berantakan, kotor, bau, dan basah.
Gadis itu masuk ke dalam rumahnya membawa sisa-sisa air hujan dari luar dan setengah berlari menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Melewati ruang makan keluarga, dimana ia mendapati seluruh keluarganya sedang menikmati makan malam mereka disana. Oh, gadis itu bahkan lupa kalau ini sudah hampir pukul 7 malam karena ia terlalu banyak menghabiskan waktu di sekolahnya.
Keluarganya sempat terdiam sesaat melihat penampilan si gadis yang terlihat basah kuyup dan sangat berantakan. "Eh, udah pulang Sha?" tanya mamanya sedikit khawatir melihat anaknya yang nampak memprihatinkan.
"Udah ma," jawabnya sekenanya.
"Mandi dulu, abis itu kita makan bareng ya," kata Mamanya sedikit berteriak karena gadis tersebut semakin mempercepat langkahnya menuju kamarnya untuk sekedar membersihkan badannya.Sesampainya di kamar, Sasha merasa jijik mendapati seluruh tubuhnya dan merasakan lengketnya kulit putihnya. Diendusnya tubuh serta rambutnya sendiri "ewh," tak tahan dengan kondisi badannya saat ini, Sasha tanpa pikir panjang langsung ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan keadaan baju sekolah masih menempel di badannya.
Dibawah guyuran air itu, Sasha nampak berpikir mengenai kejadian yang selalu ia alami semenjak di minggu pertama sekolahnya. Kenapa seluruh teman-temannya sangat jahat kepada dia? Awalnya Sasha berpikir kalau mereka hanya sekedar bercanda, hingga membuatnya tidak menghiraukan mereka. Tapi semakin lama, Sasha merasa mereka semakin gila.
Diawali dengan seluruh isi tas dan buku pelajarannya dibuang dari lantai 4 gedung sekolahnya, difitnah menjadi cewek bayaran, rambut yang diancam akan di gunting, dituduh mengambil uang kas kelas, hingga pernah juga ia mendapatkan kekerasan fisik sampai membuat bibirnya robek. Bahkan masih banyak lagi kekejaman yang dilakukan mereka ke Sasha.
Sempat sekali ia melawan, namun seberapa keraspun ia menentang mereka semua, maka Sasha akan mendapatkan balasan yang lebih parah dari sebelumnya.
Sungguh malang nasib Sasha, namun ia pun tidak pernah berani untuk mengatakan pembullyan ini ke orangtuanya termasuk kakaknya.
"Huft..." Sasha pun menangis dalam diam.
***
Sasha merasa segar kembali setelah menghabiskan waktunya selama satu jam di bawah guyuran air dingin sambil mengeluarkan emosinya yang tertahan sedari pagi.
Saat ia keluar, dia dikagetkan karena mendapati kakaknya Johan di tempat tidurnya sambil memainkan ponselnya. Johan yang melihat adiknya telah selesai mandipun dan keluar dengan hanya menggunakan handuk kemben sebagai lapisan di tubuh basahnya serta rambut panjangnya yang basah terurai membasahi lantai kamar adiknya, tersenyum kecil melihat penampilan adiknya yang terbilang cukup seksi jika dilihat melalui radar mata Johan.
Sasha mengernyit melihat kakaknya yang tersenyum, karena dia sangat jarang mendapati kakaknya seperti itu walaupun senyum yang diperlihatkan sangat kecil bahkan hampir tidak terlihat.
Johan lalu mematikan ponselnya dan menyerongkan tubuhnya, menumpu kepala menggunakan tangannya sambil memperhatikan gerak gerik adiknya sendiri.
"Sexy," katanya Johan pelan.
"Hah? Apa kak?" Tanya Sasha karena suara Johan juga memang terbilang sangat kecil bahkan Sasha merasa kalau Johan tadi seperti berbisik kecil walaupun Johan memiliki berat.Sasha tidak memperdulikan kakaknya lagi karena pertanyaannya pun tak lantas di jawab oleh kakaknya. Lantas ia beralih ke ruang pakaian yang memiliki ruangannya tersendiri di kamar Sasha. Membuka kenop pintu ruang gantinya, dan memilih pakaian yang akan digunakannya untuk tidur malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Sasha [DEWASA]
FantasySasha .. Gadis remaja polos yang sangat tidak beruntung dengan segala ketidak adilan takdir yang selalu membuatnya menemui jalan buntu. Tidak ada jalan keluar lagi bagi dirinya, tidak ada yang mampu memperhatikannya. Ketidak beruntungannya yang sela...