PROLOG

242 23 2
                                    

Dering jam weker berbunyi di sepertiga malam, membuat seorang perempuan dengan piyama hello kitty segera bangun dari tidur lelap nya. Dengan langkah pasti perempuan itu berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera mempersiapkan diri untuk melaksanakan tahajud nya. Hal seperti ini sudah sangat biasa ia lakukan, baginya dengan begini ia merasa lebih tenang, dan lebih dekat dengan Sang Pencipta. Semua keluh kesah ia luapkan disaat-saat seperti ini. Sebab ia yakin, Allah akan mendengarkan segala keluh kesahnya. 

Sedikit demi sedikit sang surya mulai menampakkan sinarnya. Seorang wanita paruh baya menemui putrinya yang tengah mempersiapkan segala perlengkapan sekolah dikamarnya. Dengan sangat telaten, wanita paruh baya itu membantu putrinya menyiapkan perlengkapan sekolahnya. 

"sayang, apa yang masih kurang?Biar Bunda bantu carikan " tanya wanita paruh baya tersebut. 

"enggak, Bun.  semuanya sudah siap berkat bantuan Bundaku yang baik dan cantik ini "  jawab perempuan itu sembari memeluk penuh sayang wanita paruh baya tersebut.

"Haish, kamu itu dari dulu nggak berubah ya, suka sekali menggoda Bundamu ini" jawab seorang lelaki paruh baya yang tiba-tiba datang dari balik pintu kamar Haura. Ya, putri cantik kesayangan Ayah dan Bundanya itu bernama Khadijah Haura Az Zahra. Perempuan dengan segala keceriannya, dengan senyum yang selalu menghiasi bibir mungilnya itu.  Haura merupakan siswi kelas XI SMA. Haura bersekolah di salah satu SMA favorit di Jakarta. SMA Harapan Bangsa itu sekolah Haura. 

"Tetap seperti ini ya, nak. Tetap ceria, tetap tersenyum dalam segala keadaan dan tetaplah bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang sudah diberikan Allah. Ayah dan Bunda bersyukur sekali memiliki kamu"sambung Bunda sembari mengelus lalu mengecup kepala putri kesayangnnya. Mendengar itu, Haura membalas dengan senyuman yang sangat manis. Lalu berakhir dengan memeluk Ayah dan Bundanya. 

"Udah yuk, Bunda udah nyiapin makanan kesukaan kalian. Ayok nanti keburu dihabisin sama abangmu" ujar Bunda sembari terkekeh. Mendengar perkataan Bunda, Haura segera berlari menuju meja makan keluarga, melihat tingkah Haura Ayah dan Bundanya tersenyum geli sembari geleng-geleng kepala. Sampainya di meja makan, Haura menemukan abangnya yang sudah duduk manis di meja makan. 

"Abang kok udah disini sih ? cepet banget. Abang nggak mandi ya, jorok banget sih mau kuliah pagi nggak mandi" 

"Enak aja!!! Abang udah mandi dari sehabis subuh tadi ya Dijah!!! Emangnya kamu, waktu subuh aja masih ileran" balas Andi tidak terima. Andi Pradana adalah kakak laki-laki Haura,  Dia sedang menjalankan kuliah semester akhir di salah satu universitas di Jakarta.Meskipun mereka jarang sekali terlihat akur dan bersahabat layaknya seorang saudara, Andi maupun  Haura sangat saling menyayangi dan saling menjaga satu sama lain. 

"Eh, apa sih bang. Panggilnya Haura aja jangan Dijahhhhhh!!! HAURA!!! H A U R A!!! BUKAN DIJAH. Lagian Haura tuh ya udah bangun dari jam 3 pagi, enak aja ngatain Haura waktu subuh masih ileran, sebelum subuh juga Haura udah mandi kaliiiiii" 

"Eh,  bersyukur donggggg punya nama bagus juga. Lagian nama itu doa ya dek, jadi terserah abang dong mau manggil kamu apa . Mau Haura kek, Dijah kek, Paijah kek, Inem kek HAHAHHA" goda Andi sembari mengacak-acak tatanan jilbab milik Haura.

"ABANGGGGGGG!!! DASRUNNN EMANG YA!!!!. Tatanan jilbab Haura nggak rapi lagi ini, nanti kalau dilihat calon imam Haura kan jelek jadinya" rengek Haura. Mendengar rengekan Haura malah semakin membuat Andi tertawa terbahak-bahak. "Apaan calon imam calon imam, masih kecil juga. Sekolah dulu sana yang bener, ngelap ingus aja masih dibantu Bunda pake segala ngomongin calon imam calon imam " ejek Andi lagi. 

"BUNDAAAA.... AYAHHHHH... ABANG NAKALIN HAURAAA" rengek  Haura dengan menghentak-hentakan kakinya.

"Sudah sudah,  ayo habiskan sarapan kalian. jangan berantem terus, habiskan lalu segera berangkat ke sekolah supaya kalian nggak telat"lerai Ayah yang langsung berhasil membuat mereka terdiam seketika. 

                                                           ----------------------

 Dengan tergesa-gesa Haura berjalan cepat menuju kelasnya. Sesekali ia melihat kearah jam tangannya. Ia sudah terlambat 10 menit. Ini semua karena abangnya yang lelet sekali membawa mobil hingga akhirnya terjebak macet.

"weitsss selowww dong dekkk, gausah panik.Santai,  nggak akan telat kok. akan sampai tujuan dengan tepat waktu" kata Andi dengan senyum yang sangat lebar sembari menaik turunkan alisnya.

"Santai santai gundulmu . Dua menit lagi bel bangggg. Astaghfirullah " geram Haura.

Mengingat percakapannya dengan Andi kakaknya membuat Haura tidak henti-hentinya merutuki kakaknya yang bisa sangat santai mengemudikan mobil disaat waktunya sudah mepet. Dengan sekuat tenaga Haura masih terus saja berlari.

"Bughhhhhh"

" Adohhhh, astaghfirullah sakitttt" ringis Haura sembari mengusap-usap pantatnya yang terasa sakit.

Haura terjatuh tepat dihadapan seorang laki-laki yang tengah berjalan dengan membawa buku perpustakaan. Sontak laki-laki itu berhenti. Untung saja Haura tidak sampai menubruk laki-laki tersebut. Haura merutuki dirinya yang begitu ceroboh. Tali sepatunya lepas, mengakibatkan ia terjatuh sekarang. Dengan sekuat tenaga Haura mencoba untuk berdiri dan melihat siapa lelaki dihadapannya saat ini. Setelah berdiri dengan benar, mata Haura tidak berkedip. Jantung Haura seolah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Darahnya berdesir. Lidahnya terasa kelu. Kakinya seakan tidak kuat untuk sekedar menopang tubuh Haura. Ia seolah-olah terhipnotis dengan laki-laki dihadapan nya saat ini.

"Dia" batin Haura. 

JENG JENG JENGGGGGGG. Tata titi tutuuuuuuuu. Cerita pertama akuuuu nihh. Akhirnya setelah sekian lama pingin nulis sekarang terealisasi juga hahaha.

Hwah Haura ketemu siapa tuh kira-kira? Pada penasaran ga nih? Next? Jangan lupa votement ya guyssss. Supaya aku tambah semangat nulisnya nguehehehe.




HAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang