Taman Kota

28 5 2
                                    

  Laki-laki itu menyusuri taman kota, saat ini yang ia inginkan hanyalah menenangkan diri di taman kota. Namanya Tsabit Alanta. Ia adalah siswa di SMA Taruna.
  
  Ia membaringkan tubuhnya dibawah pohon yang rindang di taman itu. Lelaki itu memejamkan matanya. Membiarkan cahaya matahari menembus kulit di selah-selah daun yang rindang. Perseten dengan  sekolahnya. Ia akan bolos hari ini.
 
  Terdengar suara nyanyian seorang gadis dari balik pohon yang sama dengan Alanta.
 
  Ia membuka matanya perlahan, suara nyanyian itu membuatnya penasaran. Ia ingin melihat siapa yang mempunyai suara nyanyian itu,  tetapi ia urungkan.  Alan malas untuk melihatnya.  Ia memejamkan kembali matanya. Entah kenapa suara merdu gadis itu dapat menenangkan hatinya,karena suara merdu itupun alan akhirinya tertidur.
  
  Entah sudah berapa jam ia tertidur. Alan melihat jamnya. Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB.

  "kemana suara nyanyian tadi?" Alan berkata di dalam hati.  Ia pun berjalan ke belakang pohon tadi,  tidak ada siapa siapa di sana. Apakah ia hanya berkhayal saja?. Ah tidak mungkin karna Alan sangat yakin bahwa ada seseorang yang bernyanyi di balik pohon itu.
 
  Alan beranjak dari duduknya.  Ia pulang ke rumahnya. Masalah sekolah, biarlah ia bolos hari ini.
  
  Esoknya saat berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
  
  "woi Alan!" orang itu berlari menuju ke arah alan.
 
  "kemana aja lo kemaren?" sambungnya.
  
  "gue nungguin lo di gerbang tau gak" ucapnya.
 
  Yang bertanya tadi tidak lain adalah Radit sahabat Alan. Mereka memang sudah berteman sedari masuk SMP.
 
  "lo cewek apa cowok sih cerewet banget"
 
  "aduh parah ni orang, jadi selama ini lo gak tau jenis kelamin gue, gue seratus persen laki-laki man". Ucap Radit sambil membusungkan dada.
   
  Setelah berdebat yang tidak berfaedah.  Mereka melangkah bersama menuju kelas sebelas IPA 1. Di jalan menuju kelas ada seorang adik kelas yang menghalangi jalan mereka.

  "hi kak Alan, aku Listi kelas sepuluh IPA 2, ini buat kakak" gadis tersebut menyodorkan sekotak coklat pada Alan.  Ia tak memedulikannya.

  "makasih ya Listi, sering-sering aja kayak gini" Radit mengambil coklat yang diberikan gadis itu.

  Saat ini guru pertama yang mengajar adalah buk Raisya. Buk Raisya memasuki kelas ia masuk kelas bersama seorang gadis cantik. Rambut panjangnya ia kucir.  Para siswa berbisik-bisik. Entah apa yang mereka Bisikkan. Tiba-tiba seseorang berbicara. Itu adalah Arsyad.
  
  "buk siapa tu, bidadari surga ya? "
  
  "huuuuuuuuu" sekelas menyorakinya bahkan ada yang melemparnya menggunakan kertas.
  
  "oh iya,  silahkan perkenalkan diri kamu" kata buk Raisya.
  
  "Kenalin nama gue Tasyifa Bulan"
  
  "oh pantesan kayak gitu orangnya" ucap Radit.
  
  "kayak apa Radit?" tanya buk Raisya.
  
  "cantik buk kayak bulan di langit"
  
  "huuuuuuuuu Radit tukang gombal" teriak teman-temannya sekelas. Radit hanya cengengesan. Alan menyenggol tangan Radit.
 
  "lagi pun bulan di langit cuma dari jauh aja keliatan cantik" ucap Alan tanpa menyadari tatapan sinis dari Bulan.
  
  "sudah-sudah, Bulan kamu bisa duduk di samping Rahmi".
  
  Bulan berjalan menuju kursinya.  Ia melewati bangku Alan dan Radit yang berada di depannya. Alan melihat sebentar pada gadis itu.
  
  Bel sekolah tanda istirahat berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas, tidak terkecuali dengan kelas sebelas IPA 1. Sekarang tinggal beberapa murid yang berada di kelas sebelas IPA 1,  mereka tak lain dan tak bukan adalah yang penasaran dengan Bulan, dan ada pula yang malas bergerak untuk pergi ke luar kelas. bahkan ada kelas lain yang mengintip dari jendela kelas untuk melihat anak baru, alias Bulan.
  
  "hai Bulan kenalin nama gue Melani Latifa, lo bisa manggil gue Mela. Gue sahabatnya Rahmi" gadis itu menjulurkan tangannya, Bulan menerima juluran tangannya.
  
  "gue Bulan". Jawab bulan singkat.
  
  Rahmi yang tadi berada disampingnya juga berjabat tangan dengan Bulan. Tadi ia tidak sempat berkenalan dengan Bulan. 
  
  "oh iya gue Ulfatur Rahmi,  lo bisa manggil gue Rahmi".
  
  Bulan semakin risih dengan banyaknya tatapan dan orang yang mengelilinginya. Rahmi dan Mela yang melihat kerisihan Bulan lantas mengajak Bulan untuk pergi ke kantin.
  
  "Lan ke kantin yuk,  makanan di kantin sekolah ini enak-enak lo" ujar Mela sambil menarik tangan Bulan dan Rahmi. Di kantin Mela memesan tiga Batagor.
  
  "gimana enak kan batagornya?" tanya Mela pada Bulan. Bulan mengangguk.
  
  "lo pidahan dari mana?"  Ujar Rahmi.

  "Dari SMA Garuda" jawab Bulan Mereka berdua ber oh ria. Radit dan Alan menghampiri meja mereka.
 
  "Mel kita nompang di sini ya kita gak dapat tempat duduk penuh semua soalnya. Mela melihat sekeliling, ternyata memang penuh.
  
  "ya udah duduk aja gak apa-apa" tukas Mela.
  
  "hi Bulan kenalin nama gue Raditama kalau yang ini namanya Tsabit Alanta" Radit menunjuk Alan. Alan tidak berbicara apapun. Dia hanya menikmati Bakso yang ia pesan tadi.
   
  Radit menyandang tasnya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Sedangkan Alan masih duduk di kursinya tanpa ingin beranjak sedikit pun.
  
  "Lan lo gak pulang?" tanya Radit
  
  "pulang,  bentar lagi". Jawab Alan singkat
  
  "gue duluan ya, gue latihan futsal" Radit berjalan ke luar kelas.
  
  Tidak lama setelah Radit keluar Alan pun keluar juga. Alan berjalan menuju parkiran sekolah. Langkahnya terhenti melihat gadis yang menggunakan handset di dekat pagar sekolah, gadis itu bernyanyi dengan suara kecil.

  "kok suara dia mirip ya sama suara gadis kemaren" tukas Alan dalam hati. Alan pun mendekat pada gadis itu.
  
  "lo gak pulang? "tanya Alan. Bulan menoleh pada orang yang bertanya.
  
  "pulang kok.  Nunggu jemputan dulu". Jawab bulan sambil melepaskan headsetnya.
  
  "oh". Alan berjalan lagi menuju parkiran dan membawa motornya keluar dari parkiran.  Bulan kira ia akan ditawari tumpangan oleh Alan. Ternyata tidak.  Alan mengendarai motornya melewati Bulan tanpa menoleh padanya sedikitpun. Tidak lama setelah itu, jemputan Bulan akhirnya datang.
  
  "udah nunggu lama ya non?" tanya pak Rahmat sopir Bulan.
  
  "nggak kok pak, Bulan juga baru keluar, udah yok pak pulang".
  
  "iya non" pak Rahmat membukakan pintu mobil untuk Bulan.

  
  
 

  
  
  

Rahasia BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang