Sesaat, Sasha paham. Sangat paham kalau semua ini terjadi pasti karena salahnya. Salah dia karena memberikan akses dengan begitu mudahnya untuk Johan dan Papanya melakukan hal memalukan seperti ini kepada dirinya.
Dia tidak pernah mendapatkan pengetahuan mengenai hal ini sebelumnya, bahkan Mamanya pun menganggap kalau Sasha anak yang baik dan tidak akan pernah berbuat macam-macam jika menyangkut hal yang sangat sensitif seperti ini.
Memang benar kalau bukan dia yang melakukan, tapi dia juga tak punya kuasa untuk menolak. Beberapa kalipun Sasha memberontak, Papanya tidak akan pernah melepaskannya.
Sasha takut, sangat takut kali ini. Dia menangis tersedu-sedu ingin menghentikannya, tapi semakin dia menangis maka Papanya akan semakin kasar terhadapnya.
Salah besar ternyata selama ini Sasha menganggap kalau ini adalah keluarga yang sempurna, namun kenyataannya keluarga yang sempurna itu masih jauh dari harapannya. Dan harapan yang dia ingin jaga, akan diruntuhkan secara paksa oleh Papa tirinya sendiri.
"Papa senang kalau kamu menangis sayang, semakin menangis maka semakin bergairah Papa sama kamu," katanya menjijikan.
"Pa, Sasha mohon jangan begini," rintihnya.
Papanya tetap tidak mendengarkan, masih tetap melanjutkan kegiatan fantasinya dia dibawah sana.
Menusuk-nusukkan jemarinya dengan kasar dengan tangan satunya yang tetap berada di area sensitif dibagian dadanya. "Stop Pa, Sasha sakit," erangnya.
Tak lantas membuat Papanya berhenti, malah semakin bersemangat menunjukan eksistensinya dibawah sana.
Sasha pasrah sudah, dia tidak ingin merintih kembali. Dia ingin berhenti menangis namun tetap air matanya ingin keluar. Jadi yang bisa dilakukan nya hanya ingin menikmati hidupnya yang akan hancur sebentar lagi.
"Sayang, Papa mau sekali rasanya hangatin badan papa disini," ujarnya lebih kepada diri sendiri.
Tak ingin membuang waktu lebih lama, juga tak ingin bersikap lembut, dengan sangat kasar ditariknya kemeja Sasha yang masih setia bertengger di tempatnya hingga menimbulkan bunyi sobek yang sangat kentara ditelinga Sasha.
Semakin dibuat takut Sasha oleh Papanya sendiri, apalagi kalau dilihat dari mata Papanya yang sudah sangat memerah berkabut gairah itu, Sasha merasa kalau Papa yang selama ini dia anggap sangat baik ternyata bisa berubah jadi monster yang sangat menyeramkan seperti ini.
Dirobeknya kembali celana dan juga dalaman yang dikenakan Sasha, hingga menyisakan seonggok kain yang tak berupa di lantai kamarnya.
Sasha kembali menangis, namun sekuat tenaga ia redam tangisannya dalam diam. Sudah cukup rasanya semua ini. Pikirannya kacau, hidupnya berantakan, masa depan hancur, tak ada yang tersisa lagi.
Dengan sangat mudahnya, Papanya mengeluarkan sesuatu dibalik celana kerjanya. Sesuatu yang teramat perkasa dan juga terlihat sangat keras menjulang, Sasha semakin takut melihat ukurannya di badan bisep Papanya sendiri.
Papa Sasha meskipun sudah berumur kepala empat, masih tetap terlihat muda akibat latihan barbelnya yang setiap hari dia lakukan.
Sasha masih tak percaya dengan semuanya, tanpa pikir panjang Papanya menerobos masuk tanpa permisi. Menyisakan teriakan dan erangan yang menyayat hati bagi pendengarnya. Namun tidak dengan Papanya Sasha.
Malah erangan itu dia anggap sebagai fantasinya sendiri untuk menghancurkan tembok penghalang bagi dirinya yang memang dengan sengaja menggunakan tempo yang sangat cepat.
Papa Davan memang tidak menyukai sesuatu hal yang terlihat lemah, jadi dia dengan tenaganya memaju mundurkan badannya kasar secepat yang dia bisa tanpa melihat Sasha yang sudah semakin ingin kehilangan kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Sasha [DEWASA]
FantasySasha .. Gadis remaja polos yang sangat tidak beruntung dengan segala ketidak adilan takdir yang selalu membuatnya menemui jalan buntu. Tidak ada jalan keluar lagi bagi dirinya, tidak ada yang mampu memperhatikannya. Ketidak beruntungannya yang sela...