♬♬Its you - Ali Gatie ♬♬Happy reading!!
____________________________
______________
"Jadi, kamu harus dapat juara terus kalau mau beasiswanya bertahan di sekolah ini." Bu Artina-guru kelas Fidella memberi selembaran kertas padanya dan Fidella pun membaca kertas itu dengan seksama.
"Olimpiade Biologi, Bu?" tanyanya.
"Iya, ini akan membantu kamu sekali. Beasiswa kamu akan tetap terjamin karena ini." Bu Artina memandangnya dengan serius. "Utamakan prestasi ingat itu," tambahnya lagi.
Fidella menoleh sebentar ke sudut ruang, berpikir keras sampai akhirnya mengangguk mantap. "Saya akan ikut, Bu!"
Sebenarnya ini akan menjadi beban bagi Fidella nantinya. Dia harus mengalahkan orang yang bimbel di tempat mahal sedangkan dirinya hanya memanfaatkan media terbatas yang mampu dijangkaunya. Tapi, jika ini bisa membuat dia bertahan di sekolah ini, maka Fidella harus berjuang walaupun harus mengorbankan waktu tidurnya yang sedikit itu.
"Kamu kalau mau belajar lebih, kamu bisa panggil ibu."
Fidella meringis."Sebenarnya saya enggak punya waktu, Bu. Setiap pulang sekolah saya kerja. Tapi, saya usahakan setiap malam untuk menambah waktu belajar."
Bu Artina menatap Fidella dengan rasa iba. "Kamu harus kuat! Saya yakin kamu pasti sukses," ucapnya seraya mengelus lembut puncak rambut Fidella.
"Terimakasih, Bu."
"Masuk!" Suara Pak Marko-guru olahraga kelas 12 menggelegar bersamaan dengan munculnya delapan orang siswa yang berpenampilan berantakan.
"Baris sejajar! Yang rapih!" perintahnya.
"Bu Siregar mana yaa! Ruang BK kok masih dikunci. Semua anak bahlul ini bertingkah lagi!"
Untung saja sekarang sedang jam pelajaran jadi tidak banyak guru di dalam ruang guru. Hanya ada beberapa guru di ruangan ini dan semuanya memilih mengabaikan mereka. Delapan siswa itu berdiri sejajar. Fidella melihat mereka satu persatu, ada yang menunduk merasa bersalah, ada yang santai saja dan ada yang malah mengedipkan sebelah matanya kepada Fidella hingga membuatnya terkejut.
Tapi saat matanya melihat anak lelaki yang berdiri paling ujung dekat pintu ruang guru ini rasanya darahnya mendidih. Orang itu hanya bersikap dingin, tatapan datarnya seakan-akan tidak sadar bahwa dirinya sedang dihukum. Fidella ingin segera pergi dari ruangan ini. Setidaknya, dia ingin berjalan sebentar ke sana lalu menampar laki-laki itu dengan sekuat tenaganya.
"Mau bolos di jam pertama? Semprul kalian semua!" Pak Marko memukul kepala delapan siswa itu satu per satu dengan sebuah buku yang telah digulung olehnya.
"Pak, Ucup siap dihukum bersihin toilet lagi, asal jangan laporin ini ke Emak, ya!" kata Ucup salah satu dari mereka. Dia dengan sigap berdiri tegak dan mengangkat tangan kanannya ke kepala mengambil sikap hormat.
"Diam kamu, Ucup! Dasar Bagong!"
Ucup memasang wajah seolah-olah tersakiti. Dia mengelus dadanya. "Tega sekali Bapak mengatakan hal itu padaku! Itu pencemaran nama baik, Bapak! Minimal jangan lecehkan namaku di depan adik kelasku yang manis itu dong, Pak!" ucapnya mendramatisir seraya melirik manja ke arah Fidella yang langsung merinding mendengarnya.
Fidella langsung buru-buru melihat ke arah lain.
"Astaga, Cup! Please... , keluarkan satu persen aja kewarasan lo sekarang!" ucap Ali sangat kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA (Selesai) ✅
Ficção AdolescenteSiapa orang yang paling ditakuti di SMA Ganendra Jaya? Maka Cakrawala akan menjadi kandidat pertama untuk jawaban itu. Cakrawala Albarata Wijaya, si Ketua geng Tohpati yang tidak tau cara mengendalikan emosinya sendiri. Orang yang selalu bertindak...