Kedua

2 2 0
                                    

"Rembulan bangunnn!!!" Aku membuka mata dan mendengus kesal, sungguh demi apapun aku masih ngantuk, "Ada apa sih Wanda? Kok teriak-teriak kaya nggak dikasih jatah sama suami?"Tanyaku sambil mulai menutup mata kembali.

"Ittuuu.. Hah.. Hah.." Sayup sayup aku mendengar nafas tersenggal yang dikeluarkan oleh seorang Wanda. Bodo, aku mau tidur, "Bangun kebo!" Wanda menarik paksa aku dari kursi, aku mendengus kesal. Ada apa sih?

"Wanda, ini Bulan capek mau tidur tadi malam-"

"Cowok bayang-bayang lo berantem sama Dicky, sekarang dia lagi di sidang sama guru BK! Dan lo Bulan, kenapa lo malah tidur enak-enak an sih?" Wanda mengatakannya dengan suara yang keras sampai gendang telingaku berdengung, oke itu tidak penting.

"Ooh."

"Oh?"Wanda semakin menaikkan nada suaranya, bisa nggak sih ngomong baik-baik? Nggak perlu teriak-teriak? Aku mengelus telingaku pelan. Tunggu, sebentar?

"Cowok bayang-bayang maksudnya siapa Wanda?"Wanda memutar bola mata malas, aku sungguh tidak tau siapa yang di maksud oleh Wanda.

"Renal bego!"

"Apa??!" Aku berteriak keras, hingga membuat banyak siswa menoleh ke arahku, dan aku tidak peduli.

"Kok lo tanya apasih? Kan gue udah bilang tadi kalau Renal habis berantem dan sekarang lagi di ruang BK. Kok lo tanya lagi sih?" Wanda menggerutu kesal.

"Bulan udah tahu Wanda, Bulan hanya mengeluarkan ekspresi kaget tuh," Aku menghela nafas pelan, "Sekarang Wanda mau nggak nganterin putri cantik ini menemui pangeran yang tengah di culik oleh preman pasar?" Aku bergaya lagaknya seorang putri.

"Dih, najis!"

***

Aku menunggu cemas di depan ruang BK, Aku takut kalau sampai Renal di adili sama guru BK, memang tidak kaget lagi jika mendengar istilah kata berantem di kalangan anak-anak SMA zaman sekarang, tapi ini Renal loh! Renal yang nggak pernah mau ikut campur urusan orang, Renal yang nggak pernah terlibat masalah apapun, dan ini pertama kalinya aku mendengar Renal berantem, sungguh perkembangan yang luar biasa. Kapan dan dimana si cowok nyebelin bin ganteng itu latian pencak silat? Apa ia baik-baik saja? hiks aku nggak mau tahu, pokonya kalau sampai terjadi apa-apa sama Renal si Dicky kontet itu harus tenggung jawab, titik.

Aku berdiri dari tempat dudukku dan berjalan mondar mandir, harap-harap cemas semoga Renal masih dalam keadaan baik-baik saja. Tadi Wanda memang mengantarku sampai disini, namun ia pergi  tidak ikut menunggu dengan alasan malas bertemu dengan sang mantan, Dicky.

Iya, mereka berdua dulu menjadi idola para adik kelas dan kakak kelas karena ke sosweet an cara mereka berpacaran namun itu tidak berjalan lama karena di tengah perjalanan cinta mereka berdua hadirlah seorang pelakor yang tak di harapkan kedatangannya, para penggemar Wanda dan Dicky pun harus menelan kekecewaan karena couple mereka harus mengakhiri hubungannya sampai disitu sajaa.

Aku menolehkan kepalaku ketika mendengar suara knop pintu di putar, rasa cemas menyergapku ketika mataku berseberangan dengan sosok yang ku tunggu, wajahnya babak belur namun tetap ganteng dimataku ciaa.

"Renal nggak apa-apa?" Tanyaku mendekat ke arahnya sambil memeriksa wajahnya yang penuh dengan lebam bewarna keunguan, itu pasti sakit sekali. Aku bergidik ngeri ketika membayangkan jika aku yang ada di posisi Renal.

"Hem."

"Apa ada yang sakit? Mau di anterin Bulan ke UKS? Ayo Renal Bulan pegangin tanggannya biar nggak jatuh."Aku meraih lengannya namun di hempas begitu saja oleh sang empu, ada apa? Kok Renal marah-marahnya sama Bulan? Kan yang bikin babak belur nggak Bulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love, RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang