Bab Satu : How Are You?

5.4K 414 384
                                    


Its you - Ali Gatie ♬♬

Happy reading!!

____________________________

______________

"Jadi, kamu harus dapat juara terus kalau mau beasiswanya bertahan di sekolah ini." Bu Artina-guru kelas Fidella memberi selembaran kertas padanya dan Fidella pun membaca kertas itu dengan seksama.

"Olimpiade Biologi, Bu?" tanyanya.

"Iya, ini akan membantu kamu sekali. Beasiswa kamu akan tetap terjamin karena ini." Bu Artina memandangnya dengan serius. "Utamakan prestasi ingat itu," tambahnya lagi.

Fidella menoleh ke sudut lain dari ruangan guru ini, berpikir keras sampai akhirnya mengangguk mantap. "Saya akan ikut, Bu!"

Sebenarnya ini akan menjadi beban bagi Fidella nantinya. Dia harus mengalahkan orang yang bimbel di tempat mahal sedangkan dirinya hanya memanfaatkan media terbatas yang mampu dijangkaunya. Tapi, jika ini bisa membuat dia bertahan di sekolah ini, maka Fidella harus berjuang walaupun harus mengorbankan waktu tidurnya yang sedikit itu.

"Kamu kalau mau belajar lebih, kamu bisa panggil ibu."

Fidella meringis."Tapi saya enggak punya waktu, Bu. Setiap pulang sekolah saya kerja."

Bu Artina menatap Fidella dengan rasa iba. "Kamu harus yang kuat! Saya yakin kamu pasti sukses," ucapnya seraya mengelus lembut puncak rambut Fidella.

"Terimakasih, Bu."

"Masuk!" Suara Pak Marko-guru olahraga kelas 12 menggelegar bersamaan dengan munculnya delapan orang siswa yang berpenampilan berantakan.

"Baris sejajar! Yang rapih!" perintahnya.

"Bu Siregar mana, sih! Ruang BK kok di kunci! Semua anak bahlul ini bertingkah lagi!"

Untung saja ini jam pelajaran jadi tidak banyak guru di dalam ruang guru. Hanya ada beberapa guru di ruangan ini dan semuanya memilih mengabaikan mereka. Delapan siswa itu berdiri sejajar. Fidella menatap mereka satu persatu, ada yang menunduk merasa bersalah, ada yang santai saja dan ada yang malah mengedipkan sebelah matanya kepada Fidella hingga membuatnya terkejut.

Tapi saat melihat anak lelaki yang berdiri paling ujung dengan tatapan datar itu, Fidella rasanya ingin langsung pergi dari ruangan ini. Darahnya terasa mendidih melihat orang itu. Setidaknya, dia ingin berjalan sebentar ke sana lalu menampar laki-laki itu dengan sekuat tenaganya.

"Mau Bolos di jam pertama? Semprul kalian semua!" Pak Marko memukul kepala delapan siswa itu satu per satu dengan sebuah buku yang telah digulung olehnya.

"Pak, Ucup siap dihukum bersihin toilet lagi, asal jangan laporin ini ke Emaknya Ucup, ya!" kata Ucup salah satu dari mereka.

"Diam kamu, Ucup! Dasar Bagong!"

Ucup memasang wajah seolah-olah tersakiti. Dia mengelus dadanya. "Tega sekali Bapak mengatakan hal itu pada daku! Itu pencemaran nama baik, Bapak! Minimal jangan lecehkan nama daku di depan adik kelas yang ca'em itu dong, Pak!" ucapnya mendramatisir seraya melirik manja ke arah Fidella.

Fidella pun buru-buru melihat ke arah lain.

"Astaga, Cup! Pleaselah kali ini, keluarkan satu persen aja kewarasan lo!" ucap Ali sangat kesal.

"Diam kalian! Jangan sampai saya suruh kalian nyuci toilet sampai kalian lulus!"

"Jangan, Pak. Vito aja, dia rela berkorban," kekeh Abigail membuat Vito mencibir saat itu juga.

CAKRAWALA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang